CHAPTER 38

41 8 0
                                    

.
.
.

Malam ini, Haechan mengajak Somi untuk menghirup udara malam, di karenakan seharian ini Haechan telah mendengarkan semua keluh kesah Somi yang baru selesai menilai ujian murid muridnya.

Haechan juga memutuskan malam ini dia akan mengungkapkan perasaannya yang ke 99 kali kepada Somi, terhitung mulai dari SMA sampai saat ini. Entahlah Haechan tidak tau alasan kenapa dia bertahan sampai saat ini, dan menunggu kepastian yang sama sekali tidak pasti.

"Nih minum dulu coklat panasnya. Biar nggak suntuk terus tuh muka." Ucap Haechan menyodorkan segelas coklat panas yang di belinya di kedai dekat taman.

"Makasih, Malika." Ucap Somi yang langsung menyeruput coklat panasnya.

Haechan diam sejenak, mencoba mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan kembali isi hatinya. Dia juga takut serta gugup, bagaimana jika nanti Somi menolaknya lagi?? Apa dia harus menyerah dan menerima saran dari ibunya??

"Mikirin apa sih?? Dari tadi melamun Mulu." Ucap Somi.

"Ah nggak kok, cuma ada masalah sedikit di kantor tadi." Balas Haechan.

"Di beresin dulu dong masalahnya, kalau berat Lo bisa kok cerita sama gue, siapa tau gue bisa bantu. Gini gini gue juga lulusan Manajemen dan bisnis ya." Ucap Somi.

"Udah beres kok." Balas Haechan. Haechan diam sejenak mencoba mempersiapkan hatinya dan menetralisir rasa gugupnya.

"Som, gue mau ngomong sama Lo." Ucap Haechan.

"Lah ini juga lagi ngomong kan." Balas Somi.

"Jadi gini, gue mau ngungkapin perasaan gue lagi ke elo. Elo gimana??" Tanya Haechan membuat Somi bungkam.

Sebenarnya Somi merasa kasihan dengan Haechan karena menolaknya terus, padahal Haechan selalu ada untuknya. Tapi disisi lain Somi masih takut, bahkan saat ini Somi belum tau apakah dia menyayangi Haechan atau tidak. Dia benar benar takut salah pilih.

"Malika,,,, sorry." Ucap Somi.

Haechan tersenyum. Seharusnya dia tau apa jawaban Somi. Tapi dia tetap saja mengungkapnya dan itu membuat hatinya kembali terluka. Harusnya dia mendengarkan ucapan ibunya, untuk menerima nancy anak dari pak RT di kompleknya. Toh nancy juga sama cantiknya dan nggak kalah baik. Tapi namanya juga hati kan?? Haechan bisa saja menerima nancy tapi hatinya menginginkan Somi.

"Sampai kapan??" Tanya Haechan. Akhirnya pertanyaan yang tak pernah dilontarkan pada akhirnya terlontarkan begitu saja.

"Gue nggak tau." Balas Somi menundukkan kepalanya.

"Gue bukan ayah atau kakak Lo, Som." Ucap Haechan.

"Gue Haechan. Si Malika bodoh yang selalu menanti Lo untuk siap, gue Malika bodoh yang udah nunggu Lo selama 9 tahun lamanya, dan gue Malika si bodoh yang udah ngungkapin perasaan sebanyak 99 kali, padahal gue udah tau jawabannya." Lanjut Haechan.

"Lo lelah??" Tanya Somi.

"Kalau gue bilang lelah, apa Lo bakal Nerima gue?? Nggak juga kan??" Balas Haechan.

"Kalau Lo lelah, berhenti. Jauhi gue, Chan. Cari yang lain." Balas Somi.

"Gue udah cari yang lain, bahkan gue udah siap untuk yang lain. Tapi hati gue, hati gue tidak bisa menerima orang lain, Som." Ucap Haechan.

"Apa perlu gue nyakitin hati Lo untuk ke 100 kalinya lagi?? Agar hati Lo benci sama gue??" Tanya Somi. Haechan bungkam, dia tidak berniat untuk membalas. Toh mau disakiti berapa kali pun, hatinya akan tetap stay untuk Somi.

"HAECHAN,,,,,, MULAI SAAT INI, JAUHI DAN JANGAN DEKATI GUE LAGI." Teriak Somi yang langsung membalikkan badannya berlari meninggalkan Haechan.

"SOMI,,,, DENGERIN GUE." balas Haechan yang langsung mengejar Somi yang kian menjauh.






Journey of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang