DUA EMPAT || LEMPER BELANDA

25.8K 2.5K 281
                                    

🦩 Happy Reading 🦩
.
.
.
.
.


Avan menatap orang yang kini menjulang tinggi didepannya dengan tatapan penuh tanya, orang dengan rambut putih bukan pirang seperti bule tapi putih seperti uban??

Rambutnya ikal mengembang, dengan kulit hitam pekat yang Avan yakini saat mati lampu hanya terlihat giginya.

"Genderuwo dari mana nih?"celetuk Avan spontan.

"Gak sopan yo Karo wong tua."jawab orang itu dengan logat yang aneh menurut Avan.

"Ngomong apasih bahasa setan emang beda ya?"Avan menatap mengejek orang didepannya dengan tangan bersilang depan dada.

"Bocah ko....

"Ada apa ini?"ucapan orang itu terpotong dengan suara berat milik Hendrik yang berjalan ke arah mereka diikuti Diana.

"Iki tuan bocah cilik mboten sopan."ujarnya dengan nada sopan.

"Apa yang mang Ajim maksud putra nakalku?"tanya Diana seraya melirik Avan dengan ekor matanya.

"Putra?"tanya mang Ajim, mang Ajim adalah tukang kebun dimansion Wesley yang baru pulang dari Belanda hadiah dari Diana karena sudah membantu dia mengusir kecoa karena itulah Diana memberikan mang Ajim tiket liburan ke Belanda selama dua bulan.

"Dia putra bungsu saya mang."jelas Diana.

"Maaf nyonya kulo mboten ngertos."sesalnya dengan menundukkan kepala, mang Ujang berasal dari Jawa yang merantau ke Jakarta dan dipekerjakan oleh keluarga Wesley sebagai tukang kebun terlihat dari bahasa yang digunakan menggunakan bahasa krama.

"Dia siapa mom?"tanya Avan yang sudah anteng berada digendongan Daddy-nya.

"Dia mang Ajim yang biasa bersihin taman belakang."

"Kok Avan baru lihat,"

"Dia baru pulang dari Belanda mommy yang kasih buat hadiah karena udah bantuin mommy usir kecoa."jelas Diana membuat Avan membulatkan matanya sempurna sekaya apa keluarganya memberi hadiah tiket liburan ke luar negeri hanya karena membuang kecoa Avan juga mau kalau gitu.

"Masuk yuk."Diana menggiring mereka ke dalam beserta mang Ajim yang menyeret koper pemberian Hendrik.

"Mamang gak ada oleh-oleh buat Avan?"Avan mengadahkan tangannya ke mang Ajim.

"Aduh maaf atuh den saya gak tau dirumah ini ada aden."

"Yah kok gitu sih padahal Avan pengin oleh-oleh khas Belanda."

"Kalau mau saya teh ada ini buat aden semua aja."Mang Ajim merogoh kopernya menarik sebungkus plastik hitam berisi makanan yang dibungkus dengan daun.

"Buat Avan?Yeay makasih mamang oleh-oleh Belanda nya nanti mau Avan pamerin ke temen-temen."girang nya dan langsung berlari ke kamarnya.

"Maaf tuan nyonya saya teh pamit ke belakang dulu."pamitnya dibalas anggukan oleh pasutri itu.

.....

Avan membolak-balikan makanan bungkus hijau itu dengan tatapan bingung luar biasa seperti nya dia mengenali makanan ini tapi ragu.

Dia sedikit melirik bungkusnya sebentar.

"Sticky rice filled abon with chicken."gumam Avan membaca label dibungkus nya.

"Dari namanya aja udah aestetic banget aroma sultan nya menebar ke mana-mana gak sabar mau tunjukin ke temen-temen."Avan mengambil ponselnya dinakas untuk menghubungi teman-temannya untuk datang ke rumahnya.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang