39. Toxic Parents

1.4K 296 90
                                    

안녕하세요🦌

Selamat membaca kisah cinta yang manis, semanis author dan readers nya 🍭

Jangan lupa kewajiban kalian sebagai pembaca setelah membaca sebuah cerita secara gratis✌🏼 pay the author dengan VOTE AND COMMENT 💅🏼

Jangan lupa kewajiban kalian sebagai pembaca setelah membaca sebuah cerita secara gratis✌🏼 pay the author dengan VOTE AND COMMENT 💅🏼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

🦋

🦋

🦋

Kediaman Pak Bram

Seperti hari-hari biasanya, usai mengantar Chisa pulang, Tivan juga langsung kembali ke rumahnya. Begitu hendak memarkirkan sepeda motornya di garasi, Tivan menatap bingung mobil Papa dan Mamanya yang sudah berada di garasi. Padahal hari senin, tumben saja menurutnya Papa dan Mamanya pulang lebih awal.

Tivan melangkah ke dalam rumahnya. Begitu membuka pintu, dia disambut dengan Papa dan Mamanya yang duduk di sofa di ruang tamu.

"Pa, Ma? Tumben kalian pulang lebih awal," celetuk Tivan.

"Duduk. Papa mau bicara sama kamu," sahut Pak Bram. Nada bicaranya terdengar dingin.

Tidak ingin banyak bertanya, Tivan duduk di sofa sesuai dengan perintah Papanya.

"Ada apa ya, Pa, Ma?"

Alih-alih menjawab, Pak Bram melempar sebuah tablet ke Tivan. Untung reflek Tivan cepat, sehingga tablet itu tidak jatuh ke lantai.

"Apa maksud semua itu?!"

Tivan tidak mengerti maksud Papanya hingga dia melihat sendiri isi tablet itu. Matanya membulat begitu menyaksikan adegan ciumannya di rooftop sekolah berada di tablet orang tuanya. Tivan melirik wajah Papanya yang menatap dingin ke arahnya.

"Pa, ini..."

"Ini apa?! Cewek itu pacar kamu, 'kan?!"

Tidak ada suara. Tivan menghela nafas panjang.

"Iya," aku Tivan jujur.

Pak Bram mengendurkan dasi yang seakan mencekik lehernya dengan kasar. "Ternyata begitu kegiatan kamu di sekolah?! Papa sama Mama suruh kamu belajar dan kamu malah asik ciuman sama cewek itu!" Pak Bram menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengontrol emosinya.

Bu Kuina mengelus-elus lengan suaminya, membantu meredamkan emosi suaminya.

"Kamu itu masih SMA, Van! Berhenti melakukan sesuatu yang anak seusia kamu belum boleh melakukannya! Ini kenapa Papa sama Mama suruh kamu untuk fokus belajar daripada pacaran! Pergaulan kamu jadi gak bener sejak pacaran sama cewek it---"

"PA!" Tivan menyela ucapan Papanya dengan intonasi yang tinggi. Dia menatap bergantian wajah Papa dan Mamanya. "Berhenti menilai sesuatu dari sisi negatif. Pergaulan aku baik-baik aja meski aku pacaran sama dia, Pa. Aku hanya nyium dia, kami gak melakukan hal yang lebih jauh! Aku sama dia juga tau batasan!"

Cinta Salah KirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang