Part 41 : Pindah

174 21 1
                                    

Tiga makhluk Mars tersebut, kini sedang duduk manis, disertai kaca mata hitam yang kece. Untuk menyamarkan dorong agar Fajar tidak tau bahwa mereka mengikutinya. Beruntung Gina dkk, mendapatkan bangku tepat dibelakang Fajar yang memudahkan persembunyiannya dari Fajar.

"Yah, Fajar mau nyambung sekolah tempat nenek," ucap Fajar santai memotong sosis bakarnya.

"Njir," gumam Gina, kaget.

"Kok disana? Kejauhan."

"Fajar gak mau tinggal sama Mamah, Fajar mau sama nenek, kalo sama nenek, Fajar diperlakukan baik banget."

"Emang sama Mamah, gak gitu?"

Fajar hanya menggeleng, enggan memperjelas keadaannya saat tinggal bersama Mamahny, karna akan terkesan menjelek-jelekan Mamahnya sendiri.

"Rumah Ayah, di Thailand, tapi kalo Fajar mau ikut Ayah, Ayah bakal pindah kesini, bikin rumah disini, kerja disini, dan disini aja sama Fajar," jelas Tio mengunyah perlahan makannya.

"Kalo Fajar ikut Ajah, mau bikin rumah dimana?" tanya Fajar serius.

"Dimana yang Fajar mau, Ayah turutin, deket rumah Mamah? Deket rumah Nenek? Atau ikut ke Thailand?"

"Fajar gak mau ke Thailand! Entar jarang ketemu Fajri."

"Gak mau jauh-jauh dari Fajri yah?" tawa Tio renyah.

"Iyah, mwehehe."

Sedangkan dibangku sebelah, tiga elien kepoan, tengah syok, mendengar penuturan Fajar yang memanggil laki-laki di sebelahnya, dengan sebuah Ayah dan yang kedua, penuturan Fajar yang akan kemungkinan akan pindah, entah itu tempat neneknya atau dimanapun, yang pastinya membuat Fajar tidak akan bersekolah di sekolah Gina ini.

"Kalo gak mau jauh-jauh dari Fajri, biar ayah buat rumah disini aja, biar kamu sekolah disini bareng Fajri, terus bisa ketemu Fajri setiap hari," terang Tio.

"Yes!" senang Gina.

Sedangkan Fajar masih memikirkan masalah tempat tinggalnya. Jujur ia ingin sekali satu sekolah dengan Fajri, tapi di sisi lain, rencananya untuk menjauhi Gina akan gagal.

"Terserah Ayah, Deh, Fajar ikut aja asalkan jangan di Thailand!"

"Ya udah bikin rumah disini aja yah?" tanya Tio, dan Fajar menjawabnya dengan sekali anggukan.

"Yes! Yes! Yes!" senang Gina, bukan main.

"Akhirnya Fajar gak jadi pindah, kalo dia pindah Gina juga pasti pindah," ucap Via bersyukur.

"Pindah kemana?" tanya Dewi reflek.

"RSJ! Dia kan bisa gila kalo gak ada Fajar!"

"Bener juga lu!"

***
Untuk saat ini Fajar memutuskan untuk pulang dulu ke rumahnya, karna kata Tio rumah barunya masih di revisi. Lagian barang-barang Fajaraskh ada di rumah Mamahnya.

Tepat di malam hari, di saat Fajar sedang asik bermain gemes, di kursi geming-nya memainkan permainan sepak bola kesukaannya. Fajri dengan kebiasaan barunya, masuk menerobos ke kamar Fajar tanpa izin, bahkan hanya sekedar ketika pintu.

"Abang!" teriak Fajri heboh.

"Nape lu?"

"Abang beneran mau pindah?"

"Hmm, gue mau ikut, Ayah ke Thailand, hahaha!!" canda Fajar ingin melihat ekspresi adiknya.

"Pak Tio?"

"Jadi siapa lagi! Orang jelas-jelas tes DNA nya udah positif!"

"Bang, dari pada, ke Thailand, mending tempat nenek aja deh, gak papa, ke Thailand kejauhan!"

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang