***
Seorang Gadis sedang memasuki area kantornya dengan emosi yang meluap-luap. Gadis tersebut adalah Maya.
Tujuan Maya kali ini bukan Ruangannya melainkan ruangan Ditta sahabat masa kecilnya plus sekretarisnya.
"Lo kenapa??" Tanya Ditta dengan heran.
"Gue kesal sama Putra!"
"Kenapa emangnya?"
"Pokonya gue kesal sama dia!"
"Ya udah lo duduk dulu, biar gue yang ambilkan minum."
Maya pun langsung mengambil tempat duduk di sofa yang berada di ruangan Ditta.
Ditta datang dengan memberikan segelas air putih kepada Maya. "Ni minum!"
"Terima kasih," gumam Maya sambil mengambil segelas air putih dari tangan Ditta.
Setelah selesai minum Maya pun langsung meletakan gelas sisa air putih di meja.
"Kenapa emang nya? Ceritain sama gue," ucap Ditta dengan mengambil tempat duduk yang berada di samping Maya.
"Semalam Putra enggak datang dan dia malah pulang ke AS."
Mendengar ucapan Maya membuat Ditta menjadi terbelangak tak percaya. "WHAT? Kok bisa?"
Maya langsung memberikan handphonenya kepada Ditta untuk memperlihatkan chatan dari Putra.
Satu persatu Ditta membaca chatan Maya dengan Putra. "Terus lo gimana? Tetap dijodohin sama Ridan?" Tanya Ditta seraya memberikan handphone milik Maya kepada sang pemilik.
Maya menarik nafas seraya melirik Ditta sekilas. "Mungkin."
"Lo terima aja lah. Lagi pula kalian berdua cocok kok."
Maya melirik Ditta dengan tatapan membunuh. "Lo itu ya sembarangan ngomong!" kesal Maya.
"Memang kenyataan kok."
"Au ah... ngomong sama lo enggak ada guna nya juga!" kesal Maya pergi meninggalkan Ditta.
"Lo mau kemana?" Teriak Ditta.
"Kepo lo!" ketus Maya.
Melihat tingkah laku sahabatnya membuat Ditta geleng-geleng kepala. "Maya...Maya Lo itu masih kayak anak kecil."
"Heran gue," tambah Ditta dengan senyum-senyum sendiri.
***
Di lain tempat, seorang pria sedang berusaha mencari seorang wanita. Pria tersebut tak lain adalah Ridan yang sedang mencari Safira.
Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Ridan pun menemukan Safira yang berada di koridor Rumah Sakit.
"Safira!" panggil Ridan.
Mendengar namanya di panggil, Safira pun langsung menoleh kebelakang.
"Kenapa kak?" Tanya Safira.
"Ikuti saya!"
Mendengar ucapan Ridan Safira pun menurut dan langsung mengikuti Ridan.
Tak butuh waktu lama, Ridan pun berhenti dan diikuti oleh Safira di sebuah kantin yang berada di Rumah Sakit. Ridan pun langsung mencari bangku yang berada di pojok.
"Kenapa kak?" Tanya Safira mengambil tempat duduk yang berada di depan bangku yang diduduki oleh Ridan.
Ridan menatap wajah Safira sekilas kemudian menghembuskan nafasnya. "Gue minta maaf ya atas kejadian semalam," ujar Ridan.
"Gak papa kali kak." Terukir senyum Safira dari bibir mungilnya.
"Gue gak enak sama lo. Gue enggak nyangka bahwa Mama gue akan bersikap seperti itu ke lo."
"Enggak papa kali kak. Safira udah biasa kok digituin."
"Oh iya kak, kayaknya hari ini hari terakhir Safira magang disini. Sekalian Safira mau pamit sama kakak."
Ridan menatap Safira seolah ia ingin bertanya ada apa dengan safira?
"Kok gitu?"
"Perintah dari kampus kak."
"Oh gitu..."
"Maaf ya kak," ucap Safira kemudian pergi dari hadapan Ridan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Tapi Menikah (Sudah terbit)
RomanceApa yang ada di pikiran kalian tentang mantan? Pasti kebanyakan orang berpikir mantan itu adalah masa lalu yang tak perlu dikenang. Betul kan? Betul lah masa enggak :v Namun apa jadinya kalau kalian di pertemukan dengan mantan? Mungkinkah kalian aka...