JENNIE POV
SEJAK pagi ini aku masih berbaring di tempat tidurku dengan selimut tebal. Aku dan Jisoo berpikir akan lebih baik untuk kami tetap tinggal di rumah. Aku tidak ingin dia melewatkan kelasnya karena diriku, tapi dia bersikeras ingin menemaniku. Dia bilang dia akan meminta siswa lain untuk mengirim catatannya. Kadang-kadang dia keluar rumah untuk menelpon dengan Rosé tentang Lisa. Sering kali, Jisoo mencoba untuk berbicara denganku tentang Lisa, tapi aku akan memotong perkataannya karena kali ini aku tidak ingin mendengar apa-apa. Saat aku sendirian, aku mulai berpikir tentang dia lagi dan menangis tanpa menyadarinya.
🔸🔸🔸
Aku sekarang sedang duduk di meja menunggu Jisoo yang sedang menyiapkan makanan. Dia menyalakan TV dan mengatakan bahwa akan menemaniku dan akan menghindari topik pembicaraan yang berkaitan dengan orang itu. Bahkan ketika acara TV favoritku ditayangkan aku tidak bisa menemukan kebahagiaan. Sebelumnya, aku sempat mandi dan menatap diriku di cermin. Aku melihat keadaanku yang menyedihkan, aku terlihat kacau. Mataku merah dan bengkak, bibirku pecah-pecah dan rambutku dalam keadaan berantakan. Dan itu baru hari pertama setelah kejadian itu, aku bahkan tidak bisa membayangkan akan terlihat seperti apa aku besok.
"Jendeuk, ayo makan!" Jisoo menaruh piring yang berbeda, tapi semuanya dari ayam.
"Jisoo, kau bilang kau akan memasak banyak makanan yang berbeda."
"Ya, itu makanan dengan piring yang berbeda. Apa masalahnya?"
"Tapi semuanya dari ayam." Dia bereaksi berlebihan lagi karena tersinggung oleh komentarku.
"Bagaimana kau bisa mengatakan itu? Akan aku tunjukkan bahwa disini ada ayam panggang, ayam goreng, ayam asin dan sup dada ayam." Aku mendesah pasrah mendengarkan omong kosongnya. Terkadang aku bertanya-tanya siapa yang lebih tua diantara kami.
Kami mulai makan, Jisoo berdoa sebelum menikmati makananya, mengatakan betapa garing, lembut dan berair ayam itu. Tidak denganku, aku tidak punya nafsu makan sama sekali. Aku hanya meraba-raba paha ayam panggang di piringku. Jisoo melihat bahwa aku mungkin diam terlalu lama. Dia mengambil tanganku dan sedikit meremasnya, itu membuatku kembali dari lamunanku.
"Oh aku menyesal unnie… Aku berpikir tentang beberapa hal tapi tidak m-"
"Jennie, tidak apa-apa. Cobalah untuk bersantai dan jangan biarkan diri dirimu bekerja terlalu keras…"
"Terima kasih Jisoo…"
"Mari kita makan sebelum semuanya menjadi dingin!"
🔸🔸🔸
Aku kembali ke tempat tidur lagi. Sejak tadi malam, aku mematikan teleponku dan sejak itu aku belum menyalakannya lagi. Aku tahu aku akan mendapatkan ratusan calls dan pesan darinya. Tadi malam, fakta bahwa dia berbohong padaku benar-benar membuatku terasa sakit dan aku sangat kecewa padanya. Tetapi dorongan itu terlalu menggoda, tubuhku pergi terlalu jauh dari pikiranku dan aku tidak sadar apa yang telah aku lakukan, aku mendapati diriku menyalakan ponsel lagi dan memeriksa ponselku. Tidak heran, 145 panggilan tak terjawab dan 79 pesan. Aku bisa bisa membaca pesannya.
"Kita perlu bicara. Jennie, aku merindukanmu. Bisakah kita berbicara? Aku mencintaimu … / tidakkah kamu …"
Tanganku menjadi dingin sewaktu aku membaca pesan-pesan itu. Aku sangat merindukannya, tapi aku terlalu marah dan sakit hati untuk memaafkannya saat ini. Aku kemudian berbaring lagi di ranjang, melihat foto-fotoku dan Lisa yang sempat kami ambil berdua. Aku tanpa sadar tersenyum beberapa kali tetapi setiap kali foto-foto dirinya dengan gadis misterius itu datang ke pikiranku disaat itulah hal buruk kembali mengacaukan semuanya dan rasanya sangat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SUGAR DADDY - (jenlisa id)
FanfictieJennie Kim, seorang mahasiswa hukum, berjuang setiap hari untuk menghidupi dirinya sendiri. Tidak seperti anak muda lain di usianya, dia tidak pernah pergi ke klub dan menghabiskan waktu untuk minum sampai pagi. Sebaliknya, dia bekerja paruh waktu t...