10. Video Call

3.5K 529 80
                                    

안녕하세요🦌

Guyssssss....kalian udah lihat teaser 1 drakor snowdrop di instagram nya jtbcdrama belum? Astaga senang bangetttt, huhu😭 akhirnya bisa puas lihat acting nya mbak Jisoo🤧❤️❤️

Karena ai lagi happy, jadi ai post chapter 10 nya malam ini. Sejujurnya pengennya besok, tapi gapapa :)

Jangan lupa klik ⭐ dan tinggalkan komentar kalian juga yaaaa... Komen kalian itu bikin ai tambah mood nulis cerita ini🤗

 Komen kalian itu bikin ai tambah mood nulis cerita ini🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋


Usai mengantar Chisa pulang, Tivan kembali ke rumahnya. Begitu masuk, Tivan disambut dengan Papa dan Mama nya yang hendak pergi.

"Kamu udah pulang? Nanti jangan lupa makan, ya. Suruh saja Bibi Moli untuk siapin makan malam buat kamu," kata Bu Kuina - Mamanya Tivan.

Tivan memandangi Papanya yang tengah mengurus berkas-berkasnya sementara Mamanya sibuk memasukan dokumen ke dalam tas kantor mereka.

"Mama sama Papa mau keluar lagi?" tanya Tivan.

"Iya. Kamu baik-baik di rumah. Jangan lupa belajar," jawab Pak Bram - Papanya Tivan.

"Perasaan kalian baru balik dari business trip. Sekarang mau keluar lagi? Kali ini berapa hari?"

"Ada kendala sama pembangunan proyek di lahan yang akan dibangun, makanya Papa sama Mama harus kesana untuk mengecek. Mungkin akan memakan waktu tiga sampai empat hari," balas Bu Kuina dengan tangannya masih sibuk memasukkan dokumen-dokumen penting.

Tivan menghela nafas. "Setidaknya Papa sama Mama temani aku makan malam dulu, dong. Setelah itu baru kalian pergi," pinta Tivan.

"Gak bisa, Tivan. Papa sama Mama harus jalan sekarang. Kamu kan udah terbiasa makan sendiri, jadi seharusnya gapapa lah. Kalau nunggu makan malam, Mama sama Papa bakal kemalaman." Bu Kuina menoleh dengan senyuman.

"Terbiasa?" Tivan tersenyum pilu. "Aku gak pernah terbiasa makan sendiri. Padahal aku punya keluarga yang lengkap, tapi kenapa aku selalu merasa seperti tidak punya siapapun di sampingku. Sejak aku SMP kelas satu sampai sekarang, kita udah gak pernah lagi makan bersama. Padahal kita tinggal bersama. Sekedar untuk bertukar cerita saja tidak pernah. Kalian selalu sibuk dengan pekerjaan kantor, hingga melupakan kalau anak kalian disini kesepian," jelas Tivan. "Good luck. Semoga selamat sampai tujuan."

Tivan langsung melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Papa dan Mama Tivan hanya bisa menghela nafas menatap punggung putranya yang mulai menjauh.

"Mas, setelah proyek ini selesai, ayo kita liburan bareng Tivan. Aku jadi merasa bersalah sama putra kita. Dia jadi sangat dingin, bahkan ke kita orang tuanya. Aku bahkan gak tau, sejak kapan putra kita menjadi sedingin itu," celetuk Bu Kuina.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang