Part 2 : Gak Terima!

394 72 0
                                    

"Fajar! Jangan cuek-cuek dong, senyum dikit biar gue tambah sayang."

"Kakak apaan sih?"

"Senyum dulu, iih," ucap Gina manja memegang pipi Fajar dan dan menarik sudut bibirnya membuat senyuman. Gina yang hanya beberapa cm lebih tinggi dari Fajar dengan mudah mencolek pipi Fajar gemas.

Fajar hanya diam diperlakukan seperti itu, tapi tetap dengan wajah cueknya yang tidak akan berubah dengan apapun.
Sebenarnya ia bisa saja membentak Gina, menepis tangan Gina yang ada di pipinya, tapi inilah Fajar rasa sopan begitu tinggi terhadap orang yang lebih tua darinya.

"Fajar! Iiiihh senyum gak?" kesal Gina saat Fajar kembali cuek dan dingin, dengan nada seperti mengancam.

"Gak," ketus Fajar sedikit lembut, karna Fajar memang memiliki keperibadian yang lembut walau cuek.

"Senyum gak!? Senyum gak!? Senyum gak?! Senyum lah masa engga!?" ucap Gina kembali menjiwil pipi gemoy milik Fajar membentuk smile.

"Nih, senyum nih, senyum," jawab Fajar tersenyum tidak tulus, tapi tetap saja senyuman begitu manis dimata Gina.

"Nah gini kan tambah ganteng Fajar-nya Gina, xixixi." Gina tersenyum bahagia melihat Fajar mengalah meski ada keterpaksaan disana.

Fajar-nya Gina? Sejak kapan gue jadi punya dia? Lirih Fajar dalam hati. Agak tidak terima Gina mengucapkan kalimat tersebut.

Mereka sedang berada di taman pertengahan antara SMP dan SMA yang sedikit ramai karna ia ni adalah taman area bersama yang otomatis siswa-siswi SMP maupun SMA ada disana, dan tentu saja siswa-siswi disana menyaksikan Gina dan Fajar dari jauh tanpa mendengar apa yang dibicarakan.
Sedikit lucu melihat dua anak itu yang tidak seperti orang yang sedang pacaran melainkan seperti pertemuan kakak dengan adiknya karna mereka berbeda seragam tentunya.

Aneh tapi nyata, dan inilah dia mungkin jika kalian melihat ini kalian akan iri melihat adik kakak akur, tapi sekali lagi mereka bukan adik kakak walaupun kelihatannya seperti itu.

"Jiaaak! Dicariin kemana-mana teryata malah pacaran sama kakel!" ucap Andi yang yang tiba-tiba datang dari belakang bangku yang sedang diduduki oleh Fajar dan Gina, dengan Fikri pastinya.

"Gue gak pacaran!" ketus Fajar tidak terima dengan ucapan Andi.

"Lah, ini buktinya, duduk berdua disini, cepika-cepiki, kalo bukan pacaran apa namanya eperbadeh?" geram Andi.

"Yok lah An, kita cabut jangan jadi obat nyamuk ganggu orang pacaran," sindir Fikri.

Ucapan Andi dan Fikri tentu saja mengundang senyuman di bibir  sekali. Bahagianya tidak dapat digambarkan begitu saja oleh Gina, dan intinya ia sangat bahagia sekali. Jika umumnya sindiran menyakitkan tapi beda dengan sindirian satu ini, yang membuat Gina terbang melayang jauh dan tinggi.

Beda dengan Fajar, ia masih setia dengan wajah datarnya. Sedikit kesal. Saat teman-teman mengucapkan kalimat tersebut yang pastinya itu sangat menggusik pikiran Fajar.

Siapa juga yang mau pacaran dengan Gina? Fajar tidak mau sama sekali. Terus kenapa ia bisa disini? Yah itu terjadi karna Gina lah yang mendatangi duluan saat Fajar masih fokus membaca bukunya.

"Ck! Kalian apaan sih? Yok lah cabut bentar lagi bel," ajak Fajar tanpa peduli raut wajah Gina yang berubah.

"Iihh, Fajar bel-nya masih lama tau, main pergi-pergi aja!" ucap Gina tidak terimah Fajar pergi.

"Nah, bener tuh kata Gina, toh kita pelajaran pertama kosong pak Abdul sigundul gak masuk," ucap Fikri membela Gina agar Fajar tidak kemana-mana.

"Tenang aja kak, kan masih ada Andi yang bisa nemenin kakak 24 jam full time," Lagi-lagi Andi sok care.

"Nah, bagus tuh sama Andi aja, gue banyak tugas," jawab Fajar santai.

"Dih, gak mau sama Andi! Maunya sama Fajar titik!" kekeh Gina.

"Serah," ketus Fajar langsung get out dari taman tersebut meninggalkan Gina sendiri.

Hhuuhhff
Gina menghela nafas, sambil mengelus-elus dadanya mencoba sabar dengan sikap Fajar yang cuek kek bebek.

"Ayoo, Gina semangat! Tugas lo cuman cairin es batu yang membeku akibat kurang kasih sayang, ayo semangat! Semangat! Inget kata Mama, orang cuek itu setia, orang cuek itu lebih perhatian kepada orang yang ia sayang, maka dari itu gue harus berusaha jadi salah satu orang yang Fajar sayang, harus. Harus bisa, semangat calon pacar Fajar semangat," ucap Gina berkomat-kamit menyemangati dirinya sendiri.

"Ayo, kita kejar masa depan!" ucapnya lagi berbicara sendiri.

***

"Ginaaa!!!" teriak Via heboh memanggil nama Via hingga semua orang yang ada dikelas menutup telinganya.

"Anjir! Itu suara orang apa trompet sangkakala? Gendang telinga gue mau pecah dengernya!" omel Ari si ketua kelas.

"Kiamat...!" jerit si Kiel seperti orang tidak waras karna berlari-lari memutari bangku tanpa tujuan yang jelas.

"Gila, si Via suaranya kayak toak mesjid dipake raksasa!" sahut Rere ikutan berkomentar.

"Keturunan raksasa mungkin, wkkw...!" tawa Ratih pecah.

"Diem, lo semua atau gue teriak lagi nih, yang lebih kenceng?" ancam Via melotot kearah Rere, Ratih, Ari, dan Kiel.

"Jangaaan!!" teriak mereka ber-empat kompak, takut jika Via kembali mengeluarkan suara raksasanya.

"Lo kenapa manggil-manggil gue?" tanya Gina masih fokus ke hpnya.

"Si Keny sama Fajar lagi PDKT," bisik Via ditelinga Gina, yang pastinya hanya didengar oleh mereka berdua saja.

"Hah! Seriuss? Jangan boong deh!? Aauuu gue gak rela! Gak rela pokoknya!" amuk Gina setelah mendengar bisikin Via.

"Tadi gue liat kok di kelas mereka duduk berdua, terus ketawa-ketiwi bahagia gimana gitu," jelas Via tanpa berbisik lagi.

"Lo, jangan bikin gue kebakaran dong! Atau jangan-jangan lo bo'ong kan biar gue nangis teriak-teriak? Ngaku deh, ngapain juga lo kelas anak SMP?" ucap Gina tidak percaya, ralat bukan tidak percaya tapi mencoba mencari kebohongan diantara ucapan Via.

"Gin, gue serius tau, tadi gue emang ke kelas anak SMP di kelasnya Fajar nganter berkas ke wali kelas sembilan, serah deh kalo lo gak percaya."

"Huaaaaaaa! Jangan gitu donk Vi,"

"Lah, emang itu kenyataannya eperbadeh!"

"Apaansih kalian, ngedrama mulu," sahut Dewi yang sedari hanya nyimak tapi mengerti apa yang dibicarakan.

"Terus, Nih tadi...."

"Udah jangan dilanjutin dong! Gue gak kuat dengernya, huaaa!" rengek Gina seperti anak kecil.

"Elo, sih Vi, Gina jadi nangis 'kan?" omel Dewi.

"Ya, maaf gue kan orangnya gak bisa mendem perasaan. Apapun yang gue tau, harus gue sampikan jika itu bersangkutan sama orangnya," jelas Via memelan.

"Huaaa! Gimana kalo si Keny rebut Fajar dari gue?"

"Gak bakal, udah lo tenang dulu."

Inilah Gina, jika ia menangis akan lebih seperti anak kecil yang tidak dibelikan gulali. Ia akan meronta-rontak, dan menjerit-jerit tanpa ada alasan.

TBC

Vote ayuk kak.
Bukan seleb kan?

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang