Pagi sudah tiba, tapi Fajar bersikap tidak seperti biasanya, ia melewatkan makan paginya. Bahkan saat Fajar ingin berangkat bersama Fajar menolak dengan tegas. Fajri merasa ada yang aneh dengan Fajar, pasalnya semalam Fajar masih baik-baik saja, bahkan lebih baik dari hari sebelumnya
Di sekolah, masih seperti biasa Fajar selalu memasang wajah dinginnya, lalu memutari seluruh gedung sekolah seperti kebiasaannya. Ia sungguh berharap tidak bertemu dengan kakak kelasnya yang selalu mengejar-ngejarnya.
"Syukurlah, Nek Lampir gak ada disini," Fajar lagi-lagi berbicara sendiri.
Semenjak kejadian semalam, Fajar menjadi sering berbicara sendiri. Aneh! Tapi berbicara sendiri itu sedikit menyenangkan, kita seperti memiliki sosok teman dalam diri kita sendiri. Yah, Fajar baru tau sekarang bahwa berbicara sendiri menyenangkan.
Sedangkan sisi lain, seorang anak perempuan yang menggunakan baju khas anak SMA sedang mondar-mandir, mencari keberadaan Fajar. Siapa lagi selain Gina?
"Waduh! Cowo gue kemana sih!" kesal Gina berdecak kesal.
"Lo udah cari dimana aja?" tanya Dewi, ikut pusing melihat sahabatnya yang tidak bisa tenang, sebelum menemukan Mood Booster-nya tersebut.
"Lo udah cari di tong sampah belum?" tanya Via tidak ada serius-seriusnya.
"Jangan sampek tuh mulut, gue jahit!" sengak Gina sangar.
"Ampun suhu!" jawab Via berlagak takut.
"Pokoknya gue gak mau tau, kalian harus bantu gue cariin Fajar! Biar cepet mencar!"
Mau tidak mau kedua sahabat Gina memencar dari sisi ke sisi sekolah mencari keberadaan bocil SMP tersebut.
Tidak hanya Gina yang kesal dengan hilangnya Fajar. Tapi Dewi dan Via juga kesal. Bagaimana tidak, kehilangan Fajar membuat mereka harus berkeliling sekolah sepagi ini.
Setelah berkeliling, mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Fajar. Tapi tidak dengan Dewi, ia berhasil mengetahui dimana keberadaan Fajar.
"Akhirnya nih bocil, ketemu juga," ucap Dewi tertawa puas.
"Eh! Cil!" panggil Dewi dengan seenaknya.
"Mampus gue ketawan," guamam Fajar, melirik keadaan sekitar untuk melihat apakah Gina ada disini juga.
"Nah, akhirnya ketemu juga, capek gue keliling sekolah cuman buat nyari lo!" keluh Dewi duduk di samping Fajar.
Ternyata Fajar berada di sebuah bangku, tepatnya di belakang gedung ruang guru yang terlihat sepi. Duduk sendirian mengunakan headset tanpa kabel, lalu memegang buku, yang entah apa isinya.
"Kakak ngapain disini?" tanya Fajar bingung.
"Lo dicariin sama Gina noh!"
"Ck!" decak Fajar kesal. Lihatlah bahkan mendengar kata Gina saja Fajar sudah sangat kesal, mungkin lebih kesal bila manusianya ada di dekatnya.
"Entar deh, biar Gina aja yang gue suruh kesini," tutur Dewi mengambil hpnya di suku, bertujuan untuk menelpon Gana.
Tapi sebelum itu, Fajar merebut HP Dewi dengan seenaknya. Ia benar-benar tidak ingin Gina mengganggunya.
"Jangan, Kak, Fajar gak mau diganggu," seru Fajar dingin.
"Gak bisa! Sini balikan hp kakak!" ketus Dewi berusaha merebut hpnya dari Fajar.
Namun sayang Fajar tidak memberikannya, dan malah menyembunyikan hp Dewi dibelakang tubuhnya. Dewi tetap berusaha mengambil hp tersebut, bagaimanapun alasannya.
Karna tubuh Fajar yang tinggi, ia mengangkat hpnya tinggi-tinggi. Ketahuilah walaupun Fajar masih SMP, tapi tinggi badannya mengalahkan anak perempuan yang sudah SMA. Termasuk Gina. Yah, Fajar masih lebih tinggi dari pada Gina.
"Ambil kalo bisa!" canda Fajar dengan tawa mengejek.
"Fajar kembaliin! Iiihh!" kesal Dewi.
"Gak bisa, haha!" ejek Fajar tertawa renyah.
"Jar, lu jangan maen-maen sama gue."
"Ambillah, Kak," sahut Fajar tapi masih mengangkat hp tersebut.
Sampai pada akhirnya mereka kejar-kejaran hanya karna hp berwarna oren tersebut.
Fajar juga semakin membuat Dewi emosi karna Fajar selalu menertawakannya saat ia gagal mengambil hpnya."Bocil gak ada akhlak lo yah!"
"Gimana sih, Kak, ngambil hp dari bocil aja gak bisa," Fajar semakin terkekeh-kekeh melihat kakak kelasnya emosi.
"Jar! Balikin!"
"Ambil sendiri dong, Kak," ujar Fajar menyodorkan hp Dewi, tapi menariknya kembali saat Dewi hendak mengambilnya.
"Jar! Sini balikin, entar Gina ngamuk!" seru Dewi membayang Gina sedang marah-marah karna ia tidak segera menelepon Gina, padahal Fajarnya sudah ketemu.
"Yaudah ini ambil kalo bisa," ujar Fajar tersenyum, ngakak.
Entah sejak kapan es kutub utara tersebut, jadi mudah tersenyum, bahkan tertawa, hanya karna hal sekecil ini. Padahal saat bersama Gina, Fajar tidak pernah tersenyum seperti ini.
"Jar! Gue capek tau!" terang Dewi menatap Fajar dengan tatapan lelahnya.
"Fajar juga capek, Kak," sahut Fajar ngos-ngosan, karna insiden kejar-kejaran tadi.
"Nah, 'kan capek, yaudah sini balikan," tutur Dewi mengadahkan tangannya.
"Nih, ambil, Kak," ucap Fajar menentukan tangannya, memberikan hp tersebut kepada Dewi.
"Nah, gini dong," Dewi bernafas lega, lalu mengambil hpnya.
"TAPI BOONG!" Fajar menarik kembali hpnya, lalu tertawa karna melihat ekspresi Dewi yang sedang menahan amarahnya.
"Fajar," ucap Dewi ikut tersenyum ngakak, mengingat kebodohannya tadi.
Akhirnya mereka kembali berkejar-kejaran seperti tadi, tapi kalau ini di sertai tawa ngakak! Bagaimana tidak? Dewi selalu gagal mengambil hpnya dari genggaman tangan Fajar.
Sedangkan Fajar tawanya semakin menjadi-ksdi saat Dewi memanggilnya bocil, padahal Dewi juga tidak berhasil mengambil hpnya dari tangan bocil."DEWI!" panggil Gina dengan susra yang keras.
______
Bersambung
Mampus dah, ketawan sama Ginol!
Haduh! Gimana dong??
Gina marah gak yah?Ekspresi dewi?
***
AUTHOR : Gimana Fajar?
FAJAR : ya, biarinlah! Emang dia siapa Fajar Thor?!
AUTHOR : Lah, bukannya gebetan elu yah🤣
FAJAR : jangan ngadi-ngadi lu Thor😾 Najis saya!
AUTHIR : Najis-najis nanti naksir loh!
FAJAR : Gak bakal! 😾
****
AUTHOR : GIMANA Wii?
DEWI : Aduh, Dewi gak tau, Thor.
AUTHOR : Hayolah, Gina marah!
DEWI : Thor, lu jangan nakut-nakutin gue deh!
KAMU SEDANG MEMBACA
SMP (Sebatas Menghargai Perasaan)
Teen FictionWhen, gadis SMA menyukai siswa, yang masih duduk di bangku SMP. "Ngerayain hari valentine itu bukan budaya kita, budaya kita itu suka sama orang yang gak bisa di gapai!"