05

51.6K 4.4K 73
                                    

Entah setan apa yang merasuki Avan sehingga pemuda itu sudah siap dengan seragam yang melekat di tubuh kurusnya sedangkan waktu masih menunjukan pukul 06.00. kini anak itu tengah berkaca sesekali menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.

"Ughh...ganteng gue damage nya ga ngotak sih emang, pantes cewe pada klepek-klepek kaya cacing kepanasan setiap ngliat gue."

"Ganteng nya tuh kaya ada manis-manisnya."monolognya seraya mengelus pipi nya yang sedikit berisi. Meskipun terlihat nakal dan badboy Avan termasuk anak yang maniak susu dan yogurt, tak heran jika pipinya berisi.

"Dah cakep tinggal turun sarapan."

"Tapi sarapan apaan ya?"tanya pada sendiri.

"Bodo ah tinggal makan dikantin aja repot."Avan menyambar kunci motor diatas nakas dan langsung bergegas keluar.

"Oke cus kita berangkat."Avan menepuk pelan motornya dan mulai melaju menelusuri jalan, dia menjalankan motornya pelan seraya menikmati udara yang masih segar.

Avan memarkirkan motornya tampak masih sedikit kendaraan yang bertengger diparkiran. Avan menyusuri koridor seraya bersiul hanya beberapa anak yang sudah nongkrong depan kelas.

"Selain ganteng gue juga rajin, siapa sih yang bisa nolak pesona seorang Avan."ujarnya pede.

"Sepi amat pada niat sekolah kagak sih."monolognya saat melihat keadaan kelas sepi hanya beberapa anak kutu buku yang sudah bertengger dengan buku tebal ditangannya.

"Mending gue tidur."Avan menelungkup kan tangan nya dimeja dan meletakan kepalanya dilipatan tangan dan ya dia tidur. Selang beberapa murid mulai berdatangan begitupun dengan sahabat Avan.

"Lah tumben nih anak dah nongol."Ujar Alvin heran.

Austin duduk disamping Avan diikuti Adrian dan Alvin yang duduk dibelakang nya.

Kringg

Kringg

"Van bangun udah bel."Austin menepuk pelan bahu Avan, anak itu hanya menggeliat dan melanjutkan tidurnya.

"Selamat pagi anak-anak."ucap guru Ppkn PakNas guru yang tergolong killer.

"Pagi pak."

Matanya menelisik ke penjuru kelas dan menemukan salah satu muridnya yang tertidur sontak mata langsung mendelik.

"Van bangun ada pakNas."Austin semakin mengguncang bahu Avan ketika melihat PakNas menghampiri meja mereka.

Brakkk

"SEMPAK BAPAK BOLONG."kaget Avan saat meja nya digebrak. Satu kelas terbahak mendengar ucapan Avan lain dengan pakNas yang mukanya memerah.

"AVANNNN."

"Buset itu suara kingkong."ucap Avan tak sadar jika PakNas disampinf meja nya.

"Bukan dek, suara meteor jatuh."sahut Alvin.

"Aaaaaaa...sakit bangsul."Teriak Avan saat telinga nya ditarik dia menoleh ke samping dan menemukan PakNas yang seperti ingin menelannya hidup-hidup.

"Eh bapak sejak kapan disini."ucap Avan cengengesan.

"Sejak kamu hibernasi kaya monyet."

"Beruang kali ah hibernasi."

"Siapa yang ngajarin kamu ngejawab ucapan orang tua."

"Lah baru nyadar bapak udah tua."ucap Avan santai.

"Yang sopan Avan apa kau tak diajari orang tua mu."Avan mengepalkan kedua tangannya saat mendengar kata 'orang tua'.

"Gak usah bawa-bawa orang tua saya."geram Avan.

"Sekarang kamu hormat depan bendera."

"Ya."singkat Avan, sedangkan sahabat Avan memperhatikan punggung kecil itu sendu mereka tau Avan pasti tersinggung mendengar perkataan PakNas. Mereka tau perasaan Avan.

"Ngapain sih gue jadi kepikiran ucapan PakNas buat apa juga gue mikirin mereka belum tentu mereka mikirin gue."ucap Avan pelan dan mengusap wajahnya kasar.

"Panas banget lagi gak bisa pindah dulu nih matahari gak solmet banget."gerutu Avan sembari menutup wajahnya. Ya kali ini dia melaksanakan hukuman dari PakNas.

.....

Caesar, pemuda berniat ke kamar mandi namun matanya tak sengaja menatap ke bawah ke arah lapangan SMA STARLIGHT yang biasa digunakan untuk upacara terlihat pemuda yang selalu ia perhatikan beberapa hari ini. Senyum tipis terukir diwajah dinginnya.

Dia tak berniat melanjutkan niat awalnya melainkan lebih memperhatikannya Avan dari dekat. Dia turun untuk duduk dibawah pohon dekat dengan lapangan.

Avan pemuda itu tengah menahan pening yang tiba-tiba menderanya ditambah perutnya yang kosong dia melupakan sarapan sedangkan ia mempunyai maagh sekarang malah berjemur dibawah terik.

"Awss... pening kepala gue."

"Punya kepala pusing kagak punya kepala serem."tangan nya terangkat untuk memijat pelan pelipisnya berusaha menghilangkan pening dikepalanya.

"Awssss...Perut gue juga sakit banget."tangannya meremat perutnya bukanya hilang malah semakin terasa nyeri.
Avan tak mampu lagi mempertahankan kesadaran nya dan...

Brukkk

Caesar yang melihat Avan limbung segera berlari ke arah lapangan dan membopong tubuh kecil Avan untuk dibawa ke UKS. Dia sudah curiga pasti ada yang tidak beres dengan Avan sedari tadi dia memperhatikan Avan selalu bertingkah aneh dan terbukti sekarang.

Brakk'

Caesar mendorong pintu UKS dengan kakinya dan langsung meletakkan Avan di brangkar dengan pelan.

"Periksa cepat."perintah Caesar pada dokter penjaga UKS dan langsung dianguki.
Caesar menatap Avan khawatir entah sungguh perasaan apa saat melihat wajah pucat Avan hatinya terasa gusar dia tidak bisa tenang.

"Gimana keadaannya?"tanya Caesar saat melihat sang dokter telah selesai memeriksa Avan.

"Keadaannya sudah lebih baik, maagh nya kambuh setelah dia bangun beri dia makan dan obat imun tubuhya juga lemah tidak bisa terkena matahari terlalu lama itu juga yang menjadi penyebab dia pingsan mungkin nanti malam dia akan demam."jelas dokter itu dengan serinci-rinci nya.

Caesar mengangguk."hm, kau boleh pergi."datar Caesar dan diangguki dokter itu.

Caesar mendekat ke arah brangkar Avan tanpa sadar tangannya terangkat mengusap lembut rambut Avan yang sangat halus. Dia mengambil ponsel di saku celananya dan menghubungi temannya untuk membeli bubur dikantin untuk Avan.

"Eungghh..."Avan menggerjabkan matanya pelan.
"Shhhh...hikss..."ringisnya diiringi air matanya yang ikut jatuh memang jika sedang sakit Avan akan manja dan sensitif.

"Husstt kenapa sakit?"tanya Caesar lembut.

Avan menoleh."hikss...Lo ngapain disini panggilin temen-temen gue."tanya Avan bingung. Untuk apa seniornya ini disini lagi pula sejak kapan dia bisa berucap lembut setaunya dia orang yang kasar.

"Yang sopan panggil Abang."datar Caesar.

'ish tadi lembut sekarang datar ni orang punya gangguan apa orang beda disatu tubuh apaan ya itu lah apaan lupa gue."batin Avan.

"Dih siapa lo."ngegas Avan dengan mata yang melotot.bukannya seram namun malah terlihat menggemaskan dimata Caesar.

"Gemes banget sih."Caesar mengacak gemas rambut Avan.

"Ish lepasin."Protes Avan.

Bukanya melepaskan Caesar semakin gencar menggoda Avan bahkan kini tangannya sudah bertengger dipipi chubby Avan yang terlihat memerah mencubit nya dengan gemas.

"LEPAS SETANNN.!!"

Puk




To be continue

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang