- 28 -

191 149 342
                                    

"Bahagia itu sederhana, asal sama orang yang tepat." Ucap Laras sambil menulis sesuatu di notenya. Kemudian menempelkannya di kumpulan foto yang ia jepit di temboknya.

Setidaknya memang benar, Laras bahagia. Dengan doa jika memang bukan miliknya tolong di jauhkan perlahan tanpa melukai siapapun. Dan jika memang bisa bersama makan Tuhan yang atur jalannya.

Pelik
- la, gua udah di depan rumah.

Laras meraih tasnya kemudian memasukkan ponselnya, mendadak lelaki itu ingin menemuinya dan mengajaknya keluar. Tentu setelah meminta izin pada Jaemin untuk menemui Felix. Katanya ada hal penting. Mereka sampai di sebuah kafe kecil yang tak jauh dari perumahan Laras, lampu warna kuning yang tergantung menambah kesan indah malam itu.

"Mau pesen dulu La?"

"Enggak, kenyang."

Felix memesan kopinya, setelah beberapa hari ini mereka tak saling bicara namun saling bertatap di sekolah. Kini berbicara dengan Felix terasa lebih asik daripada saat mereka di awal, canggung itu hilang seiring dengan topik-topik absurd yang mengganti.

"Gak siap kelas 12, dari curhatan lo kayaknya berat banget."

"Yeh, tapi lo kan pinter mata pelajaran jurusan. Ya gak sesulit itu buat yang pinter, kalo susah minta Jaemin kerjain aja."

Laras tertawa. "Heh dia pacar gua, bukan brainly." Balas Laras.

"Nanti gua UN nyontek dari brainly seru kali ya?"

Laras tertawa bahkan sempat memukul Felix. "Ck nyebelin lo, bilang mau ngomongin hal serius tapi malah ngomongin nyontek."

Felix baru teringat, ah dia tenggelam dalam topik random. "La, gua mau minta maaf."

"Hah? Emang salah apa?" Tanya Laras heran.

"Ya gua sadar aja kalo selama ini salah soal deketin lo, apalagi saat gua udah tau kalo lo punya Jaemin. Bahkan sempet bikin kalian marahan, gua minta maaf."

Laras tersenyum menanggapinya. "Justru karena lo juga gua sama Jaemin jadi lebih deket, ngertiin emosi satu sama lain. Berkat lo juga gua sama Jaemin jadi lebih terbuka soal perasaan. Seimbang kok."

Setelah dapat ceramah dari Lia, rasanya otak Felix baru sepenuhnya sadar bukan Laraslah yang ia tuju. Bukan gadis itu yang jadi incaran hatinya, tak baik menjadikan Laras pelampiasannya. Senyum Felix belum pudar, cukup sakit menerima kenyataan bahwa dirinya tanpa sengaja membuat Laras sebagai pelampiasan apalagi Laras sudah punya pacar.

"Mungkin setelah ini kita jarang ngobrol, gua juga udah sibuk persiapan kelulusan. Gua harap kita tetap jadi temen baik." Ucap Felix.

"Emang lo mau berantem sama gua?"

Kalo Laras bukan cewek, Felix udah mau nampol Laras pakai kursi. Syukur dia sabar. "Iya terserah lo."

"Gua doain lo sama Jaemin terus sehati, gak ada lagi yang berusaha nerobos kayak gua." Ucap Felix dan mengundang senyun termanis yang pernah ia lihat dari bibir Laras.

————————

"Grandma mau kemana?" Tanya Jaemin.

"Mau ketempat mamamu, bosen grandma di sini." Jawab grandma.

Ini masih pagi dan Jaemin juga baru bangun di hari liburnya, di tambah fakta grandma Na paling malas bepergian sendiri kalau tiada yang menemani. "Mau aku antar?" Tawar Jaemin.

"Enggak, bisa sendiri kok. Grandma lama di sana gapapa toh?"

Jaemin mengangguk. "Tapi biasanya mama yang kesini, kok jadi grandma yang kesana?" Tanya Jaemin berusaha untuk mencari tau.

[✓] Let's TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang