19. Puisi Bucin 🍒

55 13 4
                                    

Pagi-pagi buta, Jane terpaksa datang ke kampus lebih awal karena baru ingat, makalah miliknya belum di fotocopy.

Jane berjalan gontai, dia menenteng map berisi makalah tebal dan masuk ke minimarket di dekat kampus.

Matanya yang masih mengantuk itu, mencari-cari letak kulkas.

Disampingnya ada seseorang yang juga sedang memilih minuman. Jane membuka pintu kulkas, tak sadar, pintunya dibuka lebar hingga terdengar suara--

Duk!

Seketika, mata Jane yang layu bahkan hampir tertutup itu melek lebar. Saat menoleh kesamping, ada Dirga yang menunduk dengan mata terpejam, dia meringis pelan.

"Astaga, astaga sorry" Jane menutup mulutnya gelagapan.

Respon nya agak telat karena fokusnya terbagi antara sibuk mengenali rupa Dirga dan bingung harus bereaksi apa.

Dirga berdiri tegap, tidak bereaksi sedikitpun. Dia malah mengambil beberapa kotak susu di kulkas yang Jane buka.

"Dirga--lo gak papa?" Tanya Jane takut-takut, Dirga meliriknya tenang "Nama lo--Jane. Jane Kinsey kan?"

Jane mengangguk cepat. Raut wajahnya panik.

"Yaudah gada masalah"

Dirga menutup pintu kulkas, lalu sikunya ikut mendorong Jane untuk berjalan maju karena beberapa orang mengantri untuk mengambil minuman.

"Gak bakalan amnesia juga lah, alay lo" Jane kan sudah deg-degan. Jadi emosi kalo di prank seperti ini.

Dirga membayar, tidak menghiraukan Jane yang masih sibuk mempermasalahkan Dirga yang sok bersyukur kalau dia tidak amnesia berkat ciuman manja dari kaca pintu kulkas tadi.

Untungnya, Dirga sabar. Dia cuma diam mendengarkan Jane yang masih berisik perihal tadi.

Yang kejeduk siapa, yang sotoy siapa.

Tanpa sadar Jane jadi berjalan beriringan dengan Dirga menuju kampus. Dirga membuka bungkus roti, satu untuk nya, dan satu lagi dia sumpalkan langsung dimulut Jane yang pagi-pagi sudah berbicara panjang lebar itu.

Seketika, sekitar Dirga jadi hening dan tenang. Seperti mengheningkan cipta.

Ah damai rasanya...

Jane awalnya melotot, tapi tidak jadi marah-marah karena ya-- roti ini lumayan enak. Jane jadi anteng dan selama perjalanan mulutnya mengunyah roti. Begitu juga Dirga.

Di pertigaan lorong, mereka berpisah.

Sebelum itu, Dirga dengan mudah menghentikan Jane yang bersiap melangkah berbelok. Tas nya ditarik, Dirga memasukkan kantong plastik berisi beberapa susu uht yang tadi dia bayar kedalam nya.

"Apaan tuh?" Jane kepo. Dia berusaha menoleh kebelakang melihat tangan Dirga.

"Gue ganti susu peras kesayangan lo"

Saat Jane menoleh, Dirga sudah berjalan ke arah gedung fakultas hukum, disusul Jemjem dan Lery yang datang dari arah parkiran. Mereka sempat melambai-lambai kearah Jane, Lery juga memberikan finger heartnya pada Jane.

Ah, genit sekali.

Namun dibalas oleh acungan jari tengah beserta seringaian samar oleh Jane.

Mereka kompak mendesah kecewa.

"Karena yang memberi hati, biasanya dibalas dengan kebangsatan"

.
.
.

Ponsel Jane berdering, memunculkan banyak notif yang entah dari siapa.

IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang