37. The Power of Social Media

1.6K 321 76
                                    

안녕하세요🦌

Selamat membaca kisah cinta yang manis, semanis author dan readers nya 🍭

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan VOTE AND COMMENT 💅🏼

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan VOTE AND COMMENT 💅🏼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋

Siswi-siswi yang ada di dalam kantin mulai bergosip buruk dan menjelek-jelekkan Chisa, begitu Tivan dan Chisa keluar dari kantin.

Jena hendak menghampiri beberapa gadis yang duduk di meja belakang mereka begitu mendengar mereka menjelek-jelekkan Chisa dengan mengatainya munafik, cewek dongo, murahan, dan lain-lain, namun tangannya dicekal Gavin.

Jena menatap Gavin. "Lepasin!" serunya.

"Duduk dulu. Jangan bikin runyam masalah. Kita gak bakal bisa hentiin gosip-gosip buruk yang ditujukan ke Chisa untuk saat ini. Apalagi videonya barusan diunggah. Mending kita diskusikan dulu, gimana caranya kita bisa tau pemilik fake account itu," jelas Gavin.

"Iya, Jen. Gue juga kesel dengar mereka ngejelek-jelekin Chisa, tapi kita harus bersabar, karena semua murid yang ada di sekolah ini pasti bakal nyebarin gosip-gosip buruk tentang Chisa. Gak mungkin kan kita hadapi satu-satu!" sahut Rosa, berusaha menenangkan Jena yang tersulut emosi.

Jena menepis kuat tangan Gavin, lalu menghela nafas kasar. Dia kembali duduk di bangkunya.

"Tapi siapa ya yang berani nyebarin video kayak gitu? Gue takut dilihat sama guru-guru. Pasti Chisa sama Tivan bakal dipanggil menghadap," tutur Valisa. Tersirat kegelisahan di raut wajah gadis itu.

Ovan memperhatikan baik-baik video itu. Pengambilannya sedikit jauh, tapi wajah Chisa dan Tivan masih bisa terlihat jelas.

"Pastinya yang posting video ini antara punya dendam sama Chisa, atau punya dendam sama Tivan. Bisa aja cewek-cewek yang pernah dibuat malu Tivan," celetuk Ovan dengan ekspresi yang serius.

"Terlalu banyak kalau kita mikir cewek-cewek yang pernah dibuat malu sama Tivan. Kita harus cari tau orang-orang yang pernah ke rooftop pada jam yang sama," tukas Saga.

Mereka berenam saling pandang satu sama lain.

"CCTV!" pekik mereka bersamaan.

"Betul. Kita bisa ngecek di cctv siapa aja yang pernah ke rooftop di jam itu," ucap Rosa membuat kelimanya mengangguk.



POS SATPAM

"Pak Yadi, kami pengen ngecek cctv sekolah ini," celetuk Jena tanpa basa-basi.

Pak Yadi mengernyit. "Untuk apa?"

"Pak Yadi gak usah nanya-nanya lagi. Kami butuh banget ini," ucap Valisa.

"Bapak tidak bisa membawa kalian ke ruangan cctv begitu saja tanpa alasan yang jelas," jelas Pak Yadi.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang