Fajri Duan Virgo namanya, sosok laki-laki yang tidak lain adalah kembaran Fajar. Fajar-Fajri, jangan sama-samakan mereka! Meskipun statusnya anak kembar, mereka memiliki ciri khas yang berbeda.
Hobi bermain basket, ramah, teman ada dimana-mana, mudah bergaul, ceria, dan sangat humble. Beda dengan abangnya yang memiliki sifat ke baliknya.
Namun jangan liat dia dari sisi baiknya saja! Sebaik-baiknya manusia dia juga memiliki sisi buruk melalui kebiasaan maupun sikap.
Walapun Fajri adalah anak yang humble, humoris, mudah tertawa, tapi nyatanya Fajar adalah sosok laki-laki yang sedikit kasar saat ia sudah marah. Ia tidak segan-segan membentak orang tuanya sendiri jika memang ia benar-benar marah.
"Azis, Didit, Arta, Kenzi, nanti pulang sekolah ikut gue yah?" tanya Fajri menunggu persetujuan.
"Mana?"
"Liat Abang gue," jawab Fajri melambungkan bola basket ditangannya.
Yah, walaupun hubungan Fajar dan Fajri sebagai anak kembar dirahasiakan, tapi Fajri sudah memberitahukan kepada keempat temannya bahwa Fajar adalah kembarannya.
"Ngapain diliatin? Kagak mungkin ilang juga," jawab Didit ngelawak, tapi garing.
"Dia masih main bola, nyokap gue marah-marah, jadi gue disuruh mastiin dia masih main bola engga," terang Fajri berhasil memasukkan bola ke atas keranjang basket.
"Terus?" seru Kenzi.
"Yah, kalo dia masih main bola, gue disuruh ngelaporin gitu, biar nyokap gue kasih hukuman biar dia gak main bola lagi," jelas Fajri, berhasil memasukkan bola lagi.
"Wah! Kasihan abang lo, main bola aja kena marah! BUKANMAEN," sahut Arta.
"Iya sih kasihan, tapi gue mau dukung Mama gue biar Abang gue main basket kayak gue."
***
Jam pulang sekolah tiba, kebetulan sekali, ini adalah sabtu, dimana Fajar akan latihan bermain bola, ditempat biasa, dan seperti biasa, ia akan diikuti malaikat cantik, siapa lagi kalo bukan Gina?
Tapi tunggu, sepertinya kali ini bukan Gina saja yang akan mengikuti Fajar, karna ada Fajri yang sedari tadi sudah berencana mengikuti Fajar bersama keempat temannya itu.
"Eh, Abang lu mau kemana dah, jauh bat main bolanya," ucap Azis.
"Biar gak ketawan mungkin," jawab Didit.
"Padahal deket sini ada tanah lapang, malah jauh-jauh gini!" terang Arta.
"Banyak bacot kelen! Ikutin aja udah!" sentak Kenzi.
Sedangkan Fajri hanya diam mendengarkan perdebatan dari keempat temannya itu, dia sendiri juga bingung dengan Abangnya tersebut, segitunya kah ia menyukai bola?
"Emang gilak Abang lu Jri! Main bola sejauh ini sampe perkampungan lagi!" ujar Didit songong.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan yang dipenuhi oleh bacotan Azis, Didit, Arta, serta Kenzi, akhirnya mereka sampai dan bernafas dengan lega, disertai rasa bingung atas kelakuan Fajar.
Sebisa mungkin mereka berlima bersembunyi agar Fajar tidak melihat mereka. Bisa lain ceritanya jika Fajar sampai tau itu.
"Bingung gue sama Fajar, kenapa main disini, enaknya apa coba?" komplen Arta.
"Eeh, tapi enak juga lho disini, asri gitu, adem, gak ada polusi udara," jawab Kenzi menghirup udara dalam-dalam.
"Eh, tadi jalan kemari gue liat cewek cantik anjir!" heboh Didit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMP (Sebatas Menghargai Perasaan)
Teen FictionWhen, gadis SMA menyukai siswa, yang masih duduk di bangku SMP. "Ngerayain hari valentine itu bukan budaya kita, budaya kita itu suka sama orang yang gak bisa di gapai!"