Pagi ini, mereka yang giliran pergi di hari ketiga sudah berkumpul di lobby dekat gerbang kampus.
Lery dan Hejun sibuk mengabsen dan mengatur mereka untuk duduk tertib bersama panitia yang lain nya.
Di hari terakhir, total bus hanya ada 8 bus. 4 bus menuju pantai, dan 4 bus akan menuju puncak.
Lagi-lagi, Dirga tidak melihat keberadaan Jane. Padahal Flora dan Nara sudah masuk dan duduk di bus terakhir.
"Woy Ga, ini anak bekantan kemana? Gue gada liat dia daritadi" Jemjem mengangkat kertas absen mereka. Menatap Hejun dan Dirga bergantian bingung.
Lery menggaruk kepalanya, "Itu anak, kerjaan nya ilang mulu. Jadi ragu gue bawa dia ke puncak" dumel Lery.
Dirga berbalik, masuk ke bus terakhir dan mencari Nara dan Flora.
"Nar, Flo, Jane mana?"
"Tadi katanya mau beli minum dulu di mesin deket gazebo" jawab Nara ikut bingung.
Jadinya, Dirga mengintruksikan ketiga bus tujuan puncak untuk pergi duluan. Karena jam 7 pas mereka sudah harus dalam perjalanan.
"Res, Sen, ayok kalian duluan, pastiin semuanya lengkap ya"
3 bus tujuan puncak akhirnya bergerak pergi.
Dirga akan memanggil Jane, bisa gawat kalau Jane benar benar hilang. Atau bisa saja dia nyasar di bus tujuan pantai karena ikut dengan Megi dkk.
Setelah sampai di mesin minuman dekat gazebo, Dirga bingung, ada Jane berdiri kikuk di dekat mesin minuman. Pas Jane ngeliat Dirga, dia ngangkat tangan nya, nyuruh Dirga berhenti.
"Plis, jangan mendekat!"
Awalnya Dirga hampir benar-benar berhenti berjalan, "Apaan sih alay banget" Dirga rolling eyes, Jane menatapnya sangat waspada.
"Lo budek ya?" Jane pasrah, Dirga tetap aja nyamperin dia.
Plak.
"Anjing!"
Plak plak plakkk
"Udah gue paling benci sama lo Ga urusan beginian bangsattt"
Kaki kiri yang jadi tumpuan Jane melemah, pundak Dirga dijadikan tumpuan sambil Jane mengumpat keras-keras di telinga Dirga.
Dirga berdecak, fokus memukul Kaki kanan Jane bertubi-tubi. "Lo tuh lemah banget sih, tiap kali keram langsung diginiin aja, kalo lo begitu malah makin lama"
"Udah Ga udah, plis ampun. Bunuh aja gue bunuhhhhh"
Jane oleng ke kanan. Kaki kiri yang menumpu badan nya semakin lemas, para semut-semut sedang berhamburan.
Jane membuat badan Dirga sebagai tembok sandaran. Sambil menarik kedua sisi jaket dirga dan memakinya brutal.
"Udah, bisa jalan gak?"
Jane menghela nafas. Capek dengan semua rasa keram ini. Lalu kaki kanan nya dilangkahkan kedepan. Dirga berkacak pinggang, sayang nya Jane terhuyung, kakinya jadi oleng karena kembali mati rasa.
"Ambil aja kaki gue ambil! Gue ikhlas Ga"
Jane mewek, kaki kiri nya juga ikut- ikutan keram.
Dirga meringis, lihatlah, kasihan sekali perempuan jompo ini. Mau berjalan saja susah. Dirga masih mengingat wajah cemas bercampur kalut Jane saat berdiri kikuk tadi.
"Udah cepetan naik, nunggu kaki lo kelar mah sejam. Kita bakalan di tinggal bus, Jane" putus Dirga, Jane pasrah, merebahkan badan nya di punggung Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat Beauty
Ficção Adolescente"Dirga pacaran sama anak Maba? Seriusan?! " "Jangan ganggu Gerald, dia lagi latihan nembak" "Tapi Jane, lu gak nolak kak Adnan kan?" . . . 'Metamorfosa ini... Sebenarnya berhasil, atau gagal?' 'Dia mulai membuat dunianya sendiri, dimana dia dapat hi...