"Wleee wlee gak kenaaa"
Plak!
Lemparan botol Nara meleset, Jane menatapnya remeh sambil menggoyangkan bokongnya.
"Tydaakk kenaa"
Jane berteriak, sepanjang lorong koridor menuju kafetaria dan tentu saja juga searah dengan ruang musik, Jane menghindari tendangan Nara. Maklum, Jane kadang usil kadang juga mode patung. Suka suka dia lah ya.
"Jane ih! Jangan di angkat-angkat!" Nara mengejarnya, mengangkat totebag nya untuk dipukulkan ke arah Jane. Tapi juga khawatir dengan Laptop yang Jane angkat diatas kepalanya.
Jane berlari mundur, tangan nya mengangkat laptopnya menutupi kepala.
Brug!
"Allahuakbar!"
Nara mengerem mendadak, matanya melotot lebar, Laptop yang ada digenggaman Jane terlepas.
Seumur hidupnya, baru kali ini Nara melihat sebuah laptop melayang di udara.
Dirga dibelakang Jane berusaha meraihnya, dapat, tapi sedikit meninggalkan jejak di dahi Jane.
Plak!
Jane membuka mulutnya, "Aduh" meringis sekaligus cengo. Dibelakang nya ada Dirga dengan laptop Jane aman di tangan nya. Dirga menunduk, balas menatap Jane yang juga mendongak kearahnya pasrah.
Tatapan mereka jadi canggung sesaat.
Ini pertama kalinya Jane bertemu Dirga lagi setelah tempo hari Jane meminta maaf padanya tentang kejadian saat ospek.
Jadinya Jane sedikit canggung. Sampai lupa dengan rasa nyut-nyutan di dahinya sendiri.
"Lo-- orang kaya ya? Laptop lo buat mainan gini, kalo gada gue tadi mungkin udah ancur ni"
Dirga berdehem, menetralkan suasana, dia juga canggung sebenarnya.
Jane mengatupkan mulutnya, "O-oh i-ya maaf"
Dirga mengerinyit, sebenarnya tidak mau mengomeli Jane lama-lama karena selain laptopnya sudah aman, ada dahi Jane yang perlahan berubah warna.
Sepertinya rasa kaget Jane dengan Dirga yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya memegangi laptopnya lebih mendominasi daripada rasa sakit di dahinya yang bewarna ungu sekarang.
Mendengar keributan, kepala Jemjem dan Lery muncul dari balik pintu ruang musik, dia melihat ada Dirga, Jane dan Nara disana.
Jemjem lalu menggeleng, dia sadar akan sesuatu, "Dimana ada Dirga, terus ada Jane, pasti ada kejadian"
Lery mengangguk setuju "Bener juga, semenjak ada Jane Dirga jadi sering sibuk, dan lebih banyak bacot"
"Baguslah kalo begitu, "
Jane mundur memperbaiki letak cardigan nya gelagapan. Lebih tepatnya adalah kaget.
Nara cepat-cepat membawa Jane kabur dari sana, karena kating-kating yang berada di sekitar ruang musik mulai menontoni mereka.
'Ada apa?' tanya mereka.
Salahnya adalah, kenapa Dirga jadi mendadak serius begini? Orang-orang yang lewat malah mengira Dirga sedang mendisiplinkan seseorang Jane Kinsey.
Tau sendiri raut wajah Dirga saat diam saja sudah serius. Apalagi saat Dirga hanya bertanya biasa atau menasehati seseorang, dimata orang lain pasti terlihat seperti Dirga sedang marah-marah.
Didukung dengan mata dan rahang tegasnya.
"Lo kalo lari-lari gak usah teriak-teriak makanya" Nara berbisik malu, Jane tentu saja ikutan malu, kan dia berteriak secara tidak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat Beauty
Fiksi Remaja"Dirga pacaran sama anak Maba? Seriusan?! " "Jangan ganggu Gerald, dia lagi latihan nembak" "Tapi Jane, lu gak nolak kak Adnan kan?" . . . 'Metamorfosa ini... Sebenarnya berhasil, atau gagal?' 'Dia mulai membuat dunianya sendiri, dimana dia dapat hi...