32. Pulang

44 8 0
                                    

***

Keesok harinya, Ridan bangun dari tidurnya dan langsung menuju ke kamar mandi. Ia merasa sedikit heran melihat kamar sudah rapi. Satu perhatian yang menyita perhatian Ridan, yaitu dua koper yang berada di dekat lemari yang menandakan satu miliknya dan satu milik Maya.

"Dia ikut juga ternyata," guman Ridan.

Satu persatu Ridan meneliti sudut ruangan untuk mencari keberadaan Maya. "Kemana dia?" guman Ridan.

***

Saat ini Maya dan Aldo sedang duduk di bangku yang berada di taman dekat hotel. Tadi Maya sengaja menelpon Aldo agar datang ke taman karena ada hal yang harus ia bicarakan.

"Kenapa lo nelpon gue Maya?"

Maya menatap wajah Aldo dengan sekilas. "Gue nanti mau pulang ke Jakarta."

"Kok cepat banget?"

"Sepupu gue mau pulang katanya ada urusan yang harus ia selesaikan," guman Maya.

"Jam berapa lo berangkat?"

"Enggak tau sih sepupu gue yang atur."

"Gue antar ya lo ke bandara," ujar Aldo menawarkan.

Maya menggelangkan kepala nya. "Enggak usah deh. Lagi pula gue kan gak tau jam berapa," ujar Maya meyakinkan.

Sejujurnya Maya sangat ingin diantar oleh Aldo ke bandara. Namun ia memikirkan bagaimana reaksi orang-orang yang mengetahui ia sudah menikah dengan Ridan.

"Kalau masalah itu lo enggak usah khawatir..." belum selesai Aldo melanjutkan ucapanya langsung di potong oleh Maya.

Maya yakin bakalin sulit memintak Aldo utuk tidak mengantar nya.

"Enggak usah."

"Gak papa Maya."

Maya mengenggam tangan Aldo seraya menatap mata milik Aldo. "Aldo please kali ini aja."

Aldo mengganguk mengiyakan omongan Maya. "Ya udah iya. Tapi lo janji sering-sering hubungin gue."

Maya langsung memeluk Aldo sebagai salam perpisahan. "Janji gue bakalin sering-sering hubungi lo," ujar Maya melepas pelukan nya dengan Aldo.

"Gue masuk dulu ya," pamit Maya.

Sedagkan Aldo menggaguk mengiyakan omongan Maya.

Sebelum pergi, Maya menyempatkan diri untuk melambaikan tanganyanya ke Aldo sebagai salam perpisahan.

***

"Ni buat lo. bubur ayam kesukaan lo," ujar Ridan seraya memberikan makanan.

Maya menatap Ridan degan tatapan mengimitidasi. "Gak ada racunya kan?"

Ridan terkekeh. "Ada udah gue masuin tadi," jawab Ridan enteng.

"Ya enggak lah bodoh! Lo gak liat masih tertutup rapi," tambah Ridan.

"Sifat manusia kan enggak ada yang tau."

Tanpa pikir panjang Ridan langsung membuka makanan milik Maya dan menyantapnya sebagai percobaan pertama. "Mati gak gue?"

Maya pun langsung mengambil makanan yang ditangan Ridan dan langsung menyantap makanan tersebut.

"Habis makan lo siap-siap. Kita langsung berangkat ke bandara," ujar Ridan.

"Gue enggak berangkat," desis Maya.

"Itu koper punya siapa? Kalau enggak punya elo."

"Bukan punya gue."

"Tapi itu punya elo Maya."

Maya mendesis pasrah. "Iya gue ikut. Puas?" ketus Maya.

Ridan tersenyum puas mendengar ucapan Maya. "Dari tadi kek."

Setelah selesai mereka berdua langsung pergi dari kamar hotel dan langsung menuju ke bandara.

Mantan Tapi Menikah (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang