40. Dimana Aldo?

36 10 0
                                    


***

Saat ini Ridan sedang melaju mobilnya dengan kecepatan sedang. Tujuan nya kali ini tak lain adalah rumah sakit.

Setelah mengemas beberapa perlengkapan yang dibutuhkan Maya, ia langsung menuju ke rumah sakit.

Kini Ridan sedang memberhentikan mobilnya di tengah perempatan jalan dikarenakan lampu jalan berwarna merah.

Satu perhatian yang menyita Ridan, melihat mobil Aldo yang berada di sampingnya. Namun kali ini berbeda, Aldo bersama dengan seorang wanita yang Ridan tak tau siapa. Dan sialnya kali ini lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Maka mau tak mau ia harus menjalankan mobilnya.

Begitu sampai dirumah sakit, Ridan langsung memasuki ruangan Maya menggunakan baju hazamat.

"Mana handphone gue?" Tanya Maya seraya mengulurkan tanganya.

Ridan langsung memberikan handphone Maya. "Lo yakin mau ngabarin Aldo?"

Maya mengeryitkan jidatnya. "Emang kenapa?"

Ridan ingin mengatakan kejadian yang lihat tadi kepada Maya. Namun ia yakin Maya tidak akan memepercayai ucapnya.

"Gue yakin sih lo gak bakalin percaya. Tapi gue harus ngasih tau ini ke lo. Tadi gue lihat Aldo bersama cewek lain," ucap Ridan.

Maya terkekeh mendengar ucapan Ridan. "Enggak usah ngaco. Aldo itu cowok baik enggak mungkin mau ngehianati gue."

Dan benar saja dugaan Ridan. Maya memang tak akan mempercayainya sama sekali karena cinta ia kepada Aldo buta maka tidak bisa mempercayai omongan Ridan.

"Terserah deh!" decak Ridan kemudian pergi dari hadapan Maya.

Melihat Ridan yang sudah pergi. Maya mencoba menghubungi Aldo untuk memberi tau tentang keadaanya.

Maya Astuti Ningsi: lo dimana? Gue sekarang terkenak covid 19.

Jantung Maya berdegub kencang saat melihat Aldo sedang mengetik.

Aldo: Gue sekarang sedang di bandara mau berangkat ke AS. Kok bisa? Maaf ya enggak bisa jagain kamu :(

Maya sedikit sedih mengetahui reaksi Aldo yang tidak ada disaat dia butuhkan.

Maya Astuti Ningsi: Iya enggak papa :)

Tiba-tiba ponsel di tanganya bergetar. Aldo melakukan panggilan video denganya.

Dengan hati yang gembira, Maya menggeser logo berwarna hijau.

"Kenapa do?"

"Gue kangen."

Medengar sahutan Aldo sari seberang telepon, Maya terkekeh pelan.

"kamu tadi sama siapa aja?"

Tanya Maya mengetes kejujuran dari Aldo.

"kamu kenapa belum tidur?"

Maya berdecak pelan. Ia pikir Aldo akan menjawab pertanyaanya tapi justru menuruhya untuk tidur.

"Jawab dulu pertanyaanya!"

"Pesawat nya bentar lagi mau berangkat. Aku matiin telepon dulu," ujar Aldo mematikan sambungan telepon.

Melihat reaksi Aldo, Maya sedikit curiga kenapa Aldo tidak menjawab pertanyaanya? Dan mengapa Aldo malah mengalihkan pembicaraan? Ada begitu banyak pertanyaan muncul di kepalanya.

Sial... ia teringat ucapan Ridan tadi. Ucapan Ridan tadi sangat mengganggu pikiran nya saat ini.

"Dari awal kan si Ridan memang enggak suka gue pacaran sama Aldo, dia juga pernah minta gue putus dari Aldo. Terus kenapa gue harus percaya sama omongan dia? Bisa aja kan dia mengada-ngda soal ucapanya tadi," Maya terus bergumam sendiri.

Tapi hati dan logika memang sulit untuk menyatu. Logika Maya bilang jangan mempercayai omongan Ridan, Aldo adalah orang yang baik adan tak mugkin menghiataninya. Sedangkan hatinya berkata sebaliknya.

Hampir aja Maya mati mendadak akibat ulah Ridan yang menepuk jidatnya secara mendadak.

"Lo mau buat gue jantungan?"

"Lo pasti mikirin omongan gua tadi kan? Ngaku lo."

Sial... bisa bisa nya Ridan tau apa yang ada di pikiran nya. Apakah Ridan seorang peramal? Atau Ridan seorang anak indigo?

"Enggak guna tau!" Maya sedikit menekan kata-kata enggak guna.

Ridan sedikit terkekeh. "Ah ya benar?"

Refleks tangan Maya menjentil telingan Ridan. "Ngapain lo kesini?"

Ridan membalas jentilan Maya dengan menepuk jidat Maya. "Lo gak liat gue apa?"

Maya menaikan sebelah alisnya. Ia sunggu tidak mengerti maksud dari omongan Ridan peryataan atau pertanyaan ia sungguh bingung.

"Btw Aldo kemana? Kok enggak nemenin lo? Mana pria pujaan hati lo itu?" begitu banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh Ridan.

"Kepo." Maya mengulurkan lidahnya mengejek.

Ridan langsung membuka baju di lengan Maya dan langsung menyuntikan jarum secara paksa.

Maya meringis kesakitan akibat Ridan yang menyuntikan secara paksa. "Sakit bodoh!"

"Parah lo menyalah gunakan kekuasaan lo sebagai dokter," decak Maya seraya menghebus-hebuskan lengangya.

Ridan terkekeh kemudian menatap Maya dengan lekat. "Mana pacar lo? enggak ada kan?" Ridan mengulurkan lidahnya dan langsung pergi dari ruangan Maya.

Refleks Maya langsung melepar Ridan dengan dengan bantal rumah sakit. "Hei!"

Ridan membalikan badan kemudian menjulurkan lidah nya mengejek Maya.

"Untung gue sakit. Kalau enggak udah gue bunuh lo Ridan Alexander!"

Sial... lagi-lagi Maya kepikiran soal omongan Ridan. Kenapa Aldo tak mau menemuinya sebelum berangkat? kenapa ia tidak memberi tau Maya sebelum berangkat ke AS? Ada banyak pertanyaan di benak Maya yang membuat ia sungguh gila.

Mantan Tapi Menikah (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang