21. Sebuah Kado

2.8K 484 160
                                    

안녕하세요🦌

Note! Untuk kadonya udah aku ganti. Please jadilah pembaca yang cerdas, jangan hanya karena satu scene atau barang, sampai disangkutpautkan dengan cerita lain!!!

Sebenarnya aku gak mau up lagi chapter ini, tapi karena aku ngerasa kasihan sama pembaca yang belum sempat baca, dan scene di chapter ini udah dihapus.

Mulai sekarang, tolong banget; jangan karena ada sedikit kesamaan dengan cerita lain, kalian langsung nge-judge kalau itu plagiat!!!

Enjoy 🍭

Enjoy 🍭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋

Keesokan harinya

Kelas 11 IPS-2

Kelas begitu ramai dengan suara berisik murid-murid yang lebih memilih melakukan hal lain daripada belajar. Tiga orang siswi yang tidak lain adalah Jena, Rosa, dan Valisa sekarang tengah asik mengobrol.

"Guys, kalian udah tau belum?"

"Iya, Ibu Jenaka Safira menjadi pembuka gosip hari ini," ucap Rosa dengan nada ala-ala komentator pertandingan.

Jena melirik jengah Rosa. "Maksud lo apa ngomong gitu?! Kalau lo berdua gak mau dengar info terbaru, ya udah. Gue gak bakal cerita." Gadis itu melipat tangan di dada sambil membuang muka ke arah lain.

Valisa menyeret bangkunya lebih dekat. "Kuping gue tercipta untuk mendengar gosip terhangat. Apaan Jen, kasih tau dong," pinta Valisa yang sudah siap mendengar gosip yang akan keluar dari mulut Jena.

Jena melirik Rosa. Merasa dilirik, Rosa menoleh ke Jena. "Mari kita lanjut nge-gosip." Ia tersenyum menunjukkan deretan gigi-gigi nya yang tertata rapi. Kali ini tidak ada sisa-sisa makanan yang menyangkut di celah-celah giginya.

Jena menghela nafas. "Oke, gue lanjut cerita." Valisa dan Rosa sontak menopang dagu - bersiap mendengar gosip terbaru dari Jena.

"Jangan terkejut, ya!"

"Tinggal ngomong aja susah amat!" cibir Rosa.

"Gue ingetin kalian, biar gak terkejut! Gue yakin, kalian pasti bakal terkejut." rutuk Jena.

"Bisa hentikan omong kosong lo yang gak guna itu? Sekarang langsung ke intinya aja," kata Rosa.

Jena menatap julid Rosa, kemudian berkata. "Tivan suka sama Chisa," ucapnya pelan. Sengaja, biar tidak didengar orang-orang.

"APA?!"

Jena sontak menutup telinga sambil mengutuk kedua sahabatnya itu. Pekikan Valisa dan Rosa yang disertai dengan gebrakan meja membuat atensi murid-murid yang berada di kelas teralihkan ke mereka bertiga.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang