Part 22 : Perjuangan

169 24 0
                                    

Pagi, di meja makan, keluarga Virgo sedang makan sebelum disibukan dengan urusan masing-masing.

"Fajri gimana? Fajar masih main bola?" tanya Lina seperti mengintrogasi Fajri.

Sedangkan Fajar masih santai memakan makannya sambil memotong telur dadar yang cukup tebal di piringnya. Fajar sungguh teramat santai. Ia menatap Fajri dengan tatapan biasa, ia sudah tau Fajri tidak akan mengatakan yang sebenarnya. Adik kembarannya tersebut sangat ingin ia mengikuti hobinya bermain basket.

Bukan hanya Fajar yang terlihat santai, tapi Fajri juga terlihat santai. Tidak perlu khawatir anak kembar tersebut sudah merencanakan hal yang bagus berupa simbolis mutualisme saling menguntungkan.

Lina menatap Fajar dan Fajri secara bergantian, terlihat Fajar dan Fajri saling menatap dengan sedikit senyuman yang samar. Lina sedikit merasa aneh dengan anak-anaknya itu, ini adalah kali pertamanya Fajar dan Fajri saling menatap tanpa adanya tatapan permusuhan, yang biasanya terjadi.

"Aman Ma, Ba ... Eh maksudnya Fajar udah gak main bola lagi, semalam udah Fajri awasin," jawab Fajri menyuapkan sendok yang berisi makanan ke mulutnya.

Hampir saja Fajri keceplosan memanggil Fajar dengan sebutan Abang sebenarnya tidak ada yang salah, namun Fajri sedikit malu jika memanggil Fajar dengan kata Bang. Ia belum terbiasa dan agak lucu, karna ia dan Fajar tidak pernah akur sebelumnya.

"Fajar berangkat, Ma Pa," ucap Fajar setelah selesai memakan habis makanannya.

Fajar segera menggendong tasnya dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya masuk kedalam saku celananya. Baru saja Fajar  sampai di pintu tapi tiba-tiba saja Fajri mengejarnya dan menyenggol tubuh Fajar pelan, dan ia langsung tersenyum sangat manis.

"Bang pergi bareng yah?" tanya Fajri berharap Fajar menyetujuinya.

Fajar tidak menjawab, ia berjalan saja menuju mobil yang biasanya mengantarkannya ke sekolah. Fajri tersenyum senang mengikuti Fajar masuk ke dalam mobil, ia yakin Fajar menyetujuinya, karna jika Fajar tidak setuju ia akan menjawab "GAK"

Sampai di dalam mobil, supir Fajar sedikit kaget dengan kehadiran Fajri. Karna biasanya Fajri diantarkan oleh Pak Mamat di mobil sebelah. Ini terjadi karna Fajar dan Fajri tidak ingin satu mobil.

"Loh, Den Fajri naik mobil ini? Pak Mamat gak dateng, Den?" tanya Pak Mamat melirik Fajri sekilas di kaca.

"Pak Mamat dateng kok Pak, tapi Fajri mau naik mobil ini sekali-kali, gapapa, 'kan Pak?"

"Oalah, kalo Bapak ya gak papa den, tapi gak tau sama Den Fajar," jawab Pak Mamat sedikit gugup saat mengucapkan kata-katanya terakhirnya.

"Udah pak gapapa, aku udah bilang sama Bang Fajar tadi," jawab Fajri cepat.

"Udah pak, jalan," ucap Fajar tegas, ia sungguh benci dengan pembicaraan yang tidak penting seperti ini.

"Baik, Den."

***

Setelah menempuh berjalan selama beberapa menit, akhirnya mereka telah sampai disekolah.
Mereka berdua turun dari mobil dengan sangat cool-nya parkiran cukup sepi sehingga tidak ada banyak siswa-siswi yang melihat Fajar dan Fajri berangkat sekolah bareng.

"Aku ke kelas dulu Bang, nanti pulang sekolah jangan lupa," ucap Fajri sembari berlari di koridor menuju kelasnya.

Fajar? Ia masih diam saja, bersikap dingin seperti biasanya. Kini ia tidak terlalu membenci adik kembarannya tersebut. Tapi tetap saja Fajar masih mempunyai rasa iri yang sangat besar pada Fajri.

Fajar pun berjalan menuju kelasnya. Ia berjalan sangat santai di koridor sekolah, tidak lupa headset tanpa kabel bertengger di kupingnya, mendengarkan lagu-lagu barat kesukaannya.

Tapi, langkanya sedikit terhenti saat melihat adiknya sedang mengobrol dengan perempuan yang selalu mengejarnya, siapa lagi jika bukan Gina? Yah, tadi saat Fajri berjalan di koridor Gina menghampirinya dan bertanya tentang masalah Fajar yang ketawan bermain bola.

"Bang Fajar mau kok, Kak," jawab Fajri tersenyum bahagia membayangkan kejadian tadi malam, disaat ia mengobrol dengan Fajar.

"Napa lu Jri, senyum-senyum sendiri?" bingung Gina melihat Fajri yang terlihat sangat senang hari ini.

"Tau gak Kak, gara-gara ini Fajri sama Bang Fajar jadi lebih deket, ya walaupun dianya masih suka diemin Fajri," ucap Fajri berterus terang.

"Wah! Wah! Wah! Pepet terus Jri, Kakak dukung deh," jawab Gina mengancungkan dua jempolnya.

"Gak mudah sih, tapi pasti bisa!" semangat Fajri.

"Semangat calon adek ipar!" ucap Gin dengan sangat semangat Gina sambil tertawa, ia terkekeh sendiri karna ucapnya yang belum pasti tersebut.

Tidak hanya Gina yang terkekeh dengan ucapannya sendiri tapi Fajri juga ikut tertawa, bagaimana tidak, Gina begitu pd saat mengucapkan kata-kata tersebut. Fajri belajar banyak dari Gina, dari Gina ia tau bahwa untuk hal kecilpun kita perlu berjuang. Fajri juga belajar dari Gina, untuk tidak menyerah dengan keadaan.

Di samping itu Fajar menatap datar kedua insan yang sedang tertawa lepas tersebut, sejujurnya ia sangat kepo dengan apa yang dibicarakan, hingga membuat mereka tertawa. Tapi sudahlah Fajar tidak peduli itu. Anak SMP tersebut langsung saja melenggang pergi menjauhi Fajri dan Gina.

Fajar kembali mendengarkan lagu-lagu kesukaannya sambil berjalan memutari sekolah. Catat ini adalah kebiasaan Fajar sebelum masuk kelas, ia tidak akan puas sebelum berkeliling di sekolahnya.

Fajar bukanlah orang mageran, ia sangat aktif bergerak, tubuhnya juga sangat kuat. Fajar sungguh memiliki bentuk tubuh yang indah karna ia sangat pandai menjaga tubuhnya mulai dari mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan tidak mageran.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SMP (Sebatas Menghargai Perasaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang