CHAPTER 45

56 5 0
                                    

.
.
.
Sudah terhitung tiga hari Renjun marah dengan Yiren, dan sudah tiga hari juga mama Irene menginap disana. Renjun memang tidur satu kamar lagi dengan Yiren. Namun Renjun tidak pernah menyapa Yiren, pulang bekerjapun dia langsung mandi dan tidur. Mungkin jika mami Irene tidak disini, Renjun akan berpindah tidur di luar lagi.

Ini sudah menunjukkan pukul 10 malam, sebenarnya Yiren menginginkan sesuatu, tapi dia selalu memendamnya. Karena dia tau Renjun sedang marah, jadi rasa ngidamnya harus dipendam sendiri.

Seperti malam ini, Yiren menginginkan spaghetti. Sebenernya dia sudah mengantuk dan Renjun belum pulang juga, mami Irene sudah tidur, maka dengan sekuat tenaga Yiren berjalan ke dapur. Mencoba menghilangkan rasa kantuknya. Yiren mencoba menyeduh air untuk spaghettinya. Jujur saja mata Yiren sudah sangat berat, rasanya dia ingin tidur. Selang beberapa menit akhirnya spaghettinya sudah matang, Yiren berjalan menuju westefel untuk meniriskan spaghetti nya. Namun saat dia ingin membuang airnya, airnya tumpah begitu saja ke lantai dan mengenai sedikit kakinya.

"Awwww" rintih Yiren. Rasanya benar benar panas.

Renjun yang Baru saja pulang dan membuka pintu langsung berlari ke arah Yiren dan membawa Yiren ke kamar mandi untuk merendam kakinya. Yiren tersenyum saat mendapat perhatian dari Renjun walau Renjun tak berkata sepatah kata kepadanya. Setelah selesai Renjun langsung mengangkat tubuh Yiren dan membawanya ke kamar. Renjun mengambil selep dan mengoleskan ke kaki Yiren.

"Makasih." Ucap Yiren namun Renjun tetap diam.

"Yiren kamu nggak apa apa, nak??" Tanya Irene yang kini sudah ada dibang pintu.

"Nggak, ma." Ucap Yiren.

"Kenapa kamu nggak bangunin mami?? Kan mami bisa bikinin Spaghetti buat kamu." Ucap Irene.

"Yiren takut mami kelelahan."

"Kamu mau makan spaghetti?? Mami buatin ya." Ucap Irene.

"Nggak usah, ma. Kayaknya aku udah nggak pengen makan spaghetti lagi." Ucap Yiren.

"Beneran??? Terus kamu mau apa??" Tanya Irene.

"Nggak apa-apa. Mami tidur aja lagi, Yiren udah nggak apa-apa kok." Ucap Yiren yang langsung di angguki oleh Irene.

Irene langsung menutup pintu kamar anaknya. Yiren menatap Renjun yang masih di sibukkan dengan melepas jasnya. Dan Renjun langsung berjalan menuju kamar mandi. Selang beberapa menit Renjun sudah selesai dan langsung pergi ke ranjang dan membaringkan tubuhnya membelakangi Yiren. Selalu seperti itu. Yiren tidak tahan, dia harus mengatakan semuanya, dia hamil. Dia butuh perhatian dari Renjun, bukan malah amarah.

"Ren, kamu masih marah??" Tanya Yiren. Tidak ada jawaban dari Renjun.

"Ren, aku tau kamu belum tidur."

Dan masih tidak ada jawaban.

"Its okey, maaf aku udah ganggu kamu, mending aku tidur diluar aja, biar sekalian mami tau kalau kita marahan. Buat apa menutupi semuanya dari mami." Ucap Yiren yang langsung menurunkan kakinya.

"Aku capek, mau tidur." Ucap Renjun tanpa menatap Yiren.

"Sampai kapan kamu marah?? Emang dengan begini masalah kita bakal selesai?? Aku udah bilang ke kamu Eric cuma pelanggan ku aja." Ucap Yiren.

"Aku capek, Ren. Aku tuh sedang hamil. Bukannya dapet perhatian dari kamu, malah dapet amarah. Kamu tuh kenapa sih?? Nggak mau dengerin aku?? Aku udah nikah sama kamu, aku udah lama pacaran sama kamu. Kamu udah tau gimana aku, tapi cuma karena aku pulang sama cowok lain kamu langsung cemburu dan marah. Kamu nggak percaya sama rasa cinta aku?? Kalau aku nggak cinta kamu, aku bisa aja Nolak pernikahan ini, aku bisa aja menolak kamu saat kamu ingin buat anak. Aku juga nggak akan mau mengandung anak ini. Apa kehadiran anak ini tidak cukup membuktikan kalau aku cuma cinta kamu??" Gerutu Yiren panjang kali lebar tambah tinggi tanpa henti.

Journey of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang