EMPAT LIMA || SALAH PAHAM

14.9K 1.5K 59
                                    

Avan menyeka air mata yang berada disudut matanya, pikirannya berkecamuk bimbang hatinya mengatakan jika semua apa yang ayahnya katakan hanya sebuah bualan namun pikirannya tak bisa dikendalikan wajah ayahnya saat bercerita sedikit membuat hatinya goyah.

Avan bingung apakah selama ini dia membenci orang yang salah atau memang yang selama ini dia lakukan hanya menurut egonya saja tidak dengan kebenarannya, dia merasa bodoh karena hanya pasrah dengan keadaan tanpa tau alasan tentang kepergian ayahnya, ibunya mengatakan ayahnya pergi meninggalkan dia dengan perempuan lain sedangkan sekarang ayahnya mengatakan jika ibunya lah yang berselingkuh dengan pria lain.

Avan benar-benar tak memikirkan akan berada diposisi seperti sekarang, dia tak pernah berfikir pun jika suatu saat ayahnya atau ibunya kembali dan mengungkit masa lalunya, Avan tak peduli jika ayahnya atau ibunya yang bersalah karena mau bagaimana pun menurut sudut pandangnya kedua orang tuanya lah yang bersalah.

Menelantarkan anak kecil sepertinya tanpa sepeser uang pun bahkan mereka tidak pernah tau bagaimana keadaannya saat mereka tinggalkan mereka tidak pernah berfikir bagaimana anak seusianya dulu harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri.

"Avan tidak tau apa yang ayahnya katakan benar atau tidak."ujar Avan pelan.

Raka menundukkan kepalanya tersenyum aneh lalu kembali menatap putranya dengan pandangan sendu, tangannya terulur menarik tubuh Avan dan membawanya dalam pelukan hangatnya.

Tubuh Avan menegang mendapat pelukan yang sudah lama tidak dapatkan, pelukan yang dulu selalu membuatnya merasa nyaman dan terlindungi, dekapan hangat yang selalu menguatkan nya dulu.

Tangan besar Raka mengusap punggung bergetar Avan secara teratur persis seperti apa yang selalu dia lakukan pada Avan kecil yang selalu menangis jika melihat nya pergi, dia sedikit merindukan momen itu.

Avan melepas pelukan ayahnya kasar, dia tidak boleh lemah seperti ini.

"Saya menemui anda disini bukan berarti saya sudah melupakan semua apa yang sudah anda lakukan dulu."

Raka mencoba meraih tangan Avan namun dengan cepat anak itu menepisnya"Maafkan ayah yang dulu sekarang ayah sadar bahwa gak ada yang lebih berarti dibanding kamu, kamu putra satu-satunya ayah kamu yang akan menjadi semua pewaris ayah jadi ayah harap kamu mau kembali ke ayah."

"Saya tidak peduli dan tidak akan pernah kembali, saya pergi."ujar Avan yakin, dia berbalik badan dan pergi dari sana sebelum salah satu sahabat atau abangnya melihatnya berada disana dengan ayahnya atau mereka akan salah paham, Avan tak ingin itu semua.

Raka mengusap air mata palsunya, senyum miring tercipta dibibir tipisnya tangannya dia masukkan dalam saku celananya merogoh beberapa gepok uang dan dia lemparkan pada seorang pria disudut rooftoop.

Pria yang dia bayar untuk memotret saat dirinya dan Avan tengah berpelukan, dia yang merencanakan ini semua dan akan mengirimkan ke keluarga sambung Avan untuk membuat kepercayaan keluarga itu pada Avan mulai meluntur dan dengan itu dia dapat mengambil Avan dengan mudah.

"Bisa ayah pastikan kau akan kembali padaku dan akan menjadi pewaris semua bisnis gelapku, putraku tersayang."

.....

Avan berjalan pelan menuju kelasnya sebelum itu dia sudah membasuh wajahnya agar terlihat baik-baik saja meskipun raut sendunya tak bisa ditutupi, Avan bukanlah orang yang pandai menutupi masalahnya bahkan dengan melihat wajah Avan saja sahabatnya sudah bisa menebak apa yang baru terjadi.

"Lama banget lo ke kamar mandi berak ya lo?"terka Alvin membuat Avan mendengus kesal.

"Yakali, gue ngobrol sama cewe cakep tadi huh mana dia bohai banget lagi."ujar Avan mengelak.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang