- 11 -

300 215 436
                                    

Sebuah kafe bernama ‘Dream Café’ menjadi tujuan Laras dan Jaemin. Tentu gadis ini masih mengamati tempat yang baru saja mereka datangi karena tampak asing.  Laras terlalu senang di ajak, ia melangkah masuk kedalam sampai tersadar kalau di dalam sudah ada member Mimpi yang lain tengah asik mengitari sebuah meja.

Laras cengo, ia kaget sendiri. Jaemin menyapa mereka namun Laras masih terdiam— pengen pulang aja anjir, malu sumpah.

“Wih Laras, duduk sini.” Ajak Jeno.

Laras tersenyum kecut lalu ikut duduk tepat di antara Jaemin dan Jeno, mana dia keliatan cebol di antara tiang listrik. Gadis itu mulai mengetuk-ngetukkan jarinya pada pahanya sendiri, gugup.

Haechan datang dengan tujuh pesanan kopi. “Nih, eh Laras?” Ucap Haechan terkejut. “Oh gitu Jae, bawa temen belajar, ohh!” Lelaki ini udah cocok jadi new member mak-mak arisan.

“Btw lo mau pesen apa?” Tanya Jaemin karena menyadari Laras yang mendadak kaku, mungkin saja jiwa Laras sudah tak ada di tubuhnya karena betul-betul tak siap.

“Kopi?” Tawar Haechan. “Jangan kopi, Laras gak bisa minum kopi. Milktea aja.” Ucap Jaemin.

Sontak aja kericuhan terjadi, Laras menatap Jaemin namun lelaki itu bertingkah seolah itu hanya kalimat biasa. Jaemin tampak menikmati kopinya lalu menengok kearah Laras karena menyadari gadis itu menatapinya tadi.

Milktea gapapakan? Gua takut lo mendadak tidur, nanti gua malah repot.” Ucap Jaemin.

Laras mengangguk. “Iya.” Jawabnya. Meski ucapan Jaemin sedikit menohok, gapapalah masih ikhlas― syukur doi kalo gak udah Laras takol.

Hingga beberapa saat kemudian Laras menyadari, bahwa tujuh bujang ini ke kafe bukan buat nongkrong tapi malah kerja kelompok, tentu Laras berhasil mengumpat di dalam hati. Jujur aja Laras gak tau Jaemin dapat ide darimana, tapi setidaknya ia senang karena Jaemin mengajaknya.

———————

“Ah, udah gua bilang di Starbucks aja.” Keluh Renjun. “Masih bagus lo di traktir, nying.” Gas Mark.

Renjun hanya mendecak sebal. “Ya udah, kita foto dulu.” Ajak lelaki itu sambil mengeluarkan ponselnya. “Lo mau ikut gak?” Tanya Renjun pada Laras.

Laras menggeleng. “Sini, gua aja yang fotoin.” Ucap Laras. Tentu ia merasa tidak enak untuk nyempil di antara mereka. Malu-malu kucing sist.

“Makasih.” Ucap member Mimpi sambil menatap hasil jepretan yang baru saja Laras ambil.

“La, lo gak mau foto sama Jaemin?” Tanya Jeno. Otomatis Laras menatapi lelaki itu dengan kesal, lebih tepatnya lelaki itu seperti membaca pikiran Laras secara terang-terangan.

“Lo mau La?” Tanya Jaemin. “Eh, emang boleh?” Tanya Laras.

“Foto bareng gak bikin dosa kok.” Balas lelaki itu sambil mengeluarkan ponselnya.

Iya, gak bikin dosa. Cuma bikin mental Laras pengen goyang dumang aja kok. Gapapa, tapi lo mikir dong!

Laras dan Jaemin memasang ekspresi terbaiknya, masalah jarak― kalo jiwa bucin Laras gak ada physical distancing dong. Hati Laras masih cenat-cenut sendiri menatap foto yang terambil di ponsel Jaemin, ya setidaknya Laras gak buluq-buluq amatlah ya.

“Kita pulang dulu ya, bye.” Pamit Jaemin pada teman-temannya. Laras melambaikan tangan kearah mereka lalu naik ke motor Jaemin, di bawa pergi oleh sang doi.

Jeno menghela nafas lalu tersenyum sendiri. Haechan menepuk pundak lelaki itu perlahan. “Jangan khawatir, Jaemin pasti jagain Laras.”

“Bukan itu yang gua takutin.” Balas Jeno, nafasnya kini terasa berat.

[✓] Let's TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang