25. Sakit Perut

2.1K 441 65
                                    

안녕하세요🦌

Selamat membaca kisah cinta yang manis, semanis author dan readers nya 🍭

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan VOTE AND COMMENT 💅🏼

SIDERS? LIKE ELSA SAID. "GO AWAY!!!"

 "GO AWAY!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋


Pukul 15.30

Tivan menghampiri bangku Chisa, kemudian melempar tas nya ke gadis itu, membuat Chisa mencebik kemudian menatapnya tajam. "Lo apa-apaan, sih!" rutuk Chisa.

"Bawain tas gue." Tivan menatap Chisa yang tengah sibuk memasukkan alat tulisnya ke dalam tas. "Udah selesai? Ayo jalan," ajak Tivan.

Atensi siswa-siswi yang masih berada di dalam kelas tertuju pada Tivan dan Chisa.

"Tivan sama Chisa kok semakin dekat ya?"

"Iya. Beruntung banget Chisa bisa pulang bareng Tivan."

"Gue iri, gue diem."

"Pengen banget bisa berboncengan sama Tivan, tapi apa daya, baru berdiri satu meter jaraknya aja Tivan pasti udah masang tampang dingin sedingin kutub utara."

Terdengar para gadis-gadis yang masih berada di kelas menggosip tentang kedekatan Tivan dan Chisa.

Usai memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas, Chisa menatap Tivan yang masih setia berdiri di samping mejanya, menunggu gadis itu selesai dengan aktivitasnya.

"Harus banget ya gue yang bawain tas lo?!"

Tivan mengangguk. "Kenapa? Lo mau bantah?" Tivan menyunggingkan senyum smirk nya, membuat Chisa sontak bergidik ngeri. Pandangan Chisa tertuju pada bibir seksi pria itu. Entah apa yang ada di otaknya, Chisa sontak menggeleng cepat.

Tivan mengernyit. "Lo kenapa?"

Gadis itu berdiri, kemudian berjalan keluar kelas, meninggalkan Tivan sambil menenteng tas pria itu. Chisa berjalan cepat tanpa menoleh sedikitpun meski Tivan memanggilnya berkali-kali.

"Mikir apa sih gue tadi!" rutuk Chisa.

Tivan mengambil langkah lebar, berusaha menyusul Chisa. Begitu berhasil menyamai langkah kaki Chisa, Tivan menarik pergelangan tangan gadis itu, hingga membuat Chisa menghadap ke arahnya.

Tivan mengernyit. "Chis, lo sakit? Pipi lo memerah gitu," ucap Tivan. Tangannya terulur ke dahi gadis itu, namun langsung ditepis Chisa.

"G-gue gak sakit kok! Udah deh, lo mau pulang, 'kan? Ayo kita pulang." Chisa melepas genggaman Tivan, kemudian berjalan lebih dulu ke parkiran meninggalkan pria itu.

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang