.
.
.
"Kita sudahi aja hubungan ini, Jen." Ucap Siyeon.Selesai mengantar nakyung ke rumah abadinya, Siyeon dan Jeno memutuskan untuk bertemu dan berbicara. Sebenarnya Siyeon tidak ingin namun Jeno terus memaksa. Dari pada Jeno terus mengejarnya lebih baik dia memberikan kepastian kepada Jeno.
"Kenapa??" Tanya Jeno.
"Semua sudah jelaskan?? Apa yang bisa kita pertahankan?? Bahkan kak Jungwoo sudah mengenalkan ku dengan calon ayah anak ini." Ucap Siyeon.
"Dia tetap anakku. Bagaimana bisa kamu mengambil keputusan seperti ini, Yeon?? Kamu membuatku merasa seperti lelaki yang tidak bertanggung jawab." Ucap Jeno.
"Jeno, harusnya kita tidak melakukan hal ini, tetapi semua ini sudah terlanjur dan kita harus menerimanya." Ucap Siyeon menundukkan kepalanya.
"Apa kamu menyesal melakukan kesalahan ini??"
"Menyesal pasti ada, tapi apa gunanya?? Seharusnya kita tahu bahwa hubungan kita tidak bisa bersatu."
"Apa kamu menyerah begitu saja?? Siyeon kita sudah melewati banyak hal. Kita sudah bersama selama tujuh tahun, apa kamu akan melepaskannya begitu saja??" Ucap Jeno menggenggam tangan siyeon.
Siyeon terdiam sejenak, memang benar ucapan Jeno. Tapi dia masih menyayangi keluarganya, dia masih ingin hidup dengan anaknya. Biarkan dia menjadi egois untuk hubungan ini. Semua itu demi keluarganya.
"Iya,,, aku menyerah." Ucap Siyeon.
Jeno lantas terdiam, genggaman tangannya pada Siyeon pun terlepas. Hatinya sakit, bagaimana tidak?? Melepaskan orang yang sangat kamu cintai dan telah bersamamu begitu lama, apa kalian akan biasa saja??
"Datanglah kepernikahanku Minggu depan, aku harus cepat menikah sebelum anak ini lahir. Tentang anak ini, kamu masih bisa menemuinya, tapi dia tidak akan memanggilmu ayah." Ucap Siyeon.
"Bagaimana bisa kamu membuatku seperti ini, Yeon??" Ucap Jeno, dia tersenyum tapi dapat dipastikan itu adalah senyuman palsu.
Rasanya Siyeon sungguh sakit saat melihat Jeno seperti ini, tapi mau bagaimana lagi???
"Maafkan aku, Jeno." Ucap Siyeon.
"Aku bisa apa?? Jika memang itu keputusanmu, aku akan menerimanya. Aku akan mencoba mengikhlaskannya." Ucap Jeno.
"Untuk yang terakhir kalinya, bolehkah aku menyapanya??" Tanya Jeno.
Siyeon tau maksud Jeno, maka dia mengangguk.
Jeno memberanikan diri mengusap perut Siyeon yang masih rata itu, didalam sana ada kehidupan, kehidupan yang dia buat dengan penuh rasa cinta, namun ternyata rasa cinta saja tidak cukup ternyata, bahkan ditambah dengan perjuangan pun tak cukup untuk menyakinkan tuhan bahwa mereka harus bersama.
"Hay, ini ayah,,,, jaga bundamu, ya. Maaf ayah meninggalkanmu, sebenarnya ayah tak ingin, tapi situasi ini sangat rumit. Bahagialah saat kamu sudah terlahir di dunia sayang. Kalaupun nanti kamu tidak mengenal ayah, ayah akan tetap menyayangimu." Ucap Jeno
Siyeon tak bisa menahan air matanya lagi, dia benar benar melakukan kesalahan karena telah memisahkan anak dari ayahnya.
"Baby,,,, ada ayah lain yang siap menyayangimu dan menjagamu. Maafkan ayah ya." Ucap Jeno yang langsung mencium perut Siyeon.
Jeno harus benar benar mengikhlaskan anaknya untuk orang lain. Bagaimanapun dia harus tetap bahagia melihat Siyeon dan anaknya bahagia. Untuk tahap selanjutnya dia harus kuat, dan mempersiapkan hati untuk orang lain.
Dari Jeno dan Siyeon, kita bisa belajar "selama apa kalian menjalin hubungan, itu tidak memastikan jika dia adalah jodohmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Love
FanfictionJourney of love menceritakan tentang perjalan kisah cinta para remaja. Saya sendiri bingung, apakah ini disebut cinta segitiga, segi empat atau segi lainnya. Pokoknya ini tentang percintaan anak remaja menuju dewasa. bisa langsung dibaca saja😊😊