DELAPAN BELAS || BERANTEM

32.1K 3K 120
                                    

Tau haram gak?
Ituloh bumbu dapur
Masa gak tau sih?

~Avandi Jarendra~

Avan mengayunkan kakinya dikoridor sekolah, telinga nya berdengung mendengar bisikan-bisikan siswa disekitar koridor yang tampak membicarakan dirinya.

Netra cerahnya terpaku pada objek didepan nya.

Nino, salah satu musuh bebuyutannya pemuda itu selalu tak terima dengan apa yang ia miliki. Ia mengangkat sebelah alisnya bingung saat pemuda itu menghampiri nya tak lupa antek-antek pria itu memgekori dibelakang.

"Heh lo anak haram."tegur Nino tak santai.

Avan mencoba mencari anak yang bernama haram, setaunya disekolah nya tak ada siswa bernama haram.

"Gue ngomong sama lo bloon."Nino mendengus kesal.

"Gue?"tanya Avan menujunjuk dirinya, dibalas anggukan Nino.

"Jadi duta sampo lain?hahahaha.."asal Avan dengan tawa garing. Dia menatap sekelilingnya yang menatap nya aneh namun ia tak peduli.

"Gue denger lo jadi bungsu Wesley, hemm selain jadi anak haram sekarang Lo alih profesi jadi jalang heh!"

"Dibayar berapa lo sama mereka."remeh Nino dengan tawa nya begitupun antek-antek anak itu.

Tangan Avan terkepal sempurna ia tak apa jika dia hina namun ia tak terima keluarganya dihina, ia sudah menyayangi mereka layaknya keluarga kandung.

Bugh

Dengan penuh emosi Avan membogem wajah Nino hingga tercetak lebam kebiruan yang sangat ketara.

"Lo boleh hina gue tapi jangan keluarga gue."desis Avan rendah, Nino yang tak terima pun kembali memukul Avan hingga terjadi perkelahian dua anak itu.

Banyak siswa yang mulai mengerubungi mereka namun tak ada satu orang pun yang berniat memisahkan keduanya. Hingga teriakan BuAya membubarkan kerumunan.

"BAGUS YA MASIH KECIL UDAH SOK JAGOAN MAU JADI APA KALIAN.!!"tanpa perasaan buAya menarik telinga kedua siswa nakalnya.

"Sakit setann,.."pekik Avan tak sadar.

"Udah sok jagoan sekarang berani ngatain orang tua heh."mata Avan membelak sempurna mendengar suara yang sangat ia hindari.

"Eh buaya masih glowing aja deh."rayu Avan, namun nampak nya guru itu tak peduli dan malah menyeret kedua siswa nakalnya ke ruang BK.

Avan yang ditarik seperti mendesah pelan, ia sudah pasrah.

Ketiga sahabat Avan melihat dia dibawa ke ruang BK namun tak mengerti apa yang baru terjadi.

"Saya sudah panggil wali kalian berdua."seru buAya membuat Avan tersentak.

Wali siapa yang guru nya itu maksud, sedari dulu Avan selalu menyewa tukang ojek dekat rumahnya saat ada pengambilan rapot atau perwakilan wali seperti ini.

"Gitu doang Bu harus banget manggil wali?"tanya Avan kesal.

"Kalian sudah keterlaluan sering berantem karena alasan yang tak jelas."seru buAya dibalas dengusan keduanya.

Saat Avan akan mengeluarkan alibinya terdengar suara dingin nan menusuk yang membuat jantung mereka berdegup secara cepat begitupun dengan Avan, ia sangat hapal dengan intonasi suaranya.

"Siapa yang membuat putraku terluka."

Suara berat nan dingin itu mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu, terlihat Hendrik dengan setelan jas nya aura yang pria itu keluarkan memang tak main-main bahkan BuAya yang notabennya galak merasa merinding.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang