- 29 -

194 146 344
                                    

Daddy gak ngekang Laras, jika Laras mau ngerayain sweet seventeen dengan teman-temannya maka daddy mengizinkan— bilang aja mau berduaan sama istri tanpa di ganggu anak. Kini Laras dengan member Jalan V tengah asik main ke pantai. Kue, makanan ringan, gitar dan tak lupa bola sepak jadi bawaan mereka. Laras hanya memakai kaus lengan buntung di tutupi cardigan menatap teman-temannya rebutan bola, ia senang.

Semalam, Lucas pulang duluan karena daddy mau ngomong sama Jaemin. Awalnya Laras mau nguping cuma Jaemin bilang kalo dia mau ambil waktu bicara dengan daddy. Laras pikir, kalo boleh bicarain soal pertunangan, jadi Jaemin gak bisa jauh-jauh dari Laras. Atau mungkin mau lebih di percepat, pernikahan backstreet— ck ingat dia masih harus belajar.

Laras awalnya takut Jaemin bakal tremor, syukurnya mental laki Jaemin kuat menghadapi daddy. "Thank God." Ucapnya sambil menatap langit berawan.

Para bujang tengah asik menceburkan diri ke air, kasihan Ten yang terlalu ringan jadi bahan tumbal. Buat Laras udah biasa lihat mereka telanjang dada di pantai, tapi ia melihat gadis-gadis di sebelahnya mereka seperti kagum.

Muncullah ide jail di otaknya. "Boys!" Panggilnya.

Mereka menoleh kemudian menyibak rambut mereka dengan jemari, Laras mengisyaratkan gadis-gadis tersebut. Keluarlah jiwa buaya mereka. Gadis-gadis itu meleyot dan membuat Laras tersenyum heran, nyatanya di antara semua lelaki itu hanya Jaemin yang memenangi hatinya.

Laras mengambil foto dengan jus jeruknya kemudian mengirimnya ke Jaemin. Nanti malam mereka akan keluar untuk makan malam bersama, daddy juga ngajak Jaemin ikut. Tentu rasa senang gadis itu tak bisa di tahan, mengetahui daddy sedikit menerima Jaemin.

"Eh apa-apaan nih?!" Laras kaget ketika para bujang malah mendekatinya. "Argh gak mau! Gak!"

Mereka nyeburin Laras ke air, otomatis setubuh gadis itu basah dan ia juga kaget menatap teman-temannya yang ketawa bahagia. Pada akhirnya circle yang cocok juga adalah harta yang berharga.

————————

Kecepatan motor Jaemin benar-benar bikin cowok itu hampir nyelakai orang lain dan dirinya sendiri. Ia menerima telepon dari nomor rumah, ternyata itu grandma Na yang mengatakan kondisi Elamara menurun. Ia panik, sampai lupa ada janji dengan keluarga Laras.

Tentu tak bisa dalam waktu singkat Jaemin sampai di rumah sakit tempat Elamara di rawat tapi ia harap ia tak pernah terlambat untuk berada di sisi sang mama.

"Tolong, Tuhan." Gumamnya.

Syukur kondisi jalanan lancar dan Jaemin bisa segera sampai, ia bahkan memasuki rumah sakit dengan helm yang masih terpakai di kepalanya. Ia berlari, menuju tempat rawat Elamara dengan tergesa-gesa.

"Mama."

Elamara tampak baru saja menerima tusukan infusnya dan masih merasa nyeri, ia menatap Jaemin kemudian tersenyum.

"Iya?" Balas Elamara dengan suara serak.

Jaemin nangis, lagi. Ia menggenggam tangan Elamara dengan erat sampai lupa kalau mamanya juga bisa kesakitan. Tapi Jaemin beneran takut.

"Na, minum dulu." Ucap grandma.

Jaemin minum sejenak kemudian natap Elamara yang lagi natapin cairan infusnya. "Kapan abisnya sih? Aku mau pulang." Kesalnya pada cairan dalam kantong infus.

"Gak! Apaan sih, jangan pulang dulu di sini aja!" Bentak Jaemin, ia tau rumah sakit bagus untuk mengekang orang sakit dan keras kepala seperti mamanya.

[✓] Let's TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang