Part 15 : Pantau!

137 29 0
                                    

Yaps sampai, ditanah lapang anggota Porkeb FC sama sekali belum ada yang datang, tapi sungguh keadaan tanah lapang lumayan ramai di penuhi anak-anak yang sedang bermain, kelereng, layangan, dan lain-lain.

Gina menyelip di antara anak-anak perempuan yang sedang bermain masak-masak, tapi matanya tetap memantau Fajar, sesekali Gina mengajak ngobrol anak-anak tersebut bahkan Gina memberi mereka uang jajan.

"Kalian main disini gak dicariin sama ibunya?" tanya Gina mencoba mendekatkan diri ke anak-anak desa tersebut.

Meskipun tempat tinggal mereka termasuk di kota, tapi pasti ada tempat dimana sekumpulan orang yang kurang mampu, rumah-rumahnya juga sederhana tidak sebesar rumah Gina dan Fajar yang seperti Istana.

"Engga kak, tadi udah ijin sama Ibu," jawab salah satu anak perempuan tersebut.

Sebenarnya kampung ini cukup jauh dari perumahan elit tempat Fajar dan Gina tinggal, tapi bagi mereka ini tidak jauh sama sekali kerna mereka sudah sering kesini, bahkan sudah menjadi kebiasaan.

"Kakak semalam kok gak kesini?" tanya anak perempuan berbaju sedikit kumuh, dengan rambut yang sedikit berantakan.

"Iya, 'kan kakak kesininya hari Selasa, Kamis, sama Sabtu," jawab Gina tersenyum.

Tapi sungguh matanya tidak berhenti menatap Fajar yang tengah asik latihan sendiri, sembari menunggu teman-temannya datang. Ini adalah salah satu hal yang membuat Gina makin tergila-gila orang Fajar, Fajar sama sekali tidak membeda-bedakan teman. Fajar mau berteman dengan mereka tanpa memandang derajat dan harta. Sungguh Gina sangat mengagumi Fajar luar dalam.

"Kak."

"Iya."

"Kakak gak bawa makanan kaya biasa?" tanya anak perempuan yang paling kecil.

"Ooh, iya kakak lupa, bentar ya kakak ambil dulu di tas."

Gina mulai membuka kancing tasnya, mengambil satu bungkus permen yupy. Sudah menjadi kebiasaan Gina membawakan cemilan anak-anak tersebut. Hingga mereka juga terbiasa dengan itu, dan selalu meminta saat Gina datang.

"Nih, buat kalian jangan rebutan yah, berbagai, oke?"

"Oke Kak, makasih," jawab mereka kompak dengan senyum.

Anak-anak tersebut masih asik memakan permennya, dan Gina kembali menatap Fajar kagum, kini teman-teman Fajar sudah berdatangan, mereka mulai latihan bersama dengan tawa riang yang disertai candaan.

Fajar terlihat bahagia disana, benar kata orang kebahagiaan tidak di ukur dari banyaknya uangmu, nyatanya dengan hal sederhana kamu bisa tersenyum bahagia.

"Kak, kenapa sih kakak selalu liatin Abang itu?" tanya anak berbaju pink, anak perempuan yang paling tua diantara yang lainnya.

"Itu Nur ...," jawab Gina giginya dan bingung ingin menjawab apa.

"Kakak suka yah sama Bang Fajar?" tuduh anak yang tuduhannya memang benar.

"Nur kok tau sih namanya Fajar?" tanya Gina heran dengan anak yang diyakini namanya Nur.

"Bang Fajar kan temen Abangnya Nur," jawabnya santai mengunyah permen yupi tadi.

"Ooh gitu, emang abangnya Nur yang mana?" tanya Gina mulai kepo dan melirik satu persatu teman Fajar yang ada disana.

"Yang itu Kak, namanya Bang Fauzan," tunjuk Nur pada Fauzan yang sedang tertawa bersama Fajar.

"Ooh yang itu."

Nur namanya, ia masih kelas tiga SD, adiknya Fauzan, orang yang paling dekat dengan Fajar di Porkeb FC. Gina baru tau bahwa Nur adalah adik Fauzan. Gina ia sudah tau nama anak-anak yang ada di dekatnya sekarang, bagaimana tidak, Gina selalu datang seminggu tiga kali selama empat bulan, dan itu membuat ia cukup akrab dengan anak-anak yang ada disekitarnya.

"Benerkan, 'kan Kak, kakak suka sama Bang Fajar?" tanya Nur lagi.

"Shhutt! Nur diem aja yah jangan kasih tau siapa-siapa, jangan kasih tau Abangnya Nur, nanti dia ngadu sama Fajar," peringat Gina pada Nur.

"Kok gitu kak?"

"Udah pokonya Nur harus tutup mulut yah, kalo Nur bilang-bilang, kakak gak mau bawain cemilan lagi!"

"Eeh, jangan kak, Nur janji deh gak kasih tau siapa-siapa."

"Nah bagus."

"Nur, Bang Fajar ganteng banget, 'kan?" tanya Gina yang menatap Fajar dengan tatapan yang wow.

"Iya kak bener Bang Fajar ganteng banget, gak kaya Abangnya Nur buriq!" jawab Nur yang entah kenapa menjelekkan abangnya sendiri.

"Eeh, Kakak cocok gak sama Fajar?" tanya Gina lagi.

"Kalo di lihat-lihat Kakak sama Bang Fajar cocok," jawab Nur dengan jujur.

Gina sungguh sangat senang mendengarkannya, ingin sekali ia lompat-lompat saat itu juga tapi takut Fajar melihatnya. Tapi sungguh Gina sangat senang dengan itu. Tidak mungkin juga Nur bohong soal itu, ia hanyalah anak kecil yang selalu jujur.

"Kakak sama Bang Fajar gak pacaran?"

"Fajar-nya yang gak mau, dia gak suka sama kakak," jawab Gina lesu.

Nur diam, ikut merasakan kesedihan Gina, mungkin dalam pikirannya, kenapa Bang Fajar tidak mau dengan Kak Gina, padahal Kak Gina cantik dan baik.

"Kak, Bang Fajar ramah yah, ceria lagi," ucap Nur tiba-tiba, mungkin untuk menghibur Gina.

Sebenarnya Gina cukup terkejut dengan ucapan Nur, bagaimana bisa Nur mengucapkan itu, sedangkan Fajar sama sekali tidak memiliki sifat yang Nur bicarakan tadi. Fajar adalah spesies yang sangat dingin ia jarang berbicara kecuali dengan orang terdekatnya.

Pernah juga sekali Fajar menjadi banyak omong, tapi pas hanya sekali, besoknya ia sudah kembali dingin. Entahlah tidak ada yang tau sifat Fajar. Tapi menurut Gina Fajar lebih banyak diam dari pada berbicara.

"Emm, kenapa Nur ngomong gitu?"

"Lah, emang kenyataannya gitu kan Kak, liat tih Bang Fajar ketawa aja dari tadi, kalo di perhatikan Bang Fajar juga ramah," ucap Nur yang terdengar bijaksana.

"Iya sih, tapi sebenarnya Bang Fajar itu gak seceria ini, dia dingin banget, kalo di sekolah kebanyakan diemnya, tapi bagus deh kalo dia banyak ketawa, itu tandanya dia karab sama orang itu," jelas Gina.

"Masa sih Kak, Bang Fajar gitu? Soalnya kalo disini Bang Fajar gak pernah kaya Gitu, bukan sama temen-temenya aja kok, tapi sama anak-anak perempuan juga," ucap Nur tanpa beban.

"Hah, sama anak perempuan juga?" kaget Gina tidak percaya.

_____

Wow, apakah Fajar diam-diam teryata buaya? 🤣

Gak boleh Souzon!
Lanjutttlah!!

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang