EMPAT DUA || KEMBALI?

16.8K 1.7K 51
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu, bahkan semua siswa siswi sudah beranjak berbondong-bondong untuk pulang namun itu semua tidak berlaku untuk empat sekawan yang masih asik Mabar dikelas.

Terdengar beberapa umpatan dari bilah bibir Alvin membuat telinga Avan memanas pasalnya dia juga greget ingin mengeluarkan segala umpatannya namun dia tau resiko yang mungkin akan terjadi mengingat ada sahabat es nya yang siap melaporkan segala kegiatannya.

"Dog..dog.... Avan bantuin gue ngapa."kesal Alvin melihat Avan yang semakin berlari menjauhinya.

Avan melirik sebentar namun kembali fokus pada gamenya"Dih bantuin?mandiri lah gak usah manja ya kaya gue dong anak mandiri."

"Dih mandiri dari mananya makan aja masih disuapin, kalau mau tidur harus dipuk-puk, sisiran aja masih disisirin Mak Lo."papar Adrian membuat telinga Avan memerah.

Benar sih tapi tidak usah dibeberkan Avan kan malu untung saja keadaan kelas sudah sepi jika tidak mungkin Avan akan langsung bersembunyi diketiak daddynya.

"Avan."

Suara dingin dan singkat itu mampu mengalihkan perhatian keempatnya mengalihkan pandangannya pada pintu yang terbuka, terlihat disana salah satu Abang Avan yang tengah bersandar dengan kedua tangan terlipat didepan dada jangan lupa kaca mata hitam yang menutupi mata tajamnya, terlihat sangat tampan.

Avan meneguk ludahnya kasar melihat ketampanan abangnya yang hampir membuatnya insecure namun rasa percaya dirinya mengalahkan semuanya tetap Avan yang paling tampan diantara semuanya namun mungkin jika disandingkan dengan manurios Avan akan terlihat seperti remahan rengginang.

"Abang udah pulang?"tanya Avan basa-basi.

Caesar mengangguk sekilas berjalan mendekat ke arah adiknya seraya melepas kaca mata hitamnya wajahnya dia sejajarkan dengan wajah sang adik yang terlihat kucel dengan keringat yang membasahi rambutnya yang mulai panjang.

Avan menatap abangnya bingung begitupun ketiga sahabatnya Avan yang melihat itu bukan karena terkejut melainkan tatapan Caesar pada Avan yang menyimpan banyak arti membuat mereka menyimpulkan ada sesuatu yang tidak beres.

"Abang kenapa?"tanya Avan bingung.

Caesar menggeleng sebentar, tak lama benda kenyal dingin mengecup kening sempit adiknya lama bahkan dia memejamkan matanya menikmati wangi rambut adiknya yang menyeruak.

Hatinya gelisah semua pikiran-pikiran buruk bersarang diotaknya, instingnya mengatakan jika ada sesuatu hal mengejutkan yang akan terjadi, biasanya instingnya tak pernah meleset namun boleh kan dia meminta untuk yang satu ini agar meleset.

Dia merasa akan ada seseorang yang ingin mengambil Avan darinya, dan dia tak akan membiarkan itu semua terjadi apapun resiko yang nantinya dia hadapi, dia akan tangguh jika kekuatan nya selalu berada disisinya dan Avan lah kekuatan sekaligus kelemahannya.

"Ck, Abang udah ini jidat Avan nanti bau jigong Abang."decak Avan mengusap dahinya kasar.

Caesar menatap dalam manik bulat adiknya sebentar tanpa aba-aba dia membawa tubuh adiknya dalam gendongan koalanya.

"Kaget ih."Avan menabok lengan abangnya kencang.

Caesar hanya menanggapi dengan senyum tipis andalannya, Kepalanya menoleh menatap ketiga sahabat adiknya"Terimakasih, kita pulang."

.....

Sedangkan disisi lain terdapat seorang pemuda yang tengah mengamuk membuang semua berkas yang awalnya berjejer rapi dimeja kerjanya kini sudah berserakan dilantai bahkan pecahan Vas bunga juga terdapat disana.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang