14. Senin, Hari yang Menyebalkan!

3.1K 487 45
                                    

안녕하세요🦌

Selamat menikmati cerita yang manis ini, semanis author dan readers nya🍭

Jangan lupa klik ⭐ dan tinggalkan komentar kalian juga yaaaa😚

Jangan lupa klik ⭐ dan tinggalkan komentar kalian juga yaaaa😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋


Hari Senin

Trrrrrrrng...

Jam weker Chisa berbunyi, menghasilkan bunyi yang nyaring hingga terdengar sampai keluar kamar. Alih-alih bangun, gadis itu malah menarik bantal, kemudian menutup telinganya. Sinar matahari yang menyelinap lewat celah-celah jendelanya dan menghujam wajahnya tak jua mampu untuk membangunkan gadis itu. Kebo - kalau kata Zaldy, kakaknya itu kalau tidur mirip kebo, sebab susah bangunnya.

"CHISA!!!"

suara teriakan nyaring Bu Ona yang berasal dari luar kamar Chisa pun tak mampu membangunkan gadis itu dari alam mimpinya. Entahlah, Chisa terlalu mengantuk untuk bangun.

Bu Ona menggedor-gedor pintu kamar anak gadisnya itu. Tak lupa juga disertai dengan omelan-omelan khas emak-emak. "Punya anak gadis kok gak tau bangun cepat! Pasti selalu kesiangan!" omel Bu Ona.

Cklek!

Bu Ona membuka pintu kamar anak gadisnya itu, dan mendapati Chisa yang tengah asik mengorok dengan selimut yang sudah jatuh ke lantai.

Pandangan Bu Ona mengitari sudut-sudut kamar Chisa. "Ini kamar anak gadis atau kandang kambing?! Bisa-bisanya anak gadis tapi kamarnya kayak kapal pecah!" omel Bu Ona. Sekarang fokus Bu Ona tertuju pada Chisa yang asik meringkuk di atas kasur.

Bu Ona menghela nafas kasar. "CHISA!!! BANGUN!!!" teriak Bu Ona tepat disamping telinga Chisa. Sontak gadis itu terbangun dan langsung terduduk di kasurnya. Masih dengan mata yang tertutup dan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, Chisa berkata. "Siapa sih yang gangguin tidur gue!" gerutunya dengan suara khas orang bangun tidur sambil menggaruk-garuk kepala.

Bu Ona mencebik. "Bangun, gak!!! Bangun, gak!!!" Tangan Bu Ona memukul-mukul punggung putrinya itu agar segera tersadar.

Chisa meringis. Gadis itu berusaha membuka matanya untuk melihat siapa yang memukulinya. "Mama? Mama ngapain mukulin aku!" gerutu Chisa.

Bu Ona mengambil jam weker yang ada di atas nakas, kemudian menunjukkan tepat di depan Chisa. "Lihat ini!!! Kamu pikir ini jam berapa?! Kamu mau kesiangan ke sekolahnya, hah?!!!" pekik Bu Ona dengan suara nyaring.

"Memangnya jam berapa sih, Ma. Lebay amat!"

"Jam Setengah tujuh."

Mata Chisa yang sejak tadi enggan terbuka, sontak melek begitu mendengar kalau sekarang sudah jam setengah tujuh. Itu artinya Chisa hanya punya waktu setengah jam lagi jika ia tidak ingin terlambat mengikuti upacara. Chisa tidak begitu peduli kalau harus terlambat upacara bendera, masalahnya itu artinya pintu gerbang juga sudah di tutup, sehingga gadis itu tidak bisa lagi mengikuti proses belajar-mengajar untuk hari ini.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang