Part 12 : Berubah

232 36 1
                                    

Pagi yang ditunggu-tunggu Gina akhirnya tiba juga, ia hampir tidak bisa tidur karna memikirkan Fajar, dari semalam isi otaknya serta hatinya hanyalah Fajar. Gina sangat terobsesi dengan anak laki-laki tersebut.

Mata Gina sedikit panda, terlihat bayangan lingkaran hitam di sekitar matanya, ia begadang semalam bukan karna ia tidak mau tidur tapi karna ia tidak bisa memejamkan matanya sama sekali, yah kau benar Gina sampai tidak bisa tidur karna sifat hangat dari Fajar tadi.

Ia tak peduli dengan bayangan hitam di matanya, Gina masih bisa tersenyum senang, wajahnya bersemu, senyumannya tidak pudar sedari tadi ia berjalan di koridor. Sesekali ia menyapa adik kelas maupun seangkatannya, ia terlalu senang untuk hari ini. Bahkan ia sudah membayangkan saat dirinya di tembak oleh Fajar dan menjadi kekasih Fajar.

"ASEEEKKK! Yang lagi bahagia, senyum mulu dari tadi!" jerit Via ketika Gina menghampiri dirinya dan Dewi.

"Kayak bocah SD jatuh cinta gak sih?" tanya Dewi ngakak.

"Iya, 'kan Gina kek anak SD!" sahut Via membalas ucapan Dewi.

"Bacot! Emang kalian gak bisa liat gue seneng dikit! Bentar lagi dapet nih, gue pastiin!" yakin Gina dengan PD nya.

"Entar di gosting nanges!" jawab Dewi dan Via berbarengan.

"Gue, di gosting? Kagak mungkin sayang! Fajar tuh udah mulai suka sama gue! Valid dari sifatnya udah ketebak!"

"Gak usah kepedean, Gin. Entar Exsptasimu gak sesuai realita sakit jiwa kau!"
Celetuk Via.

"Eeh, gak boleh ngomong gitu kau Viot! Jahat kau memang!" hardik Dewi pada Via.

"Baperan lu Wii," celetuk Via lagi.

"Debat teross!" sentak Gina pusing dengan dua makhluk mars tersebut.

Malas meladeni dua manusia tersebut Gina beranjak dari posisinya, dengan kepalanya yang celingak-celinguk mencari tempat yang ingin ia kunjungi.

"Ginol lo mau kemana? Baru juga nyampe!"

"Mencari kebahagiaan," jawab Gina singkat dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Dewi dan Via.

Yaps benar, salah satu target Gina adalah Fajar, yah Fajar! Anak itu sungguh tidak ada bosan-bosanya dengan Fajar, apapun itu pasti Fajar. Entahlah bagaimana kehidupan Gina jika tidak ada Fajar, mungkin sudah berakhir di RSJ.

"Crush gue mana nih!" ucap Gina pada dirinya sendiri. Ia kembali celingak-celinguk mencari Fajar.

"Belum puas gue kalo gak jumpa dia! Otw cari, bisa lemes nih badan gue gak liat my crush!" Gina berdialog dengan dirinya sendiri dengan kepala yang tidak berhenti celingak-celinguk.

"Hhm, jam 07:10 sebelum masuk kelas biasanya my crush ke kantin makan sosis kesukaannya! Fiks dia di kantin dengan dua dugong!" sentak Gina lagi.

Ia langsung berlari menuju kantin yang biasanya dikunjungi Fajar sebelum masuk. Sekolah seperti ini. Mustahil bagi Gina jika tidak mengetahui hal ini, apapun kegiatan yang Fajar lakukan Gina akan segera mengetahui. Dan percaya atau tidak Gina lebih tau jadwal Fajar setiap hari dari pada orang tuanya Fajar. Bagaimana apakah kalian begitu dengan crush-mu?

"Nah, itu dia yang gue cari-cari!"

Tepat sekali, baru sedetik sampai di kantin Gina sudah dapat menemukan. Fajar duduk dimana. Gina tau meja favorit Fajar dan teman-temannya, ada di ujung paling belakang dekat dengan jendela kaca.

Terlihat Fajar sedang makan sosis kesukaannya, tidak bosan-bosan padahal Fajar selalu makan sosis setiap pagi. Baginya jika ia tidak makan sosis sebelum masuk kelas ia akan merasakan ada yang kurang, oleh sebab itu makan sosis sebelum masuk kelas menjadi kebiasaannya setiap hari.

"Aaah, tampannya!" ucap Gina meleyot.

"Fajar! Panggil Gina melambaikan tangannya.

Fajar hanya diam enggan membalas, ia juga hanya melirik sekilas dan kembali fokus ke sosisnya. Hanya Fikri dan Andi yang masih bengong menatap Gina heran.

"Shut, cewek lu itu," desis Andi menyenggol lengan Fajar memberi kode.

Fajar tidak peduli sama sekali dengan perkataan Andi, lagi dan lagi Fajar kembali fokus dengan sosisnya. Tak tinggal diam Gina pun mendekat ke arah tiga anak laki-laki tersebut. Ia tersenyum ke arah Fajar yang menunduk karna sedang menyantap makanannya.

"Fajar makan sosis?" tanya Gina berbasa-basi! Lalu duduk di samping Fajar tanpa permisi.

"Makan daging babi, Kak!" celetuk Fikri yang sepertinya anti dengan basa-basi.

"Iihh! Ganggu deh lu! Gina kan nanya Fajar kenapa situ yang jawab!" beruntung Gina kesal.

"Lah, kakak, 'kan udah liat Fajar makan apa, kok malah nanya sih."

"Diem lu!" cerus Gina.

"Udah Fikri udah! Inget, cewe selalu benar!" terang Andi bijak.

"Yudah deh kita jadi nyamuk aja okey," seru Fikri pada Andi.

Diam? Yah Fajar masih diam, sedari tadi ia belum mengucapkan satu katapun semenjak kedatangan Gina. Rasanya malas untuk berbicara apalagi ada Gina disini, Fajar sadar sifatnya kemarin terlalu berlebihan.

Tidak seharusnya ia memberikan sifat hangatnya pada Gina, karna sungguh Fajar melakukan ini hanya atas dasar kemanusiaan saja, ia sedikit kasihan dengan Gina yang selalu mengejarnya namun ia sama sekali tidak memperdulikanya.

Jauh di dalam lubuk hatinya ia hanya menganggap Gina sebagai seorang Kakak kelas saja tidak lebih. Bukan karna apa, Fajar sedikit ilfil dengan seseorang perempuan yang mengejar-ngejar laki-laki, karna pada hakikatnya perempuan di kejar bukan mengejar!

Yah, memang benar wanita yang mengejar laki-laki belum tentu murahan contohnya seperti Gina, ia hanya care dengan Fajar saja. Tapi tetap saja, yang namanya perempuan seburuk apapun ia, ia harus memilih harga diri. Tidak mengejar sebelum di ke kejar, jika memang mencintai seseorang cukup diam dan pendam, tunggu dan sabar tidak perlu seperti Gina yang mengejar Fajar secara terang-terangan. Yah, pikiran Fajar begitu.

"Shut," desis Gina agar Andi dan Fikri melihat kearahnya.

"Fajar diem aja kenapa?" tanya Gina pelan.

"Gak tau, tadi sebelum kakak dateng juga Fajar mau ngomong."

"Ck!"

_____

"Ingat, kau boleh mengejar seorang laki-laki, tapi cukup kamu, dan Tuhan saja yang tau."

~Keket~

SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang