42. Tivan atau Novel?

1.4K 278 107
                                    

Hi, guys 🌼

Selamat membaca kisah cinta yang manis, semanis author dan readers nya 🍭

Dalam uu perfiksian, jika membaca sebuah cerita, wajib untuk memberikan feedback dengan VOTE AND COMMENT, sebagai apresiasi dan dukungan untuk author nya☕

Dalam uu perfiksian, jika membaca sebuah cerita, wajib untuk memberikan feedback dengan VOTE AND COMMENT, sebagai apresiasi dan dukungan untuk author nya☕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.


Ruangan Guru

Jena dan Mila sekarang sedang berdiri dengan satu kaki dan tangan memegang telinga. Penampilan mereka urak-urakan akibat aksi jambak-jambakan di kelas 11 IPS-1. Mereka berdiri di depan ruangan guru dan berhadapan dengan Pak Muli. Dari tempat yang tidak begitu jauh, ada Chisa, Tivan, Rosa, Valisa, Ovan, Saga, dan Gavin menatap lurus ke arah Mila dan Jena yang dihukum Pak Muli.

Pak Muli menatap tajam Jena dan Mila dengan tongkat kayu kecil di tangannya. "Kenapa kalian bertengkar!?" tanya Pak Muli. Nada suaranya terdengar dingin.

Jena menghela napas gusar sembari melirik tajam Mila. "Tanya dia aja, Pak! Dia yang duluan nyari masalah!" kesal Jena.

Tidak seperti Jena, Mila sedikit lebih tenang sambil menyunggingkan senyum mengejek. "Enggak, Pak! Dia yang duluan jambak saya!" elak Mila.

"Gue nggak bakal jambak lo kalau lo nggak bikin masalah duluan!" seru Jena yang tidak terima disalahkan.

Mila sontak menoleh ke Jena. "Dengar, ya! Masalah gue itu sama Chisa sama Tivan, nggak ada urusannya sama lo! Dasar grandong!" Tampak raut wajahnya menunjukkan kekesalan.

Jena tampak speechless mendengar ejekan Mila, terlihat dari mulutnya yang terbuka lebar dengar mata yang kedip-kedip. "Kayaknya lo butuh kaca deh. Sadar muka sebelum ngejek gue grandong, malu sama muka!" balas Jena.

"Muka gue baik-baik aj---"

"STOP! STOP! STOP!" bentak Pak Muli menyela perdebatan Jena dan Mila. "Bapak heran sama kalian, sudah dihukum seperti ini masih saja mau bertengkar!"

Jena membuang muka ke arah lain. "Saya kalau dekat sama dia bawaannya pengen cakar aja mukanya, Pak!" Gadis itu menjawab dengan tangan yang di lipat di atas dada.

"Memangnya kamu hewan?! Sampai main cakar-cakaran!" omel Pak Muli seraya geleng-geleng kepala. "Lihat penampilan kamu, sudah kayak preman!"

Pak Muli menatap Mila. "Kamu!" Pak Muli menunjuk Mila dengan tongkat kayu nya. "Apa maksud kamu sebar-sebar video yang tidak senonoh seperti itu ke sosial media!? Sekolah kita akan di cap jelek sama masyarakat kalau melihat video itu! Pikir konsekuensinya sebelum bertindak!" pekik Pak Muli.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang