ENAM BELAS || BAIKAN

33.2K 3.1K 129
                                    

"gue mau ngomong sama lo."

"Hm,"

"Gue heran apa yang bikin lo iri sama Avan? kebahagiaan? kebahagiaan apa yang Avan rebut dari lo?kasih sayang?gue gak ngerasa dia ngerebut kasih sayang mommy Daddy lo dan semua keluarga , kalau pun iya gue rela, Lo gak kasihan sama Avan dari kecil dia gak dapet kasih sayang dari nyokap bokap nya, dia masih kecil tapi dia udah kerja buat nyukupin hidup dia sendiri, apa hati lo gak ngerasa iba sedikit pun sama Avan? Dia cuma anak kecil yang masih butuh kasih sayang orang tua dia masih butuh bimbingan dari orang dewasa buat nuntun dia jadi orang yang bener, dia butuh sosok ayah buat jadi panutan jalan dia jadi orang yang lebih baik lagi, apa yang lo iriin dari itu semua."dia rela berbicara panjang seperti untuk adiknya hanya untuk adik kecilnya.

"Gue gak yakin kalau Lo jadi Avan lo akan kuat jalanin hidup sendiri sebatang kara tanpa ada orang tua atau keluarga yang dampingi Lo."

"Lo gak denger cerita mommy yang ceritain gimana antusias nya Avan pas dianter sekolah sama mommy daddy."Alden tampak mengingat cerita mommy nya tentang impian anak itu ada sedikit rasa iba dihati nya namun ego lebih mengalahkan semuanya.

"Sesederhana impian anak itu, lo udah dewasa sedangkan dia masih kecil harusnya lo ngalah."Azka menjeda ucapan nya sebentar, sebelum melanjutkan ia harus mengingatkan sepupunya ini agar tak melangkah jauh lagi.

"Lo tega mau nyelakain Avan?dia masih polos Al dia masih kecil ,diumurnya yang masih 15 tahun dia harus dituntut dewasa oleh keadaan, buat nyambung hidup dia aja Avan harus kerja banting tulang, sedangkan lo?dari kecil idup lo udah enak, rumah gede, pakaian mewah, bahkan barang-barang Lo gak ada yang murah lo berkecukupan, bagi Avan buat beli barang mewah aja perlu mikir mikir lagi, dia gak kaya Lo yang beli beli tinggal minta ortu lo tanpa harus kerja buang keringat, hidup lo nyaris sempurna gak kaya dia yang serba kekurangan."

"Lo pikirin baik-baik gue gakmau lo nyesel nanti nya, jadi abang yang baik buat Avan gue yakin lo masih punya hati nurani buat gak nyambung pikiran receh lo buat nyingkirin Avan."Azka menaikkan selimutnya hingga menutupi semua tubuhnya.

Alden?dia hanya diam mematung tubuhnya sama sekali tak bergerak bahkan lidahnya kelu hanya untuk mengeluarkan sepatah kata pun, tangannya saling meremat matanya tampak bergerak gelisah.

Hati dan pikiran Alden tampak tak sejalan, hatinya seraya ingin berteriak ia menyayangi adiknya namun fikiran nya Kembali menyangkal bahwa ia tak menyayangi namun ia hanya kasihan.

Kepala Alden seraya ingin pecah tangannya terangkat untuk mengacak rambutnya frustasi kakinya mulai melangkah keluar untuk mencari udara segar meninggalkan Azka yang tersenyum tipis dibalik selimutnya.

"Mulut lo bisa bilang nggak tapi tatapan lo gak bisa menyangkal bahwasanya lo juga sayang sama Avan."

.....

Kacau

Satu kata yang menggambarkan keadaan Avan sekarang, berbanding dengan sifat asli Avan yang ceria sekarang hanya ada Avan yang murung dengan tatapan kosong nya.

Sedari bangun tadi dia hanya berdiam diri diatas ranjang, dengan keadaan kamar yang gelap dan berantakan bahkan banyak pecahan beling yang berserak dilantai karena ulah anak itu, sebelum berdiam seperti ini anak itu sempat mengamuk dan memecahkan semua barang dikamarnya. Kamar anak itu terkunci dari dalam sehingga menyulitkan mereka untuk memantau anak itu.

Semua anggota keluarga kecuali Tasya karena ia harus menjaga Azka , kini tengah berkumpul didepan kamar Avan, semua tengah berupaya membujuk anak itu untuk keluar namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam, seketika Hendrik merasa kesal karena membuat semua kamar kedap suara lihatlah akibatnya ia tak tau apa saja yang putranya lakukan didalam sana.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang