"Akhirnya kita pergi bertiga lagi, udah lama tau kita gak gini," senang Dewi tertawa lepas saat di dalam mobil.
"Hu'um, gara-gara si Via yang ga dibolehin sama papanya, ya gak sih?" sambung Gina.
"Iya nih, papa Gue posesif banget, dikit-dikit ga boleh, dikit-dikit gak boleh," jawab Via mempraktekkan gaya bahasa orang tua.
"Itu tandanya bokap lo, sayang sama lo, sayang banget itu mah, lo seharusnya bersyukur, jan kayak gue kurang kasih sayang," ceramah Dewi yang masih fokus menyetir mobilnya.
"Broken home, tapi duiitt lo banyak, Say," balas Via santai.
"Kalo duit emang gue gak pernah kekurangan tapi kalo kasih sayang kurang banget," terang Dewi yang mencoba sesantai mungkin.
"Tapi gue iri tau sama lo," terang Dewi lagi kepada Via.
Jangan iri! Gue ini orang miskin, ga sebebas kalian, gue aja iri sama kalian. Dan bisa-bisanya kalian iri sama orang kaya gue, jangan! Jangan iri! Kalo bisa gue juga pengen tukar hidup sama kalian.
Dalam hati Via, menjerit histeris mendengar ucapan Dewi yang baru saja di lontarkan. Ucapan yang mampu menyayat hari Via, seandainya bisa ia ingin berteriak di depan wajah Dewi dan mengatakan semua unek-unek yang ada dalam hatinya.
"Gak, usah iri-irian kebahagiaan orang tergantung cara menikmatinya," ceramah Gina yang sedari tadi diam, mungkin masih memikirkan bocilnya.
"Tuh dengerin, Gina!" sahut Via, padahal dirinya juga masih iri dengan kedia temennya ini.
***
Diam, hanya diam, dia sosok periang di kelasnya hanya duduk termenung di bangkunya. Mencoba menghibur diri dengan memainkan benda pipi di hpnya. Buka tutup galeri, melihat vidio-vidio dan lain. Tidak ada yang mengajaknya ngobrol sama sekali.
Tidak ingin di asingkan, dia mencoba untuk berbaur. Bertanya, menawarkan bantuan kecil, dan lain-lain sudah di lakukan gadis itu. Tapi tetap saja tidak ada yang menanggapinya. Ia kembali duduk di bangkunya, mancari hiburan di sana. Mencoba untuk menyibukan diri dengan menonton drakor. Tapi lagi-lagi hasilnya tetap! Yah, dian tetap merasa kesepian. Seseorang tolong aja dia berbicara.
Ini sungguh bukan dia. Ia tidak biasa diam saat di kelas. Tapi kali ini keadaannya memaksanya untuk diam. Tetap tidak bisa! Ingin sekali ia merasakan kesenangan dalam kelas seperti biasanya, tertawa, bermain, berceloteh, bersama teman-temannya, tapi sepertinya teman-temannya membenci ia secara tiba-tiba.
"Aku salah apa yah?" tanyanya pada diri sendiri.
Kesedihan sedang menghampiri dirinya. Entah tiba-tiba atau ia yang baru sadar bahwa semua orang berubah. Dia gadis berkulit sawo matang itu terus berfikir apa kesalahannya? Apa? Apa? Dan apa? Apa yang salah darinya? Ia sungguh tidak tau apa kesalahannya di dalam kelas itu.
Menarik nafas sepanjang-panjangnya, menghembuskannya secara perlahan. Ia mencoba bersikap biasa saja. Seperti biasa yang tidak terjadi apa-apa.
"Coba sekali lagi," ucapnya yakin.
Ia mulia bersikap biasa saja. Bertanya seperti biasa, ikut-ikut ngobrol bersama rombongan anak-anak lainya.
"Iya sih, rotinya emang enak, tapi bagi gue topingnya dikit banget jadi kurang ngeh gitu," ucap seseorang gadis yang sedang mengobrol santai dengan teman-temannya.
"Roti apa? Kalian beli dimana?" sambung gadis berkulit sawo matang itu. Untuk kesekian kalinya ia mencoba masuk ke dalam percakapan teman-temannya.
Biasany mereka akan menjawab, dengan sangat bersemangat dan antuasias, tapi untuk pertama kalinya mereka tidak ada yang menjawab dan malah acuh. Mood mereka juga tiba-tiba memburuk akibat kedatangannya. Dia gadis bernama Laila itu sangat-sangat mengetahui perubahan raut wajah teman-temannya, langsung menjadi tidak enak hati. Akibat ulahnya mereka tidak melanjutan obrolannya itu.
Menyadari kehadirannya yang sama sekali tidak diharapkan membuat Laila jadi murung. Ia lantas duduk di tempatnya lagi.
"Gue gak pernah ngerasain di giniin, benar-benar gak enak," sedihnya mengingat-ingat keseruannya yang pernah di lakukan bersama teman-temannya ini.
"Mereka kenapa yah?"
Hanya satu harapannya. Dia! Siapa dia! Dia seseorang laki-laki pendiam yang hanya memiliki dua teman saja. Laki-laki itu bisa saja berbaur dengan semua orang. Tapi ia enggan dan lebih memilih menyendiri. Es batu, sebut saja dia es batu. Dingin datar dan cuek itulah sifatnya. Kerjaanya hanya bermain game, seharian penuh. Tidak terlalu memikirkan masalah percintaan dan pertemanan seperti Laila.
Tidak peduli seberapa dingin es batu hidup itu. Laila tetap bisa mencairkan dengan mudah. Yah ketahuilah Laila dan es batu itu cukup dekat di chet, ingat hanya di cet! Karna saat merek bertemu di kelas, sema sekali tidak ada obrolan. Semangat sekali tidak! Layaknya seperti orang yang tidak saling mengenal. Itulah Laila dan si es batu.
Laila :
Es batuTidak ada jawaban. Biasanya es batu selalu fast respon jika Laila mengirimnya pesan. Tapi kenapa kali ini tidak?
Laila :
Es batu, ku lagi sedih tauLaila :
Es batu, lagi ngegame yah?Laila gadis itu terus menerus mengirimkan pesan terhadap es batu. Padahal mereka dalam satu ruangan yang sama. Tingal menoleh saja. Tapi inilah karakteristik mereka. Tidak berani berbicara secara langsung dan lebih memilih lewat pesan saja.
Es batu :
Kenapa?Laila :
Temen-temen kenapa ya pada cuekin akuEs Batu :
Akupun gak tauLaila :
CkEs batu :
Apa?
Apa we?
Heh!Benar-benar jawaban yang sangat dibenci oleh Laila. Niat hati ingin curhat, dan berharap mendapatkan support, tapi nyatanya realita mengalahkan ekspetasi Laila. Ia sangat ingin mendapatkan beribu-ribu pertanyaan dari es batu, tapi yang namanya es batu sudah pasti dingin. Yah sedingin sifat dia.
Untuk menghilangkan kekesalannya, Laila memilih untuk tidak menjawab pesan dari es batu. Laki-laki itu memang tidak peka!
"Es batu jahat banget!" ucapan Laila kesal.
Gadis bernama Laila itu segera pulang, seperti biasa dengan berjalan kaki, tak peduli berapa jauh, jarak yang harus ia tempuh untuk mencapai rumahnya. Ia sama sekali tidak memiliki kendaraan seperti teman-temannya. Bahkan untuk naik kendaraan umum uang Laila juga tidak cukup, terpaksa ia harus jalan kaki lagi.
Wajahnya juga terlihat murung memikirkan kejadian tidur di sekolah. Menyedihkan untuk pertama kalinya gadis tersebut merasa tidak bahagia di sekolah. Untuk pertama Laila tidak ingin kembali sekolah. Tapi tidak mungkin apapun itu ia harus sekolah. Apalagi di kelasnya ada mood booster siapa lagi jika bukan es batu? Walaupun tidak pernah mengobrol tapi Laila bisa merasakan kesenangan tersendiri saat melihat wajah es batu hidup tersebut.
.
.
.
.
TBC
Laila itu siapa yah?
KAMU SEDANG MEMBACA
SMP (Sebatas Menghargai Perasaan)
Teen FictionWhen, gadis SMA menyukai siswa, yang masih duduk di bangku SMP. "Ngerayain hari valentine itu bukan budaya kita, budaya kita itu suka sama orang yang gak bisa di gapai!"