DUA DELAPAN || HARI SENSITIF

22.8K 2.2K 114
                                    

Tandai bagian yang kalian suka...
Karakter yang paling favorit???

Mau nambah cast atau jangan....
Kalian tim mana nih

Happy Ending🙅, or
Sad Ending🙋

Langkah kaki tegas terdengar dirungu masing-masing anggota keluarga yang sudah berkumpul diruang makan hanya saja berbeda jika hari biasanya lengkap kini dua kursi bagian ujung harus kosong karena pemiliknya tengah mengurus pekerjaan nya di luar negeri.

"Pagi."sapa Avan yang berada digendongan koala Reiki.

Mendengar nada lembut itu sontak semua mengukir senyum bersamaan.

Azka menatap adiknya heran tumben kedua manusia itu akur.

"Pagi sayang, mau sarapan apa?"tanya Diana yang tengah menyiapkan makanan untuk suami dan putranya.

Avan meluruskan pandangan nya seakan baru tersadar kehilangan dua anggota keluarganya"Oma sama Opa gak ikut sarapan?"

"Oma sama Opa harus pergi keluar negeri karena pekerjaan untuk beberapa hari."jawab Tasya.

"Oh oke, Avan mau Roti mom sama alpukat."

Diana mengangguk mengambil selembar roti dan mengoleskan Alpukat diatasnya sebagai toping.

"Makasih mom, kalian mau pergi semua?terus yang nemenin Avan disini gak ada dong"Avan menguyah makanan di mulutnya dengan pelan menunggu jawaban dari pertanyaan nya barusan.

"Sama abang Reiki dulu ya?mommy ada urusan sebentar setelahnya mommy akan menemani Avan disini."balas Diana seraya tersenyum.

Avan melotot siap melayangkan protesnya"No, Avan gakmau kalau berdua sama abang Reiki."

"Kenapa sih kan sama aja dengan abangmu yang lain."

"Sama dari segi mananya beda jauh tau."gumam Avan pelan.

"Lalu jika tidak bersama abangmu, berani kalau sendiri?"tanya Diana memastikan karena dia tau betul tabiat putra bungsunya meskipun mansion Wesley tak pernah sepi karena maid dan puluhan penjaga namun tetap saja bagi Avan jika tidak ada salah satu keluarganya dia akan merasa kesepian.

"Gakmau Avan takut sendiri."cicitnya pelan.

"Dengan Abang sebentar mommy janji akan pulang lebih awal."bujuk Diana meskipun dia tak tega meninggalkan putranya.

"Tapi Avan maunya sama yang lain juga."

"Dengarlah Avan tidak semua kehidupan mereka berpusat padamu ada saatnya mereka memiliki kesibukan masing-masing jangan egois belajarlah berfikir dewasa."cetus Reiki dengan nada dinginnya.

Avan menundukkan kepalanya matanya memanas mendengar ucapan abangnya yang sedikit melukai hati kecilnya, ini seperti bukan dirinya bahkan sedari dulu Avan tinggal sendiri dan tak pernah mempermasalahkan itu semua namun semenjak dia tinggal dan menjadi anggota keluarga Wesley rasa nyaman itu muncul dengan sendirinya membuat jati diri Avan yang manja keluar begitu saja.

Dirinya sudah menyerahkan penuh kehidupannya pada keluarga ini, bahkan sepertibya dia sudah bertergantungan dengan semua uluran tangan yang siap memberinya kehangatan layaknya keluarga.

"Kalian boleh pergi Avan mau ke kamar."Avan memberikan senyum tipisnya sebelum melangkah ke kamarnya.

Langkah kakinya tertatih bahkan sesekali ringisan keluar dari bilah bibir Avan.

Tasya mencubit gemas lengan kekar putranya yang selalu saja berujar ketus dan pedas sekarang lihatlah keponakan lucunya pun ikut terkena omongan pedas nya.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang