"Nar mata lo kayak ikan"
Di suasana yang masih biru ini kata-kata ceplos Jane membuat Megi menyemburkan air yang barusan akan dia telan.
"Bwruuhh, anjir lo bener banget Jane"
Megi menunduk, air liur nya kemana-mana sambil dia tertawa menunjuk wajah Nara yang memang terlihat seperti ikan karena matanya bengkak.
"Ihh Megi jangan jorok gitu ah" Lulu jadi malu sendiri. Memang tadinya Lulu ingin ikut terbahak bersama Megi.
Tapi Megi menyembur seperti ini, jadinya Lulu tidak jadi tertawa. Dan malah malu.
Daritadi Jane berusaha menutup segala kemungkinan dan kebenaran yang teman-teman nya coba buka darinya.
Tidak, Jane tidak mencoba menutupinya dari mereka. Hanya saja semuanya belum selesai. Belum pasti dan Jane harus membuat semuanya jelas terlebih dahulu sebelum Jane memberi tahu yang sebenarnya pada teman-teman nya.
"Ih kesel gue ah, diem atau lo gue ceburin biar jadi ikan sekalian lo"
Jane geregetan. Cuaca mulai mendung dan rintikan hujan mulai turun. Dan Nara masih melengkungkan bibirnya menatap Jane dengan mata ikan nya itu.
Dia menuntut penjelasan.
Sedangkan Jane buru-buru pulang. Sejak tadi anak-anak lain sudah menatapnya. Apalagi ada Nara yang sesenggukan disampingnya.
Disamping Megi dan Lulu yang berdiri sambil menatap Nara jenaka, ada kaca mobil yang perlahan turun dan wajah Bonbon nongol disana.
"Cuma orang bego yang udah tau gerimis masih aja berdiri disini" kata Bonbon,
Cloe yang dikursi kemudi menoyor Bonbon sambil terkekeh, "Gausah sok swag lo"
"Udah ah, cepetan masuk Meg ah lo lambat amat kek siput"
Lulu duluan, dia melambai singkat pada Jane dan masuk ke mobil, di ikuti Megi yang sebelum masuk ke mobil merapatkan badanya ke arah Nara,
"Udah Nar, tunggu aja dia cerita sendiri"
Nara menggeleng, mana bisa dia menunggu penjelasan Jane lebih lama lagi. Sedangkan setiap kali dia menapaki langkahnya kemana-mana nama Jane selalu disebut-sebut.
Bersamaan dengan nama Shilla. Seorang kating yang cukup dikenal dikampus ini.
Sebagai seorang sahabat, pasti Nara sangat merasa sedih jika tidak bisa membantu apa apa.
Siapa yang tahan jika harus mendengar nama sahabatnya disebut sana-sini sedangkan Nara sebagai sahabatnya tidak tahu menahu tentang apa yang menimpa sahabatnya.
"Jane plis, plis Jane"
Jane meringis, hujan semakin deras. Setelah berdecak kesal Jane menarik tangan Nara kebawah tempat teduh.
Sambil melotot, Jane mengeluarkan ponselnya. Sedari tadi ponselnya berdering tidak dia hiraukan karena fokus dengan Nara.
"Hari ini? Oke oke, tunggu gue otw sekarang"
Jane melirik Nara, "Kalo udah reda pulang ya Nar, gue buru-buru pulang" Jane tersenyum. Berharap Nara akan menuruti kata-katanya.
Nara lagi lagi menginjakkan kakinya kesal, sambil menahan tangis nya yang terus akan meledak itu dia berdecak, lalu dengan suara bergetar Nara menatapnya, "Jane!"
"Nar, Plis"
"Kasih gue waktu. Gue bisa hadapin masalah yang gue timbulin sendiri. Nanti kalo udah selesai, baru deh gue cerita semuanya ke elo"
"Lo terima beres aja Nar, Lo tinggal duduk manis nanti dengerin gue"
"Kapan sih Nar gue gak pernah cerita apa apa ke lo? Semua hal sepele gak penting pun gue ceritain kan ke elo. Jadi hapus air mata lo itu dan tunggu aja, ya?"
"Gue bukan nya nolak bantuan lo Nar, lo gak perlu terlibat masalah cuma karena lo sahabat gue. Gak perlu sama sekali.
"See U besok Nar"
Nara gagal meraih tangan Jane yang sudah berlari menerobos hujan. Pandangannya terlalu kabur karena air mata. Berkali-kali Nara berdecak karena hari ini dia gagal.
Jane selalu saja begitu.
Selalu menjauhkan Nara dari masalahnya.
Pada akhirnya Nara tidak bisa berbuat apa-apa.
.
.
.Side story'
"Tolong bantu gue"
Nara berkedip kikuk, "Emm, bantu apa ya kak?"
Nara ikut menoleh saat Dirga menoleh sekilas untuk memastikan Riley belum keluar dari gedung perusahaan.
"Bisa lo kasih tau ke gue tentang masalah Jane?"
"Masalah Jane? Perasaan gada masalah deh kak" jawab Nara canggung. Dia mencoba berpikir tentang masalah apa lagi yang Jane sebabkan.
Dirga terdiam sesaat, dia jadi bingung kenapa Nara tidak tahu menahu tentang hal ini.
"Gue kira lo tau"
"Ada apa emang nya"
"Kalo lo lebih peka sama gosip gosip baru kampus lo bakalan tau semuanya. Kata Lery, mereka bicarain masalah yang sama setiap harinya. Sekali denger , lo bisa paham sama apa yang gue mau tanya ke elo"
Nara diam. Mencoba mencerna.
"Tapi sekalian lo tolong gue. Karena gue tau, apa yang orang-orang bicarain sama apa yang sebenarnya pasti beda jauh. Dan gue perlu tau yang sebenarnya. Gue udah denger dari sudut pandang orang lain, gue butuh fakta dari Jane langsung. Jane gak mau jawab waktu gue tanya. Tapi-- mungkin lo bisa"
Dirga menoleh lagi, Riley berpamitan dengan satpam yang berada di dekat pintu keluar, Nara lagi lagi ikut tegang.
"Bantu gue, ya?" itu yang dikatakan Dirga sebelum pergi berlalu dengan cepat. Nara mengendap masuk.
Takut Riley melihatnya disini.
Selepas pertemuan singkat itu, Nara melamun, mencoba memikirkan masalah apa lagi yang Jane dapatkan kali ini. Bahkan Dirga sampai mengeluarkan tampang terseriusnya.
Dilain sisi, Nara justru heran sekaligus merasa bersalah. Selain tidak tahu apa-apa tentang hal ini, Nara juga berfikir keras. Dia mencoba mengingat gelagat aneh Jane beberapa hari kebelakang dan...
Nara tidak menemukan sesuatu yang aneh.
Sial, Nara harus menanyakan nya langsung. Nara akan murka jika besok Jane tidak berkata jujur padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC | Sleep-Eat Beauty
Fiksi Remaja"Dirga pacaran sama anak Maba? Seriusan?! " "Jangan ganggu Gerald, dia lagi latihan nembak" "Tapi Jane, lu gak nolak kak Adnan kan?" . . . 'Metamorfosa ini... Sebenarnya berhasil, atau gagal?' 'Dia mulai membuat dunianya sendiri, dimana dia dapat hi...