Part 14 : Resah

162 30 1
                                    

"Wii, Via gimana dong ini!" frustasi Gina, mengaduk-ngaduk kuah baksonya.

Gina sama sekali tidak nafsu makan, sedari tadi ia hanya memainkan makanya sambil mengaduk-ngaduk. Gina tidak bisa seperti ini, ia terlalu sakit hati karna Fajar kembali mendiamkannya.

"Ya mau gimana lagi, Fajar emang gak punya perasaan lebih sama lo," jawab Via enteng saja.

"Iya, bener yang di bilang Via," sahut Dewi membenarkan.

"Fajar memang susah buat jatuh cinta," ucap Gina menambahi.

"Tapi kok dia bisa suka sama Keny, padahal kan elo yang berusaha deketin dia?" tanya Dewi kepo, dan mencoba mencari tau lebih dalam.

"Dih! Siapa bilang Fajar suka sama dia! Asal kalian tau yah! Fajar sama Keny itu sepupu, dan lo tau Fajar itu minta tolong Keny buat jadi pacar boonganya biar gue gak ngejer-ngejer Fajar lagi! Paham kan sekarang!?" jelas Gina ngotot.

"Astaga! Beneran?" balas Dewi tidak percaya.

"Lo tau dari mana, Gin? Jangan-jangan lu ngarang cerita yah! Orang Fajar sama Keny kelihatannya romantis banget kok kayak orang pacaran gak kayak sepupuan," tanya Via mengeluarkan unek-uneknya.

"Sembarangan lo kalo ngomong! Gue jelas taulah, pokoknya semua yang bersangkutan dengan Fajar gue tau!" cetus Gina.

"Yaelah, sok tau lu! Coba sebut nama Mamanya!" tantang Via menguji Gina.

"Lina!" jawab Gina cepat di sertai senyum keberhasilan.

"Hmm, warna favoritnya?" tanya Dewi ikut-ikut Via.

"Biru!" jawab Gina secepat kilat.

"Makanan kesukaannya?"

"Sosis!"

"Rumahnya Fajar?"

"Kompleks perumahan Indah no 55!"

lagi dan lagi Gina menjawab pertanyaan kedua sahabatnya dengan mudah dan santai. Ia merasa menjadi orang yang tau tentang segalanya tentang Fajar, padahal masih begitu banyak hal yang ia belum ketahui tentang seluk-beluk hidup Fajar.

"Ayok apa lagi!?" tantang Gina dengan gayanya yang selangit.

"Tau deh! Percuma juga lo tau banyak tentang dia tapi dianya kagak tau tentang lo," remeh Via yang tanpa sadar membuat hati Gina perih.

"Via! Lo kok ngomong gitu?" tegur Dewi yang menyadari perubahan ekspresi pada Gina.

"Yaelah becanda kali! Gapapa kan, Gin?" tanya Via tanpa merasa berdosa sama sekali.

"Eenggg, gak papa kok," ucap Gina menggeleng pelam, dan mencoba untuk biasa saja, padahal dalam lubuk hatinya sangat tidak tenang.

"Gue ke sana bentar yah," ucap Gina meninggalkan kedua sahabatnya.

Setelah Gina pergi, suasana menjadi canggung.

"Elo sih, kalo ngomong kagak di filter!" beruntung Dewi yang paham jelas bahwa Gina sedang sakit hati dengan ucapan Via.

"Lah, gue salah dimana anjir!?"

"Seharusnya lo gak ngomong gitu!"

"Namanya becanda, Gina kayak gak tau gue! Gue kan ceplas-ceplos orangnya, dia terlalu baperan!"

"Situ! Gak boleh gitu, pokoknya lo harus minta maaf!"

"Iya deh, nanti."

Cukup menyakitkan mendengar apa yang di ucapan Via, walaupun apa yang diucapkannya benar. Fajar sama sekali tidak mengetahui tentangnya. Sedikit menyayat hati, namun Gina adalah Gina ucapan yang tadi ia dapatkan sama sekali tidak mematahkan usahanya untuk mengejar cinta adik kelasnya tersebut.

"Gina nih bos! Mental baja! Awas aja gue pastiin gue bakal dapet Mas F!" sekali lagi Gina menyakinkan dirinya bahwa ia bisa.

"Cepat atau lambat tuh anak pasti luluh juga! PASTI!"

"Mas F memang menggoda parah!"

"Hah! Teryata ini hari Sabtu!" kaget Gina melihat ke hpnya.

Seperti biasa setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu rutinitas yang Gina lakukan adalah mengikuti Fajar latihan bola. Diam-diam Gina mengetahui apa kebiasaan Fajar. Tidak ingin merusak mood Fajar, Gina memantau Fajar dari kejauhan, sebisa mungkin Gina berusaha agar Fajar tidak tau bahwa ia mengikutinya sampai ke luar sekolah. Bisa-bisa mood Fajar hancur bila melihat Gina.

Sudah waktunya masuk kelas, wajah Gina tidak ditekuk seperti tadi, ia sudah mulai tersenyum saat tau ini adalah hari sabtu, Gina sangat senang karna nanti ia akan cici mata, melihat Fajar yang banjir keringat sungguh membuat Gina meleyot.

Setiba di kelas Gina di cegat oleh dia sahabatnya, siapa lagi kalo bukan Dewi dan Via?

"Em, Gina gue minta maaf soal tadi, beneran deh gue gak bermaksud, lo kan tau sendiri gue orangnya ceplas-ceplos," terang Via meminta maaf dengan tulus.

"Udahlah santai," jawab Gina tersenyum.

***

Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba, bel pulang sekolah telah berbunyi, Gina sangat yakin bahwa Fajar pasti latihan, kerna sepengetahuan Gina Fajar tidak pernah bolos soal bermain sepak bola.

"Gina!" panggil Dewi melambaikan tangannya.

"Eh!"

"Lo pulang bareng siapa?"

"Gue pulang sendiri."

"Ayok bareng kita aja, kaya biasa."

"Ah, kayaknya gue gak bisa, ada urusan soalnya."

"Urusan apa, kami ikut yah!" cetus  Via, yang jiwa keponya telah keluar.

"Hah? Gak bisa ini masalah pribadi," jawab Gina lagi.

"Oh, masalah pribadi, yaudahlah, kami pulang duluan yah, dah."

"Dah."

Setelah kedua sahabatnya pergi, Gina mulai celingak-celinguk mencari keberadaan crush-nya, mengikutinya seperti biasa, dengan mengendarai kereta scoopy berwarna coklat muda, tidak lupa dengan helm dan masker agar Fajar tidak tau bahwa gina mengikutinya.

Sedangkan Fajar menaiki taksi, karna ia telah menjadwal supir pribadinya untuk tidak menjemputnya pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu.

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang