EMPAT PULUH || MURID BARU?

17.7K 1.6K 42
                                    

Hulla Avan kembali setelah menghilangkan dari peradaban  •͈ᴗ•͈





Avan berjalan santai menuruni tangga tanpa menyadari banyak pasang mata yang menatapnya tajam, namun tampaknya anak itu sangat tidak peduli meskipun sorot tajam daddynya seakan bisa menembus matanya.

"Biasa aja liatin orang ganteng nya kali."celetuk Avan tengil.

"Sudah berapa kali dad peringatkan untuk tidak melewati tangga."desis Hendrik dengan nada rendah.

Avan menghela nafas kesal"Kaki Avan masih berfungsi dengan baik dad, Avan bukan jompo yang gak bisa lewat tangga."

"Berani membantah?!"Hendrik mencengkram tangan Avan erat.

"Apasih dad lepasin tangan Avan."keluh Avan mencoba menarik tangannya yang mulai terasa sakit.

"Sudah lah lepas kan tangan Avan biarkan dia makan."lerai Diana melihat suaminya yang sudah terpancing emosi.

"Dimakan sayang jangan sampai sisa."Diana menyodorkan sepiring nasi merah berserta sayur setengah matang dihadapan Avan.

"Mom gak salah kasih makan ini semua?"tanya Avan tak percaya, sedikit ngeri membayangkan itu semua masuk dalam perutnya yang melokal.

Dia lebih baik makan dipinggir jalan atau nasi uduk yang dijual di warung-warung meskipun belum terjamin kebersihannya tapi itu lebih baik dibanding dengan sepiring makanan yang cocok untuk orang diet.

"Ini demi kesehatan mu."

Avan mendorong piring nya pelan"Maaf mom Avan lagi gak diet buat makan ginian, aku mau mie Jontor lever 5 aja."

"Jangan banyak bermimpi kau tidak pernah memakan makanan tak sehat seperti itu."sinis Caesar melirik adiknya remeh.

"Ck kalian aja yang belum cobain sekalinya cobain gerobak-gerobaknya dimakan juga Lo pada."

"Sudah berapa kali dad bilang hilang bahasa tak sopan mu itu, dan jangan membantah makan apa yang dihadapanmu sekarang."sentak Hendrik keras.

Avan mengomel tak jelas dengan mulut yang tersumpal nasi, sedangkan kedua rusuh Alden dan Azka sontak memilih diam tak bersuara seperti biasanya keduanya sudah menebak suasana hati Hendrik dilihat dari perilaku nya yang kasar tidak seperti biasanya.

"Udah Avan enek makannya."ujar Avan memelas, Piring yang terisi setengah dia sodorkan ke depan.

"Diminum susu dan vitaminnya."

Avan mengangguk mengambil segelas susu dan meminumnya hingga tandas namun tidak bergerak mengambil sebutir vitamin berwarna orange didepannya.

"Vitaminnya diminum dulu."titah Tasya yang memantau gerak-gerik keponakannya.

"Gakmau perut Avan udah enek gak muat lagi."tolak Avan membekap mulutnya.

"Minum Avan itu demi kesehatan mu sadarlah tubuhmu lemah."ujar Rafif spontan, dia tak sadar ucapannya sedikit menyentil hati kecil Avan.

"Avan bilang gakmau ya gakmau jangan paksa bisa gak sih..."kesal Avan menaikkan suaranya.

"Kau ingin cara kasar rupanya."

Hendrik mengapit kedua pipi Avan menggunakan tangannya membuat mulut kecil itu terbuka, tanpa membuang kesempatan Hendrik memasukan sebutir Vitamin dengan kasar.

Avan terbatuk-batuk keras tersedak dengan vitamin yang daddynya cekokkan secara paksa, tangannya merampas gelas air putih dan meminumnya kasar.

"Pelan-pelan sayang."ucap Diana lembut, tangannya mengusap punggung putra bungsunya pelan.

Avandi Jarendra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang