EMPAT SEMBILAN || HILANG

17.4K 1.5K 46
                                    

Suasana angin semilir menyapu lembut wajah Avan yang tertutup beberapa helai rambutnya yang mulai memanjang, tangan kecilnya tampak mencoba menutupi wajahnya yang terkena sengatan matahari yang tengah terik-teriknya.

Matanya menyipit menatap sekeliling yang tampak seperti lapangan terlihat dari alas kakinya menepak adalah rerumputan yang tampak terawat, dan ada beberapa papan target seperti papan panahan, dia juga belum memahami mengapa ayahnya membawanya kemari.

Avan memandang ayahnya dengan tatapan bertanya, didepannya juga sudah ada beberapa senjata tajam dengan berbagai macam ukuran dan juga beberapa jenis bentuknya, Avan hanya mengenal salah satunya yaitu pisau yang hampir mirip dengan pisau mommynya.

"Kita ngapain disini, mau ngarit?"tanya Avan acuh.

Raka menoleh menatap wajah putranya yang sangat mirip dengan lekukan wajahnya hanya saja mata putranya lebih bulat dan juga pipinya yang tembam tidak sepertinya yang bernetra tajam dan berahang kokoh.

"Ayah akan melatihmu cara bersenjata."balas Raka datar.

Avan tertawa sumbang"jangan bercanda deh, gue ogah ya kalau jadi pemburu gini."

Raka menatap putranya dengan alis terangkat satu"Siapa bilang yang mengatakan kau akan menjadi pemburu?"

"Terus ngapain belajar senjata kalau gak jadi pemburu."

"Kau berlatih senjata dan bela diri untuk melindungi diri saat kau pergi membeli senjata dan menjalankan bisnis yang akan kau jalankan setelah kau lulus sekolah."jawab Raka lempeng.

"Senjata?bisnis?gimana sih jelasin deh Avan gak mudeng jangan bikin otak unyu-unyu Avan mikir yang berat-berat."keluhnya kesal memegang kepalanya yang kecil.

Raka menghela nafas kasar kesabarannya benar-benar diuji dia tak mengira akan sesusah ini mengurus Avan"Bukankah kau sudah tau jika kau akan menjadi pewaris tunggal semua bisnis ku?"

"Hm, lalu?"

"Ya ini salah satu dari bisnis ku, membeli senjata tajam dan obat-obatan terlarang."bisik Raka tepat ditelinga Avan.

Mata bulat Avan membola sempurna bahkan hampir melompat, badannya menegang sempurna dengan keringat dingin disekitar pelipis menetes hingga ke pipi dan selah-selah matanya.

"Lo jangan bercanda ga lucu ya anjing, yakali orang tampan sedap-sedap macam gue jadi pengedar narkoba."Ujar Avan dengan emosi.

Raka memandang putranya tajam"Ayah tidak bercanda dan kau tidak bisa menolak saat kau sudah masuk dalam bisnis ini kau tidak akan bisa keluar kecuali kau mati dalam menjalankan misi mu sendiri."

"Gak Avan gakmau jadi pewaris bisnis haram lo ini!gue mau balik!gue pikir bisnis yang lo maksud bisnis kaya orang normal bukan kaya gini, kalau gini gue ogah ya anjing sumpah,...!"Avan mencak-mencak sendiri sambil berancang-ancang untuk kabur.

Raka mencekal lengan Avan kencang"Kau tidak akan bisa kabur anak nakal, sudah saya bilang kau tidak akan bisa keluar dari disini."

"Avan mohon ayah lepasin Avan, Avan gakmau kaya gini, aku janji bakal nurut dan patuh sama ayah tapi bukan dalam hal ini, dosa yah Avan mohon pulangin Avan...."pintanya dengan menatap wajah ayahnya memohon.

"Tidak bisa Avan!menurutmu dosa?lalu bagaimana dengan pekerjaan keluarga angkat mu itu, membunuh dan menjual organ manusia bukankah itu juga termasuk perbuatan dosa lalu kenapa kau tetap berada disana bahkan kau tak pernah mempermasalahkan pekerjaan mereka!!"

Avan menundukkan kepalanya, dia juga tau mengenai pekerjaan keluarga angkat nya namun entah kenapa dia tak pernah mempermasalahkan itu mungkin karena rasa sayang yang mereka berikan padanya membutakan itu semua.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang