Part 20 : ??

152 27 2
                                    

Gina tiba-tiba datang dan langsung menepis HP Fajri yang berlogo apple yang telah digigit. Gina sungguh tidak bisa diam saja melihat Fajri dan teman-temannya ingin memvidionkan Fajar, untuk dilaporkan kepada Mamanya Fajar.

Gina, sudah cukup jauh mengenal Fajar. Gina juga sudah mengetahui jika Fajar dilarang keras oleh keluarganya untuk bermain bola. Sudah sejak awal pertama Fajri datang Gina sudah memantau mereka berlima.

"Kak Gina," gugup Kenzi disertai rasa kaget.

"Eghem!" dahagem Gina melirik tajam ke arah adik kelasnya tersebut.

"Eh, Kakel," ringis Azis.

"Kakak kok bisa disini?" tanya Arta, kebingungan.

"Pasti kakak mau liat Fajar, 'kan? Kakak kan bucinya Fajar," tebak Didit yang berhasil membuat Gina tersenyum malu.

Hanya tersenyum sebentar, tapi Gina kembali ke lirikan tajamnya yang menatap Fajri. Dari lirikannya Gina seperti meminta penjelasan, walaupun kenyatannya ia sudah tau apa alasan Fajri melakukan ini.

Semua terdiam gugup, dan sangat bingung ingin melakukan apa, ditambah lirikan Gina yang mematikan, membuat mereka berlima Diam tanpa berniat menjelaskan sesuatu yang terjadi.

"Ciee ... yang mau videoin Fajar, terus mau dilaporkan ke Mamanya! Tega banget sumpah! Ngerusak kebahagiaan orang!" sindir Gina sambil melihat-lihat jari kukunya.

"Gak gitu kok, Kak," tugas Arta.

Sedangkan Fahri masih diam merenungkan ucapan Gina, sungguh dari awal Fajri tidak ada niatan sama sekali untuk merusak kebagian Fajar dengan melaporkannya ke Mamanya. Tapi sungguh ini dilakukan Fajri karna ia ingin satu les bersama Abangnya tersebut.

Percaya atau tidak teryata dalam lubuk hatimu Fajri yang terdalam, ia sangat menyayangi abangnya tersebut, tapi rasa sayangnya dikalahkan oleh ego dan gengsi. Kerna selama ini Fajar dan Fajri jarang berbicara, jika pernapasan di jalan ataupun rumah, mereka seperti orang asing yang tidak kenal.

Sesungguhnya Fahri ingin sekali akrab dengan kembarannya tersebut, sama seperti kembaran lainya yang saling menyayangi, tapi sayang ia tidak bisa karena Fajar terlihat seperti membencinya. Fajri tau jika Fajar membencinya karena Fajri selalu mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya sedangkan Fajar sama sekali tidak!

"Jri, lo beneran mau laporin Fajar ke Mama lo?" tanya Gina serius.

"Mamaku? Kakak tau?" tanya Fajri yang bingung kenapa Gina tau masalah keluarganya.

"Udahlah Jri, jangan ditanya kakak tau kok," balas Gina santai.

"Fajri sih gak yakin, Kak," lirih Fajri mengatakan yang sejujurnya.

"Kasihan bocil gue kalian giniin!" ucap Gina.

"Gimana yah Kak, Fajri juga gak mau kayak gini, tapi Fajri pengen main basket bareng Fajar, Fajri pengen denget sama Bang Fajar," lirih Fajri sungguh-sungguh.

Sedari dulu inilah yang diimpikan Fajri. Ia sangat ingin dekat dengan Fajar, walaupun Fajri pernah iri dengan Fajar karna Fajar tinggal di kota sedangkan ia dikampung tapi rasa iri nya dikalahkan oleh keinginannya. Rasa irinya belum seberapa dibandingkan rasa iri Fajar yang melihat ia dengan kedua orang tuanya sangat akrab!

Yah, Gina tau suatu hal mengenai perasaan Fajri saat ini. Ia termenung dalam pikiranya sendiri, ia sungguh bingung dengan ini. Apakah Gina akan membiarkan Fajri memvidiokan Fajar dan melaporkannya?

Jika ia membiarkan Fajri melaporkan Fajar sudah dipastikan, Fajar akan sedih akan hal itu. Tapi jika Gina tidak membiarkan Fajri melaporkannya itu akan menyiksa perasaan Fajri karna keinginannya untuk dekat dengan Fajar tidak akan terjadi.

Bingung!

Bingung!

Bingung!

Ini benar-benar membingungkan!
Gina sungguh tidak yakin dengan keputusannya.

"Kak, gimana?" tanya Fajri yang sepertinya menunggu pendapat Gina.

"Ck! Gimana yah," gumam Gina menggigit jari kukunya.

"Tinggal laporin aja Fajar, entar lama-lama dia juga suka basket," saran Azis santai.

"Gue gak mau yah, kalo sampe Fajar nangis gara-gara ini!" jawab Gina nyolot!

"Masa gitu doang nangis sih!" ucap Arta meremehkan Fajar.

"Iya sih, kayaknya Bang Fajar bakalan nangis, soalnya semalem waktu Mama ngebuang atribut bolanya yang ada di kamar kayak poster, sprai, selimut Bang Fajar sampe nangis," terang Fajri yang sempat mengintip waktu itu.

Sambil mengucapkannya, Fajri menatap abang kembarannya yang sedang bermain bola, menggiringnya hingga mendekati gawang, tawa ria Fajar bersama teman-temannya sangat alami, belum pernah Fajri melihat Fajar sebahagia ini.

Teryata kebahagiaan Fajar sangat sederhana, dengan bermain bola seperti ini Fajar sudah bisa tertawa. Sungguh Fajri iri dengan teman-temannya Fajar yang ada disana, mereka bisa tertawa bersama Fajar sedangkan dirinya tidak! Tolong Fajri sangat iri dengan ini!

"Sampe segitunya?" kaget Kenzi. Yang mendapat anggukan dari Gina dan Fajri.

"Astafirullah! Apa sih yang kalian bingungin!? Bawa santai aja, gue kalo jadi elo Jri, ajak Fajar bicara empat mata, bilang kalo lo gak bakal ngelaporin dia, tapi syaratnya Fajar harus pura-pira suka basket biar nyokap lo gak marah, dan fine, Fajar masih bisa main bola, sesimpel itu, kalo Fajar biasa main dua-duanya kenapa harus bawa ribet!?" jelas Didit yang baru bersuara, dan langsung mengeluarkan kata-kata bijaknya.

"Nah! Ini dia yang gue cari brai!" cetus Azis sepertinya setuju dengan saran yang diucapkan Didit.

Semua yang ada disana terlihat setuju dengan saran Didit, sedangkan Gina masih asik bergelut dengan pikirannya sendiri, ide yang bagus pikirannya.

"Tapi gimana kalo Fajar nolak?" resah Fajri.

"Astafirullah! Teryata lo tolol Jri! Lo tinggal ancem aja, kalo dia nolak bilang lo bakal laporin dia, dengan konsekuensi Fajar gak bisa main bola lagi, selesai!" jelas Didit gemas dengan temannya ini.

"Bukan itu yang gue takutin!"

"Jadi apa?"

"Gue takut Fajar semakin benci sama gue, gue gak mau itu terjadi!" terang Fajri.

"Lo ngomong baik-baik sama Fajar, pelan-pelan gue yakin dia gak bakal marah kok, ini yang terbaik," jawab Didit tulus.

"Gimana, Kak?" tanya Fajri sepertinya masih ragu.

"Yaps! Gue setuju sih! Bagus buat kebaikan lo sama Fajar, ikutin aja apa kata Didit," balas Gina percaya dengan saran Didit.

"Yaudh nanti dirumah gue ngomong."

Pembicaraan mereka mengenai Fajar dan Fajri selesai sampai disini. Selebihnya mereka hanya mengobrol biasa sambil menyaksikan Fajar yang bermain dengan Fauzan dan teman-temannya yang lain dengan tawa riang.

"Gue iri!" gumam Fajri yang terdengar oleh Gina saja.

"Sabar yah Adek ipar," ucap Gina merangkul pundak Fajri, lalu tersenyum menampakkan deretan gigi rapinya.

__

TBC

Gina sedang pendekatan dengan calon adek iparnya 🤣

Sksks, jangan dirangkul, entar Fajri beper mampus! 😗

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang