TIGA DUA || PEMBALASAN

22.9K 2.2K 47
                                    

Tandai bagian yang paling kalian suka..

Pertama Nemu cerita ini dimana??

Cast favorit kalian??
.
.
.

Suasana hening meliputi ruang keluarga Wesley biasanya saat berkumpul seperti ini akan ada saja pertengkaran kecil antara Avan dengan abangnya entah itu berebut makanan atau berebut Chanel TV yang akan ditonton.

Semua anggota keluarga mengalah meliburkan diri dari pekerjaan dan segala aktivitas keluar hanya untuk menemani Avan yang kini sudah anteng duduk diatas pangkuan Caesar dengan selimut tebal menutupi tubuhnya.

Semua pasang mata hanya memperhatikan gelagat Avan yang tidak seperti biasanya, wajahnya tampak murung tidak ada binaran dimatanya yang selalu membuat mereka gemas kini hanya tatapan kosong menatap Tv tanpa ekspresi.

"Kenapa diam saja?"tanya Caesar lembut, tangan kekarnya mengusap lembut rambut Avan.

"Mau ke taman gak dek?"tawar Alden mencoba mengambil perhatian anak itu.

Avan menggeleng tanda menolak, badannya semakin dia rapatkan tak kala hawa dingin terasa menusuk kulitnya yang tampak pucat.

"Alden atur suhu AC nya agar menjadi hangat Avan kedinginan sepertinya."suruh Diana.

"Iya mom."

"Mau buah gak?mommy kemarin beli apel kesukaan Avan, mau?"tawarnya pada Avan.

Gelengan kepala Avan membuat mereka mendesah kecewa sudah banyak cara dan jurus yang mereka keluarkan untuk membujuk Avan namun anak itu hanya diam membisu mengunci mulutnya rapat-rapat.

"Avan mau apa?nanti abang beliin."rayu Keano pada ponakan kecilnya.

"Avan mau kalian jujur."

Sontak perkataan Avan membuat atensi mengarah padanya, tatapannya seolah meminta penjelasan atas apa yang anak itu ucapkan.

"Jujur apa hm?"

"Kalian malu punya anak sama adek kaya Avan kan?"tebak Avan ragu.

Benar dugaan Hendrik anak itu merasa jika mereka malu mengakui Avan sebagai anggota keluarga Wesley, tidak salah lagi itu yang membuat Avan tetap bungkam dan menjadi drop.

"Kenapa Avan berbicara seperti itu hm? mommy gak suka."ujar Diana lembut,maniknya menatap kelereng kembar Avan yang tampak sayu menatapnya.

"Apa yang membuatmu berfikiran seperti itu?"tanya Reiki dengan nada rendah.

Avan menelan salivanya susah payah mendengar nada rendah Reiki"Avan hanya menebak itu saja, kalian tidak usah menjawabnya, Avan sudah tau pasti kalian memang malu punya anak kaya Avan yang lemah dan nyusahin."

Hendrik menatap tajam Avan, sorot matanya menandakan dia begitu tak menyukai ucapan Avan.

"Tarik kata-kata mu baby."ujar Hendrik tegas, tangan kekarnya beralih mengambil Avan dan memangku avan dengan wajah saling berhadapan.

"Tapi Avan benar kan?"

"Tidak, itu sama sekali tidak benar bahkan terfikir saja tidak pernah jika Daddy malu mengakui mu jika pun bisa Daddy akan selalu memamerkan betapa bangga dan bahagia nya Daddy memiliki putra seperti mu, bukankah Daddy seperti orang yang paling beruntung mendapat putra seperti Avan yang menggemaskan dan juga manis ini hm..."ucapnya yakin tak ada kebohongan Dimata Hendrik.

"Tap--i Avan bodoh tidak seperti kalian yang pintar, Avan hanya anak beasiswa."

"Siapa yang mengatakan mu bodoh?kau pintar dalam segala hal yang kau bisa lakukan cukup jadi dirimu sendiri sudah cukup untuk Daddy, Anak beasiswa?baiklah Daddy akan mencabut beasiswa mu itu."

Mata Avan membelak siap meluncurkan cairan beningnya"Jangan cabut beasiswa Avan Daddy nanti Avan sekolahnya gimana?"

Hendrik menatap wajah Avan teduh"Kau akan tetap bersekolah disana tapi bukan sebagai siswa beasiswa melainkan sebagai putra ku, putra kesayangan ku."

"Tapi Avan gakmau sekolah lagi Daddy, mereka nakal semuanya nakal gak ada yang percaya sama Avan mereka semua sorakin Avan, Avan takut.."adunya dengan suara bergetar.

"Semua akan baik-baik saja, kau cukup belajar semuanya daddy yang akan mengatur."

"Dan satu lagi persiapkan dirimu."lanjutnya.

"For?"

"Nanti kamu tau sendiri, sekarang tidur jangan fikirkan apapun."

.....

Sedangkan di SMA STARLIGHT semua siswa heboh melemparkan berbagai macam tepung, telur bahkan sisa-sisa sayuran busuk yang seharusnya sudah dibuang ditong sampah kini dibuang dibadan ketiga siswa yang sudah menunduk dengan baju yang kotor dengan air got.

"Lanjutin guys ini tepung nya masih banyak jangan lupa ajak yang lain buat lemparin ni bocah..."teriak Alvin penuh semangat.

Ketiga siswa yang tengah berada dilapangan hanya terdiam menerima sorakan heboh dan juga lemparan tepung dan telur yang sudah mengotori ujung rambut hingga ujung kakinya.

Ketiga siswa itu adalah Tono dan kedua temannya sedangkan yang menjadi dalang dari semua itu adalah ketiga sahabat Avan dan juga Rendi yang membalas perbuatan Tono dkk yang membuat adik mereka drop.

Semua siswa-siswi yang membuli sudah dibayar oleh mereka bertiga bahkan ada yang suka rela tak dibayar demi membalas dendam mereka terhadap perlakuan dan sikap Tono dkk yang semena-mena.

"Ternyata lebih seru ginian dari pada baku hantam."sorak Alvin heboh.

"Anjir muka si Tono dah kaya bocil kecebur digot."celetuk Rendi.

"Jangan lupa videoin kirim ke keluarga Wesley buat mereka puas sama kerja kita."pesan Adrian.

"Sans gue udah bayar salah satu siswa buat videoin."ujar Alvin namun tak mengalihkan pandangannya, tangannya dengan sigap ikut melempar telur yang setengah busuk hingga mengenai selangkangan Tono.

"Anjir telor nya kena buwung..."seru Alvin heboh.

"Buwung apatuh?"

"Buwung puyuh..."balas Alvin tertawa kencang, humor nya yang receh tidak pernah menyaring candaan yang benar-benar lucu.

Semuanya sudah diatur sendiri oleh keluarga Wesley yang ikut andil dalam masa hukuman ini, semua guru kini tengah rapat atas perintah langsung dari Hendrik yang merupakan pemilik sekolah, dan juga semua ide dan bahan semua ini berasal dari para abang Avan langsung.

Semua rumor yang beredar kini sudah terbukti ketidakbenaran nya, semua video bukti kecurangan Tono untuk menjatuhkan Avan sudah disebar luaskan membuktikan jika hubungan Avan dan keluarga Wesley yang disebarkan itu tidak benar.

.....

Hendrik menonton video yang sahabat putranya kirimkan dengan senyum miringnya, mata tajamnya tak terlepas dari ketiga siswa yang tampak menunduk tak berani berkutik.

Hukuman itu saja tentunya belum cukup bukan keluarga Wesley sekali jika mengampuni mangsanya hanya dalam satu hukuman dia sudah menyiapkan hukuman lainnya yang tentu akan membuat mereka menyesal telah mengusik putranya.

Dia sudah memutuskan semua hubungan kerja dengan perusahaan orang tua masing-masing siswa tersebut, tentu saja hal yang mudah baginya melakukan hal seperti itu, tidak ada ampun bagi siapapun yang berani mengusik keluarga nya terlebih mengusik putra bungsu nya sama saja menggali lubang kuburannya sendiri.

"Kau menang baby mereka tidak akan ada yang berani mengusik mu lagi jika tak ingin mati ditangan ku."gumam Hendrik menatap wajah damai Avan.

"Cepatlah sembuh pangeran kecilku."



.
.
.

Share ke temen kalian juga yuk supaya cerita ini makin banyak pembaca🙌

Buat Nebus triple yang seharusnya kemarin aku ganti hari ini buat double up

Ramein juga part ini🎉

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang