Part 9 : Berubah

290 42 7
                                    

Pagi ini Gina terlihat begitu semangat tidak seperti kemarin yang rapuh melihat Fajar dengan Keny. Kini ia terlihat begitu bergairah, entah apa yang membuatnya sangat bersemangat hari ini tapi yang jelas itu mengundang banyak tanda tanya di hati Via dan Dewi.

"Sstt, Gina kenapa ya senyum-senyum sendiri?" kode Via dengan menyenggol kaki Dewi di bawah meja, lalu berbisik menutup mulutnya agar Gina tidak membaca ucapannya dari gerakan mulut.

"Stress mungkin ditinggal Fajar, bisa jadi 'kan? Semalam aja Fajar sama Keny pacaran depan Gina," jawab Dewi juga berbisik.

"Bahaya nih, Wii. Gak bisa dibiarin Gina bakal masuk RSJ kalo gini," sergah Via membayangkan Gina sedang ada di RSJ ketawa-ketawa sendiri. (Via jahat)

"Jahat lo, Viot. Ucapan adalah do'a kalo Gina beneran gila gimana?" sahut Dewi yang menggelengkan kepalanya sambil menunjuk Via.

"Makanya itu, kita gak bisa diem aja liat Gina kaya gitu," balas Via tegas.

"Terus kita harus apa?"

"Cuman ada satu cara, Wii," jawab Via mulai serius dengan ucapannya.

"Apa? Apa?" sahut Dewi mulai kepo dengan rencana Via.

"Tapi gue gak yakin," balas Via takut dan melemas.

"Apaan, sih? Cepet ngomong gue udh kepo!" omel Dewi menggoyang lengan Via seperti anak kecil yang meminta permen kepada ibunya.

"Ck, ini cara yang gila Wii, beneran deh gue kagak yakin," jelas Via yang mengulur-ulur waktu membuat Dewi geram melihatnya.

"Ngomong aja kenapa, sih! Gue udh kepo," amuk Dewi yang sudah kesal setengah mati.

"Obatnya cuman ada di Fajar, Wii."

Dewi terdiam memikirkan jawaban Via, memang benar yang ucapkan Via obat satu-satunya hanyalah Fajar. Bahkan hanya melihat Fajar pacaran dengan Keny Gina sudah hampir gila bagaimana jika-- aah sudahlah jangan dipikirkan.

"Wii, kok diem sih? Gimana menurut lo? Kalo kita diem aja Gina bakal pindah ke RSJ," tanya Via masih dengan berbisik-bisik, takut Gina mendengarnya, bagaimanapun Gina ada ada di samping mereka masih senyum-senyum sendiri.

"Jadi?" tanya Dewi lagi yang masih tidak paham dengan rencana Via.

"Kita harus bujuk Fajar biar sama Gina aja, biar Gina gak gila," jelas Via yang entah kenapa hari ini begitu sabar menghadapi Dewi yang mode bodohnya sedang aktif.

"Kembali ke jawaban lo tadi, gue gak yakin, Fajar anti banget tau sama Gina," segah Dewi meniru ucapan Via tadi.

"Jadi lo mau Gina di RSJ?" emosi Via yang melirik Dewi dengan tajam.

"Dih, ya enggak lah. Sahabat macem apa gue yang mau sahabatnya masuk RSJ?"

"Nah, maka dari itu mari kita bujuk Fajar, walau kita tauniti gak mudah apalagi masih ada Keny," jawab Via cepat tanpa pikir panjang.

"Yakin, Nih?" tanya Dewi ragu-ragu masih tidak bisa berpikir jernih.

"Gak usah, kalo lo emang mau Gina masuk RSJ!" amuk Via kepada Dewi yang tidak konsisten dengan keputusannya.

"Eeh, jangan marah dong Vii, ayok sekarang juga kita datengin Fajar ke kelasnya," ajak Dewi menarik tangan Via ngajaknya keluar kelas menuju kelas Fajar.

"Ginol, kita ke Toilet dulu yah," pamit Via sebelum pergi.

Gina tidak menjawab ia masih asik dengan dunianya sendiri, wajahnya sedari tadi tidak berubah masih senyum-senyum seperti tadi. Tampaknya manis tapi menyeramkan bagi Via dan Dewi.
Ke-dua sahabatnya terutama Via menelan ludah kasar melihat itu, ada perasaan takut dihatinya melihat Gina yang sepertinya semakin parah. Lain dengan Dewi, tubuhnya bergelidik ngeri seperti melihat setan.

"Lo, liat noh Gina, kayaknya makin parah kalo di biarin," ucap Via menunjuk ke arah Gina.

"Ajak ngobrol gih."

"GINOOOLL!!" teriak Via tepat di telinga Gina, suara yang cempreng masuk ke telinga siswa-siswi yang ada disana.

"Anjirr!" kaget Gina yang sudah tersadar dari lamunannya.

"Lo sehat, Gin?" tanya Dewi dan Via sekompak.

Gina menggeleng cepet, "hati gue gak sehat," ucap Gina singkat lalu pergi begitu saja tanpa aba-aba.

Via dan Dewi saling pandang dengan penuh tanda tanya. Bingung dengan Gina yang tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkan seribu tanda tanya pada kedua sahabatnya yang mencoba membantunya.

"Fiks, kita perlu bantuan Fajar!" tegas Via dengan wajah penuh keyakinan.

Mereka berdua pun pergi menuju kelas Fajar di lantai bawah bagian anak SMP. Sampai di sana kehadiran dua makhluk dari Mars dan Pluto itu mengundang tatapan bingung dari teman sekelas Fajar yang pastinya bertanya dalam hari, ngapain mereka ke kelasnya.

Tanpa pikir panjang Via masuk tadi izin menarik tangan Fajar paksa yang sedang duduk bercanda dengan teman-temannya. Sungguh tindakan Via mengundang seribu pertanyaan. Via membawa Fajar ke taman yang sepi dan duduk disebuah bangku ber-chet putih dibawah pohon.

"Kenpa sih, Kak? Main tarik-tarik aja dikira saya sapi apa?" omel Fajar setelah sampai di tujuan.

"Kakak mau minta tolong sama lo, Cil," ucap Via langsung tanpa basa-basi.

"Ck, kalo minta tolong yang sopan Kak, masa minta tolong manggilnya Cil, Cil. Fajar tau kak Fajar masih kecil tapi bukan berarti namanya jadi bocil!" protes Fajar yang entah kenapa jadi sangat bawel sekali.

Via dan Dewi melongo mendengar penuturan Fajar, bukan tentang apa yang di ucapkan, tapi tentang mulut Fajar yang kenapa bisa ngomong panjang lebar, bukankah Fajar adalah cowo cuek idaman kaum hawa? Tapi kenapa berubah jadi cerewet seperti ini? Aneh tapi nyata Fajar berubah 180° dari biasanya.

"Lah, mode cuek lo kemana, Jar? heran Dewi celingak-celinguk menelusuri bagian tubuh Fajar mencari dimana mode cuek Fajar.

"Mode cuek udh Fajar buang ke laut, diseret ombak, terombang-ambing, dan dimakan ikan paus yang makan nabi Yunus," jelas Fajar lagi, membuat Via dan Dewi semakin bingung antara percaya dan tidak percaya dengan kebenarannya.

"Astaga! Kenapa dibuang? Tapi beneran nih lo udh gak cuek? Kok kakak gak percaya yah?" sergah Via mencoba berpikir lagi.

"Beneran kak, demi Ilham Fajar gak bohong. Kalo kurang percaya tanya aja sama Google. Capek kak jadi cuek, kagak ada yang perduliin, dianggap gak ada, dianggap patung doang!" curhat Fajar yang dari kata-katanya membuat Dewi dan Via percaya bahwa Fajar sudah tidak cuek lagi.

"Oke, cil kakak percaya sama lo. Btw siapa yang bilang lo dianggap kayak patung, hah? Lo gak tau Cil, sahabat kakak itu care banget sama lo, eeh malah lo ngaku gak ada yang perduli. Emang Keny juga udah gak perduli sama lo?" tanya Via melirik Fajar dengan tajam.

"Dih, tapi Fajar gak minta diperduliin sama Kak Gina. Kalo masalah Keny yah itu privat jadi kakak-kakak jangan kepo!" omel Fajar yang lama-lama mulutnya seperti perempuan.

 Kalo masalah Keny yah itu privat jadi kakak-kakak jangan kepo!" omel Fajar yang lama-lama mulutnya seperti perempuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar : Gak jelek sih, cuman ganteng aja😆

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang