Part 1 : kesal

572 89 5
                                    

"Huaaaaa!!" jerit Gina sambil mewek tidak jelas.

Sedangkan di bangku belakang pasukan ghibah heran melihat Gina seperti anak kecil. Sambil merintih Gina mencoret-coret bukunya geram dengan diri sendiri, kenapa tidak bisa medapatkan Fajar. Kakinya juga di hentak-hentak di keramik. Tangannya semakin gencar mencoret-coret dengan kecepatan full lalu melemparnya ke sembarang arah.

"Napa tuh?" ucap Ratih salah satu pasukan ghibah.

"Biasalah, ditolak bocil," jawab Rere santuy.

"Jiaaak! bocil yang cool itu?"

"Ya, iyalah sih Fajar cogan SMP itu!"

"Gue sebenarnya juga suka sama Fajar tapi, ya gue sadar dirilah, gak kayak Gina langsung trobos aja."

"Gina kan good looking, bebas lah mau yang mana, kakel bisa, guru bisa, seangkatan bisa, bocil juga bisa."

"Eettss, Gina emang bisa dapetin mereka, kecuali bocil cool itu."

"Eeh, iya Gina gak bisa dapetin Fajar, wkwk! Selera Fajar kayak gimana sih? Yang good looking kayak Gina aja ditolak."

"Tau, biasalah orkay agak jual mahal dikit."

Saat pelajaran berlangsung Gina juga masih memanyunkan bibirnya kesal karna tolakan halus dari Fajar. Bagi Gina ia sama sekali belum pernah ditolak oleh siapapun, tapi kali ini, ia benar-benar ditolak. Meskipun ditolak secara halus tetap saja Gina tidak pernah merasakan itu. Ooh sungguh Fajar adalah orang pertama yang menolak ajakan Gina dan itu membuat Gina sakit hati yang sedalam-dalamnya. Tapi bukan Gina namanya jika nyerah begitu saja.

Bel berbunyi, membuat siswa-siswi yang tadinya mengantuk didalam kelas kembali menjadi segar bugar. Sama seperti Gina yang bertekad akan mengejar Fajar dan tidak akan membiarkan Fajar lolos begitu saja.
Baginya orang yang sudah masuk ke hati akan susah untuk dilupakan sama seperti Fajar yang tidak tau kapan sudah masuk kedalam hati Gina.

"Ginol! Kantin kuy!" ucap Via teman dekat Gina.

"Kantin SMP ya?" balas Gina antusias.

"Dih, ngapain disana? Kita ini anak SMA masa iya gabung sama pasukan bocil!" serkah Dewi juga teman dekat Gina.

"Ck!" Gina berdecak kesal mendengar jawaban Dewi. "Tapi gue mau makan disana! Pokoknya disana!" paksa Gina.

"Gak! Gue gak SETUJU!" jawab Dewi menekan kata terakhirnya.

"Finish! Gue TRAKTIR!" tekan Gina pada kata terakhirnya.

"GUE SETUJU!" teriak Via, karna mendengar kata traktir.

"Kuy, makan sepuasnya!" ajak Gina menarik tangan kedua sahabatnya.
Dewi hanya pasrah karna Via sudah menyetujui ucapan Gina.

Sampai dikantin SMP, Dewi merasa tidak nyaman dengan tatapan adik kelasnya, yang pastinya merasa bingung melihat ada anak SMA di kawasan murid SMP. Sedangkan Via ia bodoamat dengan tatapan adik kelasnya, baginya yang terpenting adalah makan, makan, dan makan mumpung gratis pikirannya.
Kalo Gina? Jangan ditanya, ia sedang asik memandang wajah Fajar dari jauh hingga makan pun masih memandang wajah manis Fajar. Tentu saja Gina tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.

Fajar masih tidak sadar bahwa Gina sedang menatapnya, karna ia terlalu asik mengobrol dengan kedua temanya. Tapi Fikri salah satu temannya menyadari keberadaan Gina, ia pun langsung menyenggol lengan Fajar dan membuat Fajar mengikuti arah pandangan Fikri dan... Otomatis Fajar dan Gina saling memandang jarak jauh, tapi sayang hanya 0000,2 detik Fajar langsung membuang pandangannya kearah lain.

Fajar yang tadinya ceria langsung berubah jadi badmood karna melihat Gina. Tanpa aba-aba Fajar langsung pergi meninggalkan kantin dengan wajah yang tidak enak dipandang. Sepertinya Fajar benci jika Gina selalu mengejar-ngejarnya.

"Fajar kenapa tuh?" tanya Andi temen Fajar.

"Tuh," tunjuk Fikri kearah Gina dengan dagunya.

"Pantes."

Teman-teman Fajar sudah mengetahui bahwa Gina sedang mengejar-ngejar Fajar, ralat bahkan hampir satu sekolah SMA maupun SMP sudah mengetahui hal itu. Tapi apa peduli Gina? Mau satu jagat raya mengetahui itu Gina akan tetap mengejar Fajar.

Siapa yang marah jika Gina mendekati Fajar? Toh Gina adalah salah satu primadona sekolah, masuk kedalam salah satu siswa tercantik di sekolah BB.

Masalah kaya? Gina juga termasuk salah satu anak konglomerat walaupun kekayaannya masih jauh dengan keluarga Fajar yang kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan.

Pintar? Gina juga pintar di bidang pembelajaran bahkan ia sempat menjadi juara kelas.

Terus dimana kekurangan Gina? Walaupun hidup Gina nyaris sempurna dan bahagia tapi jangan kira Gina tidak memiliki kekurangan dan masalah. Tentu saja setiap orang pasti memiliki kekurangan dan masalah bukan?

Gina yang melihat Fajar pergi langsung memanyunkan bibirnya lagi, lalu ia tersenyum paksa mengikhlaskan itu. Nafsu makanya seketika hilang begitu saja, saat Fajar pergi. Dewi yang menyadari raut wajah Gina yang berubah langsung mengikuti arah Pandangannya, Dewi langsung mengerti, pasti karna Fajar.

"Udalalah, Gin ikhlasin lo kan cantik, lo juga bisa dapet yang lebih ganteng dari Fajar," ucap Dewi memperingati.

"Kalo masalah cowo lain gue gak bisa! Gue maunya dia! Dia, dan dia!" Kekeh Gina sedikit kesal karna Dewi seperti menyuruhnya menjauhi Fajar.

"Tapi--kan..."

"Gue cantik maunya Fajar!" tegas Gina tidak mau kalah.

"Dih, kalian ngomongin apa sih?" tanya Via yang sedari tadi tidak nyimak sedikitpun karna masih asik menghabiskan mie ayam, bakso, mie pecel, jus jeruk, dan makanan ringan lainnya.

"Via OGEB!" teriak Gina dan Dewi barengan. Hal itu membuat Via memandang mereka bergantian tidak mengerti dengan apa yang dimaksud.

"Ooh, gue tau pasti si Ginol dicuekin lagi sama Fajar 'kan?" tebak Via asal tapi benar

"Hemmm" jawab Gina malas dan tidak bersemangat.

"Tenang biar gue yang urus," jawab Via, melangkah ke bangku sebelah tepatnya di bangku Fikri dan Andi.
Sontak itu membuat Gina dan Dewi kaget dengan tingkah Via yang pemberani.

Gina dan Dewi hanya menyimak dan melihat apa yang dilakukan Via di meja Fikri dan Andi. Dengan jantung yang dag... dig... dug Gina menelan ludah kasar ia takut jika Via melakukan hal yang tidak-tidak kepada kedua sahabat Fajar.

"Heh! Mana temen lo yang jual mahal itu?" ucap Via setelah sampai di meja Fikri.

"Eeghemm, didatengi kakak kelas nih cantik lagi," gerogi Andi yang jiwa play boy nya mulai keluar.

"Kakak kenapa?" jawab Fikri sopan bagaimanapun ia harus sopan terhadap kakak kelasnya.

"Mana sih Fajar yang songong itu?" tanya Via dengan nada sedikit menyindir.

"Ngapain cari Fajar kak? Kan ada aku disini, aku juga gak kalah ganteng dari Fajar," jawab Andi PD.

"Najis!" ketus Via merasa jijik dengan Andi.

"Tolong yah bilang sama sahabat kalian itu, jangan sok jual mahal, mentang-mentang ganteng, jadi songong gitu! Noh sahabat gue galau gara-gara dia sok cuek!" tegas Via.

"Lah," jawab Fikri dan Andi berbarengan.

..

..

..

Bersambung

Ada yang nungguin gak?
Gak ada ya, yaudah deh:)

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang