47. Takdir

64 16 22
                                    

"Ditempat yang sama, takdir mempertemukan kita berdua. Namun kali ini berbeda kita  bertemu sebagai orang yang tidak memiliki hubungan apa pun."

***

Lima Tahun Kemudian

Setelah resmi berpisah dengan Maya. Ridan mejalankan kehidupanya dengan semestinya. Meskipun ia tak sepenuhnya bisa melupakan Maya. Kini ia dan Safira tunanganya berada di sebuah pantai yang bernama pantai Kuta.

Setelah selesai melangsungkan acara pertunangan. Ia dan Safira sengaja memilih berlibur di bali karena menurutnya keindahan pantai kuta tak ada duanya.

Saat ini Safira dan Ridan sedang duduk di sebuah gazebo menikmati keindahan suset yang berada di bali.

Sebuah bola tak sengaja terlempar di dekat Ridan. Seorang anak kecil laki-laki yang berusia lima tahun datang menghampiri. "Om boleh lempal bolanya," ucap anak kecil tersebut.

Ridan menatap dari ujung kaki sampai kepala. Entah mengapa ia merasa anak itu tak asing baginya.

"Kamu lucu banget si sayang. Nama kamu siapa?" Tanya Safira ramah.

Sekedar informasi Safira sangat meyukai anak-anak. Maka tak heran setelah kuliah Safira mendirikan sebuah rumah sakit khusus untuk anak-anak. Selain itu juga ia berperan sebagai dokter yang menangani kanker tumor yang di idap oleh anak-anak.

"Nama saya Afkal tante," jawab sang anak tersebut.

Safira mencubit pipi chuby Afkar. "Lucunya kamu."

Seorang wanita yang tak asing bagi Ridan datang mengahampiri. "Afkar ayok kita pergi sayang," ujar Maya seraya menggendong Afkar.

Sebelum Afkar pergi, ia masih sempat melambaikan tangan nya kepada Safira dan Ridan.

Begitu melihat Maya pergi, Ridan pun langsung mengejar Maya tanpa menghiraukan perasaan Safira.

"Maya!" panggi Ridan.

Maya yang mendengar pun langsung menoleh. "Kenapa?"

Maya menurunkan Afkar dari gendonganya. "Afkar sayang kamu main kesana dulu ya," ujar Maya dengan halus memberikan pengertian dengan Afkar.

"Oke Mama," ujar Afkar.

Melihat putranya sudah pergi, Maya mengambil tempat duduk yang berada di pinggir pantai. "Kenapa?"

Ridan diam beberapa saat kemudian langsung mengambil tempat duduk yang berada di samping Maya. "Lo apa kabar?"

"Seperti yang lo lihat sekarang," jawab Maya dingin.

"Lo selama ini kemana aja sih May?"

"Tanpa gue jelasin lo juga tau." Maya berdiri dari tepat duduknya.

"Afkar ayo sayang kita pergi," panggil Maya pada putranya dengan lembut.

Afkar langsung menghapiri Maya dan menggenggam tangan ibu nya.

"Maya tunggu!" teriak Ridan.

Maya berbalik badan. "Ada apa lagi?"

Ridan memberikan satu buah kartu nama miliknya kepada Maya. "Semoga kita bisa bertemu kembali."

Sebelum pergi Ridan sempat mencubit pipi chuby afkar dengan gemas.

Mantan Tapi Menikah (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang