TIGA TIGA || AKHIR KESALAHPAHAMAN

22.2K 2.2K 22
                                    

Karena bujuk rayu dan segala paksaan dari mommy dan daddynya Avan memilih mengalah dan mengikuti
Untuk kembali bersekolah, kembali ke tempat dimana yang seharusnya anak seumurannya dapatkan untuk mendapatkan ilmu.

Tak henti-hentinya Diana mengucap kan kata-kata penenang dan juga kecupan kecil pada pipi nya yang terlihat berkurang dari biasanya, mungkin efek demamnya dua hari yang lalu.

"Kenapa putra mommy ini tampan sekali hm?"gumam Diana mengecupi wajah Avan lembut.

"Tentu mommy Avan memang sangat tampan dan menawan, Avan juga multitalenta asal mommy tau."beritahu Avan penuh percaya diri.

"Baiklah mommy percaya."

Avan mengangguk bangga menatap remeh sang Daddy yang tengah berbaring dikasur miliknya, tatapan pria itu sama seperti biasa hanya datar namun ada yang berbeda kali ini, tatapan pria itu menyiratkan sesuatu yang menurut Avan akan menganggu paginya.

"Kenapa liatin Avan gitu terpesona?"

Hendrik bangkit berdiri tepat didepan Avan wajahnya dia sejajarkan dengan Avan yang tengah duduk dikursi belajarnya.

"Hem tampan tapi masih tampan Daddy tentunya."ujar Hendrik iseng, dia sangat tau jika putranya tak suka jika ada yang mengalahkan ketampanannya.

"Gak, Daddy itu gak tampan udah tua."

"Benarkah?tentu kau berbohong."

"Tidak Avan tidak berbohong Daddy itu jelek tidak seperti Avan yang tampan, benarkan mommy?"

Diana hanya mengangguk menanggapi"Iya Avan yang paling tampan Daddy biasa saja."

Avan bersorak senang mendapat pembelaan"Wle...daddy jelek nanti mommy gak cinta lagi terus cari suami baru, Avan juga punya Daddy baru hahaha...."

Hendrik tersenyum miring mendengar tawa Avan tanpa aba-aba pria itu menggelitiki perut Avan membuat pemuda itu semakin tertawa karena merasa geli.

"Haha..da..Dy ha..ha ampunnn..."

"Mommy bantuin Avan huwa..hahaha..."

Diana menabok bokong suaminya"Udah ih nanti gakmau makan dia."

Hendrik melerai menangkap wajah Avan beralih mencium brutal wajah Avan yang wangi bedak membuat bedak itu menghilang karena ulah Hendrik.

"Daddy udah ih jigong Daddy nempel di bedak Avan."Avan menjauhkan wajahnya dari wajah daddynya.

"Ayo kita turun."

Avan mengangguk mengambil telunjuk mommynya untuk dia genggam dan juga kelingking Hendrik untuk dia tautkan pada kelingkingnya.

Ketiganya tampak seperti keluarga yang sangat harmonis dihiasi tawa dari bilah bibir Avan yang terus mengembang mengeluarkan lelucon yang membuat mommynya tertawa sedangkan Hendrik hanya tersenyum tipis menghargai usaha Avan untuk membuat lelucon.

"Seneng banget kayaknya sampai kita dilupain udah nunggu disini dua jam."sindir Alden.

"Loh udah sampai kirain Avan masih dikamar."jawab Avan santai.

Alden semakin melongo mendengar jawaban adiknya yang terlalu santai ingin sekali menampol wajah adiknya yang kini sudah tampak berseri dibanding dua hari yang lalu.

"Udah sembuh hm?"tanya Rafif mengecup gemas wajah Avan yang putih karena bedak.

"Udah ih jangan cium-cium bedak Avan nanti abis."protes Avan, tangannya menjauhkan wajah abangnya.

"Cowok takut bedaknya luntur, jangan-jangan kamu bukan cowok lagi."ledek Azka memulai.

"Heh enak aja Avan ini cowok tulen tau, nih mau lihat aset Avan."Avan membuka sabuknya bersiap menurunkan celananya.

"Tangannya berdosa banget ih jangan gitu."Diana menabok pelan tangan Avan.

Hendrik membenarkan letak sabuk dan celana Avan yang sempat longgar karena akan dibuka, tangannya menyentil kening Avan keras.

"Sakit loh daddy Avan bisa laporin nih ke Komnas ham."

"Udah lah dek jangan ngomel terus makan dulu udah mau jam 7."lerai Tasya menyerahkan sepiring nasi pada Avan.

Avan mengangguk mulai menyuapkan satu persatu sendok dalam mulut kecilnya, tak sengaja manik kembarnya bertabrakan dengan manik gelap milik Reiki yang juga menatapnya.

"Kenapa abang liatin Avan terpesona?"tanya Avan pada Reiki.

Bukannya menjawab Reiki hanya menatap Avan membuat anak itu risih memilih menundukkan kepala.

"Ayo berangkat dek."

.....

Avan mengikuti langkah ketiga abangnya yang memasuki gerbang SMA STARLIGHT bukan kampus mereka, tentunya untuk mengantar adik mereka agar sampai ke tujuan dengan selamat tanpa lecet sedikitpun.

"Abang mereka liatin Avan..."adunya dengan suara pelan.

"Jangan takut ada kita mereka gak akan berani lukai kamu, kan Avan gak salah."ujar Azka menenangkan.

"Tapi nanti mereka sorakin Avan lagi gimana, Avan mau pulang aja."suara Avan tampak jelas akan menangis membuat ketiga menghela nafas pelan.

Mereka tentu tau tatapan yang mereka layangkan pada adiknya bukanlah tatapan seperti dua hari yang lalu dimana tatapan menjijikkan dan mengolok-olok mereka berikan pada Avan namun tatapannya lebih tatapan bersalah.

"Kenapa hm?Avan sekolah dulu kalau emang mereka masih nakal sama kamu nanti abang jemput Avan buat pulang oke?"tawar Alden lembut.

Avan tampak ragu namun tak ayal dia mengangguk"iya Avan mau sekolah."

Jawaban Avan mampu menerbitkan senyum tipis dari ketiga abangnya, tampak puas dengan jawaban yang Avan berikan.

"Jangan kemana-mana sendiri ajak sahabat kamu sekalipun ke kamar mandi."pesan Caesar tegas.

"Iya Avan masuk dulu papay...."

Avan tersenyum manis melambaikan tangan pada ketiga abangnya, langkahnya mendekat ke arah ketiga sahabatnya semua pasang mata memperhatikan nya intens membuatnya merasa tak nyaman.

"Kenapa semua liatin Avan ada yang salah sama Avan ya?"tanya Avan ragu.

"Mereka liatin gue tau secara ketampanan gue selalu bisa buat semuanya terpesona..."pede Alvin.

Melihat salah satu teman sekelasnya mendekat secara tak sadar Avan mundur perlahan merapat kan tubuhnya pada Austin bayang-bayangan mereka ikut menyorakinya membuat nyalinya menciut.

"Emm Avan gue wakilin semua yang ada disini mau minta maaf sama lo karena Kemarin ikut Buli dan nuduh lo yang gak gak lo mau kan maafin kita?"pinta nya pada Avan.

Avan menoleh pada Austin yang tampak mengangguk"Iya Avan maafin kalian tapi kalian jangan gitu lagi ya?hati Avan sakit tau."ucap Avan cemberut.

Kompak teman sekelasnya tertawa melihat wajah cemberut Avan yang tampak lucu.

"Iya Avan kita janji."

"Karena kalian udah gak nakal sama Avan istirahat nanti kalian boleh makan dikantin sepuasnya nanti Avan yang bayar."

Sontak ucapan Avan membuat teman sekelasnya berteriak heboh, tentu orang bodoh mana yang tak senang jika mendapat makanan gratis, semuanya sibuk memikirkan makanan apa yang nanti akan mereka pesan dan juga sibuk mencari kresek untuk membawa pulang semua makanan dikantin.

"Gini nih kalau rakyat jelata dikasih makan gratisan..."sindir Alvin tak serius.

"Ye kayak Lo kagak aja..."sarkas siswi dikelasnya.

"Jelas gue mah gratisan udah menjadi sebagian dari visi misi dikamus hidup gue."

"Huhuhubuhu......"sorak teman sekelasnya heboh.

Avan tersenyum senang mendengar lelucon-lelucon teman sekelasnya.

"Seneng?"tanya Austin mengelus rambut Avan lembut.

"Seneng nanti anterin Avan ke abang ya buat minta bayarin semua nya nanti."

"Pasti Abang Lo bangga sama kelakuan no have akhlak lo."




Terserah.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang