7. Blackmail

3.5K 530 48
                                    

안녕하세요🦌

Jangan lupa klik ⭐ dan tinggalkan komentar kalian juga yaaaa🤗

Jangan lupa klik ⭐ dan tinggalkan komentar kalian juga yaaaa🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋


"Lo dapat darimana surat itu?!"

"Dari locker gue," balas Tivan santai.

"Lo-locker lo?! Perasaan tadi gue masukin ke locker Saga, deh! Kok bisa di locker lo?!" pekik Chisa. "Balikin surat itu! Surat itu seharusnya buat Saga, bukan buat lo!"

Tivan menggeleng pelan. "Nggak mau," tolaknya. "Gue dapet surat ini di locker gue, jadi surat ini buat gue ...." Tivan menunjukkan smirk andalannya.

Chisa berdecak kesal, kemudian berusaha merebut kembali surat di tangan Tivan, namun reflek pria itu lebih cepat darinya. Tivan mengangkat tinggi surat itu, sehingga Chisa kesusahan untuk merebut kembali karena perbedaan tinggi mereka yang lumayan jauh. Tak menyerah, Chisa berjinjit berusaha meraih surat itu. Sayangnya usahanya tetap tidak berhasil.

"LO APA-APAAN SIH! GUE NGGAK LAGI MAIN-MAIN SEKARANG!" pekik Chisa dengan suara yang lantang, membuat atensi para murid yang berada di sekitar situ menatap mereka.

Tivan menyunggingkan smirk andalannya, kemudian dia sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan gadis di hadapannya kini. "Kenapa? Lo takut gue aduin ke Pak Muli kalau lo nulis hal-hal buruk tentang dia?!" celetuk Tivan

Chisa membulatkan matanya dengan mulut yang terbuka lebar. "Lo udah baca isi surat itu?!" Dia sedikit ketakutan.

Melihat wajah Chisa yang nampak ketakutan membuat Tivan ingin sekali menggodanya. Dia mengangguk pelan. "Gue nggak nyangka ternyata lo pintar kalau nulis hal-hal buruk orang lain. Apa sebaiknya gue kasih surat ini ke Pak Muli, ya?" Tivan menaikkan sebelah alisnya.

Chisa menggeleng cepat. "Jangan dong! Bisa-bisa gue di skors sama Pak Muli!"

"Tapi gue pengen ngasih tau Pak Muli kalau ada surat cinta dari murid kesayangannya," ledek Tivan.

Chisa menghela napas pasrah. "Please, Van... lo jangan aneh-aneh. Lo mau gue traktir makan? Ngomong aja, bakal gue beliin kok. Asal lo nggak ngasih tau Pak Muli soal surat itu ...." mohon Chisa melirih.

"Enggak! Duit gue banyak buat beli makanan," tolak Tivan. Tak lama kemudian dia berkata lagi, "Gue nggak bakal kasih tau Pak Muli soal surat ini, tapi dengan satu syarat!"

Chisa menautkan alisnya. "Syarat apa?!" Dia bingung.

Tivan membisikkan sesuatu tepat di samping telinga Chisa. "Jadi babu gue selama sebulan." Dia melirik Chisa yang terlihat shock dengan syaratnya. "Kalau lo bersedia, gue nggak bakal kasih surat ini ke Pak Muli. Keputusan ada di tangan lo, mau jadi babu gue selama sebulan... atau surat lo dibaca Pak Muli dan lo bakal nerima sanksi dari Pak Muli!"

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang