CAHPTER 41

47 6 0
                                    

.
.
.
.
.
Three months later

Besok adalah hari pernikahan Jeno dan Karina. Semua orang tengah sibuk namun tidak dengan Jeno. Dia masih sibuk bekerja padahal besok adalah hari sepesialnya. Jeno tidak mengharapkan pernikahan ini terjadi, tapi dengan terpaksa dia harus menerimanya. Lagi pula semua sudah disiapkan oleh ke dua orang tuanya. Dia hanya tinggal menunggu saja, mengucapkan janji suci dan selesai. Sudah sah kan.

"Jen kamu mau kemana??" Tanya Tiffany.

"Mau ngantor lah." Balas Jeno ketus.

"Jen, besok itu hari pernikahan kamu. Bantu Karina persiapan atau ngapain gitu." Ucap Tiffany sambil mengecek beberapa seserahan.

"Emang Jeno harus ngapain?? Bukannya kita nggak boleh ketemu karena besok udah ketemu?? Lagi pula besok cuma ngucap ikatan janji, habis itu resepsi cuma berdiri doang kan? Apa yang perlu Jeno siapkan??" Tanya Jeno.

"Mental kamu, Jen. Kamu harus bisa mengkondisikan jantung saat mengucapkannya. Jangan gugup." Ucap Donghae.

"Mental? Bahkan mental Jeno udah terlatih waktu kecil." Ucap Jeno.

"Gugup? Ngapain harus gugup?? Bahkan di samping Karina Jeno nggak gugup sama sekali." Lanjut Jeno yang langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Siang ini Jeno tidak ke kantor. Dia berbohong dengan kedua orang tuanya. Jeno saat ini sedang berada di cafe bersama dengan Renjun yang baru saja sampai sekitar beberapa detik yang lalu.

"Ngapain Lo nyuruh gue ke sini?? Harusnya lu tuh siap siap buat besok." Ucap Renjun

"Siap siap apa?? Cuma ngucap janji suci gitu doang." Ucap Jeno lalu menyeruput es americanonya.

"Ya elahh Jen. Gue ngerasa kasihan sama Karina dapet cowok kayak Lo. Yang nggak bisa berlalu dari masa lalu. Padahal Siyeon udah move on dari Lo." Ucap Renjun.

" Siyeon move on?? Masih belum, gue tau dia masih suka sama gue. Gue masih ada ikatan sama dia." Ucap Jeno.

"Ikatan?? Selama Lo masih ada ikatan, kalau nggak di takdirin tetep aja ikatan itu bisa putus. Siyeon udah bahagia sama kak Juyeon. Dan kak Juyeon udah baik sama Lo dan juga Siyeon." ucap Renjun.

"Lo harus tau, njun. Di dalam perut Siyeon ada anak gue. Dia ikatan gue sama Siyeon."

"Terus Lo pikir tuhan bakal berkehendak supaya Lo balik sama Siyeon gitu?? Walaupun ada anak Lo, Lo nggak akan bisa bersatu lagi sama Siyeon, Jen. Sadar woyyy jangan bodoh lu."

"Lo harusnya berterimakasih sama kak Juyeon. Lu udah di kasih kesempatan buat ketemu Siyeon, dan Lo juga udah di kasih kesempatan untuk lihat anak Lo nanti saat dia udah ada di dunia. Apa kak Juyeon nggak berhak bahagia sama Siyeon?? Lagi pula Karina juga cantik, dia baik. disaat Lo sakiti dia bertubi tubi. Dia tetap bertahan dan sabar kan?? Apa kurangnya Karina??" Lanjut Renjun.

"Lagi pula, kak Juyeon yang udah ngerawat Siyeon semasa hamil, dan melahirkan nanti pun kak Juyeon yang bertanggung jawab. Lu cuma Nanam benih dan ngebuang benih aja, dan benih itu di temukan sama kak Juyeon. Jadi itu udah hak kak Juyeon."

"Gue nggak ngebuang benih ya, njun. Gue udah mau bertanggung jawab." Ucap Jeno tak terima dengan ucapan Renjun.

"Jangan cuma ucapan, tapi tindakan. Lu ngomong, terus kabur dari rumah. Nggak bikin Mama papa Lo merestui kan, ehh mereka malah nyakitin keluarga Siyeon. Emang apa yang bisa lu lakuin biar orang tua lu merestui?? Saat itu Lo nggak ada tindakan." Ucap Renjun.

Jeno tak merespon ucapan Renjun, dia memilih diam. Apa yang di ucapkan Renjun memang ada benarnya. Lagi pula semua ini sudah terlanjur dan mau bagaimanapun dia harus menerimanya. Tapi melupakan sesuatu itu nggak gampang kan??

Journey of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang