20. Lambang Senyawa (Be-Au-Ti)

2.7K 519 165
                                    

안녕하세요🦌

Selamat membaca kisah cinta yang manis, semanis author dan readers nya 🍭

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan klik ⭐ dan tinggalkan komentar kalian di part-part yang menurut kalian menarik ya 😉

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan klik ⭐ dan tinggalkan komentar kalian di part-part yang menurut kalian menarik ya 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

[Now play Lee Hi - ONLY]

15. 30

Anak-anak sontak berhamburan keluar kelas untuk kembali ke rumah masing-masing begitu lonceng pulang berbunyi.

Chisa tengah memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas. Begitu selesai, gadis itu melangkah keluar kelas. Begitu hendak keluar, tiba-tiba tangannya dicekal seseorang. Chisa menoleh, dan mendapati Tivan yang tengah menatapnya.

"Kenapa?" tanya Chisa.

Alih-alih menjawab, pria itu malah melempar tas sekolahnya ke Chisa. "Bawain tas gue," katanya, kemudian berjalan melewati Chisa dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana.

Chisa menatap kesal punggung Tivan. "Apa-apaan, sih!" rutuk nya. Ia berjalan cepat menghampiri Tivan, berusaha menyamakan langkahnya dengan pria itu. Begitu berhasil menyamai langkah Tivan, Chisa sontak menghadang jalannya.

"Minggir."

Bariton menyebalkan milik Tivan membuat Chisa berdecak kesal. "Ambil nih! Enak aja lo nyuruh gue bawain tas lo!" kesal Chisa. "Gue mau pulang!"

Begitu Chisa hendak berbalik, Tivan menarik tali tas punggung Chisa, menyebabkan tubuh gadis itu terpental ke belakang, dan menabrak dada bidangnya.

Tivan mendekatkan wajahnya ke telinga Chisa, kemudian berbisik. "Lo itu babu, harusnya nurut aja apa yang gue suruh. Bukannya lo udah janji, kalau lo bakal nurutin perintah gue, kalau gue gak ganggu malam minggu lo waktu itu? Kalau lo ingkar, surat lo bakal berada ditangan Pak Muli."

Deg!

Chisa tertegun. Pipinya sontak merona begitu Tivan berbisik di telinganya. Setiap orang punya titik-titik sensitif di tubuhnya, dan titik sensitif Chisa adalah telinga. Gadis itu cepat merona saat merasakan sentuhan atau apapun itu ditelinga nya.

Begitu kesadarannya kembali, Chisa langsung menjauh dari Tivan. Gadis itu berdehem. "G-gue kan mau pulang. Masa gue harus bawain tas lo lagi, sih!" Pandangan Chisa terarah ke lain, berusaha menghindari kontak mata dengan Tivan. Gadis itu tengah menetralkan degup jantungnya yang berdetak tak karuan.

Salting? Mungkin kata itu yang bisa menggambarkan tingkah laku gadis itu.

Tivan memperhatikan tingkah Chisa yang begitu aneh. "Lo kenapa? Sakit?" Tangan Tivan terulur ke dahi Chisa, berniat mengukur suhu tubuh gadis itu.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang