SEBELAS || DUO BUNGSU

39.9K 3.4K 71
                                    


🦩 Happy Reading 🦩

Sudah seminggu sejak resmi menjadi bungsu keluarga Wesley Avan mendapatkan apa yang harusnya anak seusianya dapatnya. Kasih sayang yang berlimpah dan juga semua kebutuhannya telah dipenuhi Avan bersyukur tentang itu namun ada satu hal yang membuat Avan tak bersyukur selama seminggu pula Avan tak diperbolehkan sekolah dengan alasan agar ia dapat lebih cepat beradaptasi dengan keluarga ini, alasan yang klasik sekali menurut Avan.

Sudah seminggu pula mansion ini terasa ramai karna ulah anak itu, mereka kira Avan adalah anak yang kalem dan penurut namun tidak dengan kenyataannya ada saja ulah yang membuat semua anggota keluarga panik, seperti saat ini anak itu sudah anteng diatas pohon bukan pohon mangga atau semacem nya melainkan pohon kelapa catat kelapa bisa bayangkan betapa khawatirnya mereka.

"ADUH AVAN TURUN DEK!!"suruh Azka namun anak itu tampak tak peduli bahkan terlihat tengah memejamkan mata memeluk kelapa.

Memang dibelakang mansion Wesley terdapat perkebunan buah dan sayur hampir semua buah tersedia disini salah satu nya pohon kelapa yang kini jadi tempat ternyaman bagi Avan.

"Turun sayang bagaimana jika kau terjatuh."Diana khawatir putra bungsunya ini.

"Gakmau mom disini enak adem."sahut Avan santai.

"Ada apa ini?"tanya pria paruh baya dengan suara berat dari arah belakang.

Hendrik datang diikuti Hendra dibelakangnya. Mata nya menajam melihat pemandangan didepannya putranya tengah anteng diatas pohon. Mata nya menatap bawahannya yang tampak menunduk dengan tajam.

"Avan turun."titah Hendrik tegas.

"Ogah aku mau bobo disini."tolak Avan seraya memejamkan matanya kembali.

"Turun atau dad bakar motor kesayangan mu."

Seketika mata Avan membelak mendengar ancaman Daddy nya ini ia tau pasti ancaman Daddy ini tak main-main.

"Iya-iya Avan turun jangan bakar Lula."masih ingat Lula?motor kesayangan seorang Avan.

Hendrik hanya berdehem. Avan mulai turun dengan lincahnya sepertinya anak itu bukan keturunan manusia melainkan keturunan ninja atau bahkan monyet yang menjelma menjadi manusia entahlah.

"Anak nakal harus dihukum."Hendrik langsung menggendong anak itu kedalam diikuti yang lain.

"Gakmau dihukum ini bukan salah Avan."elak Avan.

"Kenapa kau tidur dipohon hm?"

"Abisnya kalau liat pohon pengen nya ngadem."

"Dasar kera."

Avan yang mendengar perkataan Azka melototkan matanya tak percaya.

"Apa lo."

"Bahasanya."tegur Hendra.

Avan mendengus kasar mendengar teguran Hendrik sedangkan Azka tertawa mengejek melihat wajah masam adiknya.

"Sebagai hukuman kau harus habisnya sayur sekarang."ujar Hendrik tegas seraya mendudukkan Avan disalah satu kursi dimeja makan.

"Habiskan sayang."Diana menyerahkan semangkok salad sayur didepan anak itu. Semua sudah berkumpul dimeja makan.

Avan menatap makannya dan dengan menu makanan yang lainnya seracara bergantian. Matanya memicing melihat semua orang mendapat daging sedangkan dirinya mendapat rumput tak adil sama sekali.

"Avan gakmau makan, ini bukan makanan Avan."

"Ini rumput buat kambing."tunjuk Avan pada sayur selada.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang