19. Jepit Rambut Kupu-kupu

2.8K 469 115
                                    

안녕하세요🦌

Selamat membaca kisah cinta yang manis, semanis author dan readers nya 🍭

Jangan lupa klik ⭐ dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian di part-part yang menurut kalian menarik ya 😉


Jangan lupa klik ⭐ dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian di part-part yang menurut kalian menarik ya 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋



Suara sentakan sepatu terdengar menggema di sepanjang koridor. Tivan, pria itu tengah berjalan menuju toilet. Begitu tiba, ia langsung masuk ke dalam. Usai selesai dengan aktivitasnya, Tivan mencuci tangan di wastafel sambil bercermin. Pandangannya terarah ke jepit rambut kupu-kupu berwarna ungu yang terjepit indah di rambutnya. Tangannya sontak menarik jepit rambut kupu-kupu itu.

"Siapa yang naruh ini di rambut gue?" Tivan bertanya-tanya. Ingatan saat ia sedang menunggu Chisa di perpustakaan sontak terulang di pikirannya. "Apa jangan-jangan cewek-cewek yang duduk di meja samping tempat gue duduk tadi, ya? Shit! Kurang kerjaan atau apa, sih! Gak tau malu! Seenaknya nyentuh-nyentuh orang!" gerutunya.

Tivan hendak membuang jepit rambut kupu-kupu itu ke dalam tong sampah, namun ia mengurungkan niatnya begitu mengingat Chisa.

"Bentar, tadi cewek aneh itu yang nyentuh rambut gue." Tivan menatap jepit rambut kupu-kupu itu. "Apa ini jepit rambut Chisa? Kayaknya iya. Gak ada orang lain yang berani nyentuh gue secara diam-diam atau terang-terangan selain Chisa. Berarti...ini jepit rambutnya?" Entah apa yang ada dipikirannya, Tivan mendadak tersenyum tipis, membentuk sabitan indah di sepasang matanya.

Padahal beberapa menit yang lalu pria itu masih asik menggerutu dengan raut wajah kesal, namun langsung tersenyum begitu mengingat Chisa. Pandangannya masih setia menatap jepit rambut kupu-kupu itu.

Adegan senyum-senyum Tivan berakhir begitu ada seorang siswa yang menginterupsinya.

"Bro, masih sehat, 'kan?" tanya siswa itu meledek.

Tivan berdehem, kemudian menoleh ke siswa itu. Datar -- itulah ekspresi wajah yang ia tampilkan. "Kalau gue sakit, gue bakalan berada di rumah sakit, bukan sekolah." Usai berkata demikian, Tivan langsung melangkah keluar toilet dengan tangan kanannya masih menggenggam erat jepit rambut kupu-kupu itu.

Begitu asik berjalan, tiba-tiba ada seorang gadis yang menabraknya, hingga jepit rambut kupu-kupu itu terjatuh dari genggamannya.

"T-tivan," ucap gadis itu. Tersirat kebahagiaan di wajah gadis itu, karena akhirnya bisa bersentuhan dengan Tivan meski hanya karena insiden bertabrakan.

Berbeda dengan raut wajah gadis didepannya yang bahagia, Tivan malah memasang tampang dingin dengan tatapan yang tajam. Pandangan Tivan tertuju ke jepit rambut kupu-kupu yang terjatuh di lantai, tepat di depan pijakan gadis itu.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang